Minggu, 21 Agustus 2016

Stole My Heart Part 4 (END)

“Kita pulang aja yuk...” ajakku dengan suara parau...

“Ify...” kata Agni

“Plis Ag ayok kita pulang...” ajakku, dan langsung berdiri setengah berlari keluar caffe itu.

“Ify tunggu...” Agni menyusulku...

Aku tetap berlari sampai Agni berhasil mengejarku...

“Ify kita gak boleh pulang dulu...”

“Kenapa Ag? Lo udah liat sendiri dia, dia udah bahagia, ngapain lagi gue disini!” teriakku

“Ify kita udah jauh-jauh terbang kesini. Kita harus tau apa yang terjadi. Lo harus minta penjelasan sama dia...” tegas Agni

“Gue gak mau Ag! Gue mau pulang!”

“Ify tunggu!” suara itu. Suaranya, dia yang memanggilku.

Kutoleh dia, Cakka lah yang membawanya keluar...

Dia menghampiriku..

“Stop! Jangan deketin aku. Stop!” bentakku

“Ify plis kamu salah paham..”

“Salah paham? Kamu masih bisa bilang aku salah paham!” Aku memaksakan tertawa, lucu sekali jawaban lelaki ini.

“Kamu tuh jahat ya kak. Aku niat baik-baik terbang dari Indonesia ke Amerika demi nemuin kamu, demi nyelesaian masalah kita.... Tapi apa yang kamu lakuin kak. Aku nungguin kamu dirumah berjam-jam, aku datengin kantor kamu... Tapi kamu malah ketawa-ketawa sama wanita itu!” jelasku sambil menunjuk Angel yang tertunduk dibelakang kak Rio

“Ify plis. Dengerin aku...” teriaknya. “Aku sama Angel gak ada apa-apa. Aku mohon kamu percaya. Kalo aku tau kamu bakal dateng aku pasti nemuin kamu...”

“Oh jadi gara-gara kamu gak tau jadi kamu enak-enakan sama orang lain?! Iya??” bentakku balik

“Bukan gitu Fy. Plis dengerin penjelasan aku!” jawabnya

Sambil menangis kuperhatikan wanita yang bernama Angel itu dia hanya terdiam... Ingin kudatangi dia tapi kuurungkan niatku. Aku hanya akan menghabiskan waktu berurusan dengannya, pikirku...

“Ify plis...” kaka Rio mendekatiku dan menarik tanganku...

“Lepasin aku!” bentakku merontah melepaskan tanganku darinya...

Agni langsung sigap membantuku dan menarikku padanya...

“Yo udah Yo... Jangan paksa Ify...” timpal Cakka yang juga menarik tangannya...

“Ag bawa gue pulang Ag... Plis...” bisikku pada Agni...

“Ify plis dengerin aku... Aku cuman cinta sama kamu Fy.. Plis maafin aku...” suara kak Rio juga terdengar parau. Tapi aku sudah tak sanggup lagi menghadapi hari ini.

Agni lalu menggilkan taksi dan kami pun pulang. Cakka masih bersama Rio disana.

***

Rio’s POV

“Cakka plis ijinin gue nyusul Ify...” kataku sambil mendorong-dorong Cakka yang menahanku.

“Udah Yo udah... biarin Ify tenang dulu... udah...” Cakka tetap melarangku

Aku menyerah...

Kami sama-sama terdiam...

“Mendingan sekarang elo jelasin ke gue ada apa sebenernya, dan siapa perempuan itu...” kata Cakka melihat kearah Angel.

“Angel mendingan kamu pulang duluan...” ujarku pada Angel.

“Tapi Yo...”

“Udah aku bisa ngurusin masalah ini sendiri...”

Angel pun pulang dan tinggalah aku sendiri pada Cakka. Kuceritakan padanya apa yang terjadi hari ini, siapa Angel, dan mengapa aku tidak mengangkat telpon hari ini.

“Yo seharusnya elo gak boleh gitu, wajarkan Ify marah. Kenapa juga lo gak pernah bilang sama Ify. Gue juga kaget liat lo tadi...”

Aku memegang wajahku dengan kedua tanganku. Aku sangat frustasi keadaan ini, aku bingung setengah mati. Aku memang yang salah dan aku tak bisa melihat Ify yang menangis karenaku...

“Iya Cak, gue tau gue yang salah dari awal. Gue pengen banget minta maaf sama Ify. Tapi lo gak bisa ngebayangin kalo jadi gue Cak. Keadaan gue rumit banget...”

“Terus masalah lo sama Angel itu apa?”

Aku terdiam sejenak. Aku bingung menjawab pertanyaan Cakka ini. Aku juga bingung dengan hubunganku dengan Angel. Angel jelas membuatku lebih tenang semenjak aku sering bertengkar dengan Ify. Aku seharusnya tidak membiarkan dia masuk, namun apalah dayaku aku juga butuh ketenangan, dan aku pikir dia bisa jadi orang yang tepat membuatku ceria kembali..

“Yo...” tegur Cakka membangunkanku dari lamunanku.

“Lo ada hubungan apa sama Angel?” tanya Cakka

Aku menghela nafas panjang, dan kuceritakan semua pada Cakka apa yang aku pikirkan tentang Angel.

Cakka terkejut, dari arah pandangannya aku tahu dia kesal padaku...

“Kalo gitu caranya elo harus nyelesaian masalah ini Yo. Bukan cuma sama Ify tapi sama diri lo sendiri. Pikirin baik-baik gimana perasaan elo, perasaan Ify, perasaan Angel. Lo jelas-jelas udah nyakitin satu orang cewek, jangan sampe lo sakitin cewek lainnya.” jelas Cakka

Aku mendengarkan kata-kata Cakka dengan seksama. Kupikir dia memang benar, tapi aku sangat bodoh aku telah menyia-nyiakan Ify dan disisi lain ketika aku mengingat waktuku bersama Angel aku merasa senang dan tenang. Ada apa denganku?

***

Ify’s POV

Bodohnya aku sudah jauh-jauh datang kesini mengharapkan kebahagiaan tapi malah kesedihan yang kudapat. Agni terus menenangkanku. Setelah kejadian malam itu aku tidak mau lagi membahas tentang kak Rio, Cakka yang sempat berbicara dengannya pun tak memberitahuku apa-apa karena aku sudah melarangnya lebih dulu.

Perjalanan pulang terasa cepat. Aku tidak mau membahas apa-apa lagi. Saat bertemu dengan temanku yang lain pun aku lebih memilih diam, aku tahu mereka sudah tau apa yang terjadi. Tak apa kupikir aku tidak harus menyembunyikan apa yang telah terjadi, toh biarlah mereka tahu betapa jahatnya kekasihku itu, menyebutnya kekasih pun aku sudah tidak sudi. Mungkin perasaanku berubah padanya.

Debo. Dia sering menanyakan kabarku, dia tau aku sedang sedih tapi aku menolak untuk menceritakan padanya. Sejujurnya aku menolak semua orang yang mulai membahas tentang kak Rio, mendengar namanya pun aku tak mau.

Debo selalu berusaha membuatku senang, dia mengajakku jalan-jalan melepas penat, walau aku selalu menolaknya dia tetap tidak menyerah. Aku hanya heran saja kenapa dia baik sekali padaku. Dia pernah meyakinkanku kebaikannya tidak ada maksud apa-apa, dia tidak sedang menggoda atau mempengaruhiku untuk dekat dengannya karena dia tau siapa kak Rio dan dia tau aku benar-benar mencintai kak Rio.

Aku tidak enak hati pada Sivia, sebentar lagi  sahabatku itu akan menikah atpi dengan adanya masalahku mungkin aku sedikit mempengaruhi pikirannya dalam mempersiapkan pernikahannya.
“Via...” tegurku yang membuatnya menoleh.

“Bisa ngomong sebentar...?”

Sivia mengangguk dan menghampiriku...

“Vi maafin gue ya gara-gara masalah gue persiapan pernikahan lo jadi terganggu. Gue seharusnya gak gini ya, gue seharusnya seneng karena elo sahabat gue mau nikah sebentar lagi...”
Sivia tersenyum kecil... “Ify ngapain minta maaf, elo gak ganggu persiapannya sama sekali kok tenang aja... justru gue yang gak enak sama elo, elo kayak gini gue malah seneng-seneng mau nikah...”

Aku menggeleng... “Bukan salah lo juga Vi...”

“Udah ah gak usah dibahas, yang penting lo jangan sedih-sedih terus, kita semua tau elo lagi ada masalah tapi kita semua tau Ify yang kita kenal itu kuat, Ify juga tegar...” balasnya tersenyum

“Makasih ya Vi...”

“Iya pokoknya udah ya jangan terlalu dipikirin. Yang penting nanti pas gue nikah lo dateng dandan yang cantik pake baju seragam dari gue...” katanya

Aku tersenyum... “Bajunya yang bagus ya, kapan fittingnya? Awas kalo murahan...” jawabku lantang
“Nah gitu dong! Ini baru Ify!”

***

Waktu berjalan dengan cepat, sebulan lalu aku terakhir melihat wajahnya, aku mengangis didepannya, memarahinya. Namun hari ini aku melihat diriku didepan kaca ini dengan gaun pink soft pemberian sahabatku untuk pernikahannya hari ini. Aku tersenyum melihat wajahku, dibelakangku Agni dan Shilla juga sedang sibuk sendiri dengan gaun yang mereka pakai.

Beruntungnya Sivia, menurutku dia selalu lebih beruntung daripada aku. Tapi dia berhak mendapatkannya, Sivia dan Gabriel memang sangat cocok dan pasti anak-anak mereka kelak akan cantik dan tampan seperti kedua orang tuanya.

Tibalah waktunya dimana kami bertiga menemui pengantin cantik yang akan kami iringi hari ini...

“Siviaaa!! Cantik banget!!” jerit Shilla langsung memeluknya.

“Via gue gak nyangka deh...” sahutku...

“Ah kalian bisa aja.. Kalian juga cantik-cantik banget...” ujar Sivia sedikit memperhatikan Agni yang cukup kesulitan dengan dress yang ia kenakan

“Agni udah cantik kok...” pujinya

“Iya iya tapi gue gak pede nih...” jawab Agni

“Jangan gak pede dong Ag! Lo udah oke kok kan udah biasa pake rok sama heels, jadi inget dulu ya ngajarin lo setengah mati...” kata Shilla terkikik. Kami semua tertawa.

“Via good luck ya Vi, semoga lancar semoga beneran sah nanti jadi nyonya Gabriel...” godaku yang membuat Sivia merona...

***

Pesta pernikahan berjalan dengan lancar, raut bahagia pada wajah Sivia benar-benar tampak dari senyumannya begitu juga Gabriel yang tak pernah sedikitpun melepaskan pandangannya dari istrinya tersebut.

Pria itu ada disini, aku melihatnya tadi sebelum acara dimulai dan dia juga melihatku. Namun aku sama sekali tak peduli padanya, aku tak mau merusak pesta sahabatku dan aku rasa dia juga berfikir begitu.

Saat pesta dansa dimulai pun aku tidak berdansa kulihat Sivia dan Gabriel berdansa dengan penuh bahagia, semua mata terjtuju pada pengantin baru ini. Kulihat Alvin dan Shilla juga Cakka dan Agni yang sanagt bahagia berdansa. Aku ingin sekali berdansa tapi niat itu kutahan, kulihat Debo dia juga tidak sedang berdansa mungkin dia tidak mengajakku karena dia tau ada kak Rio disitu, itulah yang membuatku senang berteman dengan Debo dia sangat menghormati hubunganku dengan kak Rio dan tidak pernah berniat jahat.

***

Rio’s POV

Ify dari tadi hanya diam menonton pasangan lain berdansa, sama sepertiku tapi aku lebih banyak memperhatikan dia dalam diam. Aku juga ingin sekali berdansa dengannya, andainya masalaah kami tidak pernah terjadi mungkin kami akan sama bahagianya dengan teman-teman kami disana.
Aku datang kepesta ini dengan semangat tidak hanya untuk Gabriel dan Sivia, tapi untuk Ify. Aku sangat merindukannya bahkan aku dan dia sama-sama tidak tau kemana arah hubungan kami, apa kami masih berstatus sepasang kekasih atau tidak lagi?

Sebenarnya aku juga cukup curiga dengan pria yang bernama Debo yang pernah diceritakan Alvin padaku tapi hari ini kuperhatikan Debo tidak sama sekali mengajak Ify mengobrol atau berdansa. Ify pernah bilang padaku bahwa Debo itu mengagumiku dan dia sangat menghormati hubunganku dengan Ify. Kecurigaan ku mulai berkurang setelah menyaksikan hari ini bagaimana sikap mereka berdua.

***

Ify’s POV

Selagi mereka asyik berdansa. Kudengar suara perempuan memanggilku dan mencolek bahuku. Aku terkejut melihat seorang perempuan yang tersenyum kepadaku. Aku ingat sekali wajahnya, wajah perempuan yang dulu aku benci sekali. Dia tersenyum padaku senyumnya sangat manis seolah dia lupa apa yang telah diperbuatnya padaku dan kak Rio, ya dia gadis yang pernah merusak hubungan kami, Dea.

“Hai kamu masih inget aku?” sapanya

Aku mengangguk... “Kok kamu ada disini?” tanyaku heran

Dea tersenyum. “Kebetulan banget ya.. Iya aku diundang sama orang tuanya Gabriel, mamanya temen mamaku. Itu mamaku...” jawabnya sambil menunjuk ibunya yang sedang mengobrol dengan orang tua Gabriel.

“Kamu apa kabar?” tanyaku

“Aku baik-baik aja... Eh ini kenalin tunangan aku...” katanya sambil memperkenalkanku seorang pria...

Aku memperhatikan Dea dan pasangannya terkihat sangat bahagia.

“Ify aku minta maaf ya soal yang dulu aku masih keinget aja...” ujarnya.

Aku tertawa kecil. “Apaan sih Dea, udah lama juga lupain aja...”

Dea tersenyum.. “Eh udah ya Fy kita kesana dulu...” ujarnya pamit.

Aku mengangguk. Ya Tuhan bahkan Dea yang dulu jahat padaku bisa menemukan kebahagiaan, sedangkan aku. Ah entahlah!

Lamunanku terbuyar dengan adanya pengumuman dari pengantin bahwa seluruh wanita yang berstatus lajang dimohon untuk maju kedepan karena pengantin wanita akan melemparkan bunga.
Aku sangat tidak bersemangat sebenarnya karena untuk apa pikirku, toh aku juga tak punya pasangan...

Aku bersama Agni dan Shilla maju kedepan, namun banyak sekali gadis-gadis disana sehingga sepertinya posisi kami kurang menguntungkan...

“Satu... dua... tiga...” teriak MC acara memandu Sivia melempar bunganya dari arah belakang.

Sedetik kemudian aku tak menyangka aku telah memeluk bunga itu tepat sekali dtanganku.

Semua orang bersorak untukku dan aku hanya bisa tersenyum tak menyangka sambil memandangi bunga cantik berwarna pink itu.

***

Rio’s POV

Aku tersenyum memandangi Ify yang berhasil menagkap bunga itu, terlihat rona merah diwajahnya, rona merah yang kurindukan. Aku sangat berharap mitos itu benar bahwa setiap gadis yang mendapatkan bunga akan menikah selanjutnya, dan kuharap aku dan Ify...

“Cie ngayal nih ye...” lamunanku terbuyar oleh suara Alvin yang tepat ditelingaku.

“Apaan sih Vin ngagetin aja...” jawabku salah tingkah...

“Yo kalo lo beneran mau  jadi pasangan Ify lo maju dong! Nyatain kalo lo bener-bener nyesel udah nyakitin dia. Lo udah punya rencana kan?”

“Iya Cakka gue gak bakal nunda-nunda kok. Gue masih butuh waktu aja...” jawabku

“Jangn lama-lama Yo, kasian Ify...” balas Alvin.

Aku hanya mengangguk.

***

Setelah acara selesai kami masih dilokasi menemani pengantin baru ini, sebagai groom’s maid dan bride’s maid itulah tugas kami. Kami juga berfoto-foto bersama. canggung memang mengingat aku dan Ify seperti bermusuhan...

“Mario...” seseorang menyapaku dari belakang.

Aku menoleh dan mengangkat kedua alisku ketika kulihat Debo yang memanggilku...

“Bisa bicara sebentar...?” tanyanya pelan..

Aku mengangguk, dan mengikutinya keluar venue.

“Ada apa?” tanyaku, tapi aku sudah tau dia ingin membicarakan soal Ify.

“Gue mau ngomongin soal Ify..” katanya sambil tersenyum.

Aku hanya menunggu apa yang ingin dia bicarakan.

“Gue gak tau masalah elo sama Ify apa, Ify juga gak mau cerita sama gue. Tapi gue cuman mau ngomong sama elo Ify salah satu orang spesial buat gue. Dia temen yang baik dan gue peduli sama dia. Gue mohon apapun yang terjadi diantara kalian tolong segera selesain, gue gak tega liat Ify terus-terusan diem. Gue taunya Ify orang yang ceria dan baik, setiap dia cerita tentang elo ke gue dulu dia selalu semangat, dia selalu kangen sama lo.”

Aku terdiam mendengarkan penjelasan Debo.

“Gue jujur sempet pernah ada rasa suka sama Ify, bahkan sampe sekarang gue sayang sama dia. Tapi gue tau dia lebih milih elo, dia cinta banget sama elo dan walaupun kalian memang lagi ada masalah sekarang gue yakin kok kalo Ify masih ngarepin lo bisa balik lagi jadi kayak dulu, jadi kak Rio yang selalu bikin dia bangga.”

Aku menjawab penjelasan Debo, “Debo, gue juga mau jujur gue sempet curiga dan gak suka banget Ify punya orang lain yang deket sama dia dimana posisinya gue lagi gak sama dia. Gue curiga sama elo, gue takut elo terlalu deket sama Ify...”

“Gak mungkin lah Yo. Gue mana mungkin merebut Ify dari elo. Gue gak mungkin maksain Ify buat sama gue sementara gue tau Ify cuma cinta dan sayang sama elo.”

Kata-kata Debo membuatku sangat merasa bersalah kepadanya dan kepada Ify tentunya.

“Makasih ya De elo udah ajak gue ngomongin ini. Gue bisa lebih tenang sekarang...”

Debo mengangguk. “Plis apapun yang terjadi lo harus janji sama gue jangan bikin Ify sedih lagi...”
“Iya gue janji...”

***

Ify’s POV

Aku kaget sekali melihat Debo yang mengajak kak Rio mengobrol bersama. Tapi kupikir apa peduliku... Walaupun aku sangat penasaran apa yang mereka bicarakan...

Akhirnya acara benar-benar selesai, aku berpamitan kepada Sivia dan Gabriel beserta orang tuanya...
“Makasih ya Fy udah dateng...” ujar Sivia

“Ya pastilah gue dateng, kalo gak dateng bisa dipecat gue jadi temen lo!” balasku tertawa

“Sekali lagi selamat ya Via sama kak Iel. Kak Iel jangan sakitin Sivia ya awas aja loh kalo sahabat gue nangis gara-gara elo!” ujar Shilla sambil mengancam

“Tenang aja pasti bakal bahagia selalu kok...” kata Gabriel meyakinkan
..
“Cepet punya momongan ya...” lanjut Cakka sambil menaik-naikkan alisnya.

Kami semua tertawa.

“Ify...” kak Rio tiba-tiba memanggilku, aku menoleh begitu juga yang lain.

“Bisa bicara...?” tanya kak Rio, “Maaf ya yang lain gue boleh minta waktu sama Ify sebentar?”

Sivia dan yang lain mengangguk.

Aku mengikuti kak Rio mengajakku keluar. Aku gugup sekali dengan apa yang akan dibicarakannya, rasanya ingin aku tolak tapi tak mungkin. Kapan masalah ini akan selesai kalau aku menolak terus, tapi seharusnya tidak disini jika dia memang ingin bicara tentang masalah kami. Aku tidak mau menangis dihari bahagia temanku.

***

Rio’s POV

Ify hanya terdiam duduk dihadapanku. Dia menungguku berbicara duluan.
“Ify...”

Dia tidak menatapku...

“Fy aku tau kamu marah sama aku, dan mungkin kamu udah gak mau kenal sama aku lagi karena kamu gak pernah sekalipun ngeliat aku  sepanjang hari ini...”

Aku menghela nafasku panjang berusaha untuk tenang.

“Ify aku beneran minta maaf atas semua kesalahan aku. Aku tau aku bener-bener salah, aku udah ingkarin janji aku. Aku bodoh, aku bener-bener nyia-nyiain wanita yang bener-bener punya perasaan tulus sama aku....”

Air mataku meleleh tak kuasa ku tahan. Baru Ifylah wanita satu-satunya yang bisa membuatku menangis.

“Fy... aku cinta kamu, perasaan aku gak pernah berubah. Aku tau kamu marah dengan kehadiran Angel, tapi sejak malam itu aku sadar aku memang salah. Aku memang salah udah ngijinin dia buat ngisi kekosongan hati aku selama kamu gak ada. Gak seharusnya aku gitu. Untuk Angel sendiri, dia temen yang baik tapi ya itu cuma temen. Gak lebih dan gak akan pernah lebih...” jelasku dengan suara parau.

“Mungkin aku bener-bener salah besar dimata kamu, aku gak pernah punya niat selingkuh dari kamu. Malem itu Angel cuman minta temenin ke pesta temennya dia, dia ngajak aku karena dia bilang aku sering murung akhir-akhir ini. That’s it. Gak ada alasan lain. Aku juga gak tau apa perasaan Angel sama aku, tapi apapun perasaan dia ke aku, aku cuma pilih kamu Fy...

Ify hanya terdiam menatapku. Aku tau dia menahan tangisnya terlihat dari matanya yang berkaca-kaca.

“Aku minta maaf Fy. Aku tau mungkin sulit buat kamu mau maafin aku karena kesalahan aku ini. Tapi aku mohon sama kamu tolong kasih aku satu kesempatan lagi, aku janji kamu gak akan nyesel kasih aku satu kesempatan lagi...”

“Stop kak...” ujar Ify pelan, kutatap wajahnya dengan dalam sambil berharap dia langsung memaafkanku... Tapi Ify hanya terdiam sejenak dan menghapus air matanya.

“Aku gak tau harus berbuat apa sekarang. Aku juga gak ngerti sama hubungan ini, aku bingung....” jelas Ify

“Tolong kasih aku satu kesempatan terakhir Fy...”

“Aku gak bisa kasih jawabannya sekarang...” ujar Ify lalu bangkit berdiri. Aku pun ikut berdiri.

“Aku bakal tunggu Fy, sampai kapanpun aku tunggu kamu maafin aku..”

Ify hanya berjalan tanpa menolehku.

***

Ify’s POV

Seminggu berlalu dan kak Rio sudah pulang ke Amerika. Aku belum memberitahu jawabanku padanya, aku bekerja seperti biasa dirumah sakit ini. Oh iya, Debo sudah menceritakannya padaku semua yang dibicarakannya pada Rio. Aku yakin aku telah memilih sahabat yang tepat, Debo baik sekali. Tapi aku belum bisa membuka hatiku kembali untuk kak Rio.. Entahlah...

Dirumah aku tetap memikirkan kak Rio. Aku yakin dia benar-benar menunggu jawabanku, tapi siapa tau dia berpaling lagi selama menunggu ini, pikiran negatifku terus menghantuiku...

“Ify...” panggil mama dari pintu kamarku...

“Ada apa ma?” tanyaku sambil membukakan pintu.

“Itu dibawah ada yang mau ketemu kamu. Katanya dia temen kamu...”

“Siapa ma? Shilla? Agni? Sivia?”

Mama menggeleng. “Mama gak kenal belum pernah ketemu, katanya namanya Angel kalo gak salah..”

Mataku terbelalak mendengar nama itu. Ngapain perempuan itu kesini.

***

Kutemui dia diruang tamuku dan dia hanya menatapku heran...

“Ify...” ujarnya

“Maaf ya aku udah lancang nemuin kamu... Maaf bikin kamu kaget...”

Aku mengangguk..

Angel menarik nafas panjang sebelum berbicara kembali..

“Sebenernya tujuan aku kesini mau ngomong masalah waktu itu....” aku juga manarik nafas karena tebakanku benar Angel akan membicarakan masalah malam itu.

“Aku tau kamu mungkin benci sama aku Fy. Aku memang salah udah ngajakin Rio pergi malem itu, gak seharusnya aku berani. Aku minta maaf sama kamu Fy...”

Aku hanya diam tidak tau harus berkata apa.

“Aku mohon kamu baikan sama Rio Fy, aku bener-bener minta maaf. Rio bener-bener cuma cinta sama kamu Fy dia selalu seneng setiap cerita tentang kamu ke aku. Dia khawatirin kamu disini. Selama di Amerika dia selalu cari-cari kesempatan untuk nyelesaian tugas di sana karena dia pengen balik ke Indonesia, balik ke kamu..”

Lagi-lagi aku menahan air mataku entah senang atau sedih...

“Semenjak kejadian malem itu, Rio bener-bener berubah dia gak kayak dulu lagi, dia kebanyakan diem dan dia udah gak pernah ngobrol sama aku lagi... Aku mohon kamu maafin Rio Fy...” ujar Angel sambil mengatupkan kedua tangan didepan dadanya.

“Aku cuma mau bilang ini aja. Keputusan terakhir cuma ada sama kamu Fy... Aku berharap kalian bisa balik lagi...Aku pulang dulu ya...” ujarnya berdiri

“Angel...” ujarku pelan

Dia menoleh.

“Makasih ya...” ujarku tersenyum...

Angel mengangguk lalu pamit pulang...

***

Rio’s POV

Dua jam kulalui dengan gelisah. Hari ini aku menunggu keputusan berikutnya tentang apakah aku bisa pulang ke negaraku... Aku gelisah sekali sudah berapa kali kubuat surat pernyataan penyelesaian tugasku tapi belum pernah ada keputusan yang pasti. Hari ini terhitung sudah kelima kalinya. Aku masih menunggu surat balasan dari pemimpin rumah sakit disini apakah aku sudah bisa pulang atau belum...


Waktu terus saja berlalu dan aku tetap berdoa dan memikirkan apa yang akan aku lakukan jika aku boleh pulang atau tidak. Nama Ify tetap kusebut bahwa harapan terbesarku adalah pulang dan menemui wanita itu, meminta maaf padanya sampai dia mau memaafkanku, bila perlu aku akan berlutut dihadapannya.

***

Aku pulang dengan  senyuman, senyuman yang tak bisa lepas dari wajahku. Sesampainya dirumah mama ku aku berlari memeluknya dengan senang dan dia sampai menangis. Dia sedih karena akan berpisah denganku kembali tapi dia tau ini yang aku inginkan...

“Sampe sana kamu selesaikan masalah kamu ya Yo...” nasihat mama

Aku mengangguk cepat. Angel sudah ada disana bersama mama...

“Aku juga ikut seneng Yo. Good luck ya salam buat Ify... Aku yakin dia pasti maafin kamu...”

***

Ify’s POV

Aku benar-benar kaget mendapat berita dari Alvin hari ini kalau kak Rio akan pulang dan tak akan pernah pergi lagi. Dia akan kembali bekerja dirumah sakit ini.
Antara senang dan sedih perasaanku. Aku merindukannya bagaimanapun juga tapi apa aku siap untuk memaafkannya?

Pagi-pagi sekali Sivia datang menjemputku, dia bersama suaminya dengan semangat menjemputku kerja...

Aku mengikut saja aku tau mereka sangat senang dengan kepulangan kak Rio dan aku tidak bisa menolak aku akan bertemu dengannya, hari ini...

Sesampainya dirumah sakit disana sudah ada Alvin, Shilla, Agni, dan Cakka. Sebelumnya sudah kuceritakan pada mereka bahwa Angel telah menemuiku dan membuatku yakin mungkin aku kan memaafkan kak Rio...

“Kok pada berdiri disini sih?” tanyaku heran...

“Iya nih katanya Rio tu mau dateng bentar lagi sampe makanya kita tungguin disini...” jelas Alvin dengan tampak cemas...

15 menit berlalu tapi kak Rio belum datang juga... aku jadi ikut cemas...

Kuperhatikan kearah parkiran, Debo telah memarkirkan mobilnya dan dengan keras dia menyembunyikan klakson mobilnya memberi sinyal untuk kami mendatanginya...

“Ada apa sih?” tanyaku...

“Ini Fy... Rio... Rio...” katanya terbata-bata

“Kak Rio? Mana?” tanyaku penasaran dan heran

“Dibelakang...” jawab Debo cepat...

Alvin segera membuka pintu belakang mobil Debo dan terbaringlah kak Rio dengan kening yang berdarah...

Betapa terkejutnya aku dan langsung menghampirinya...

“Kak Rio...” air mataku terjatuh...

Alvin dan Gabriel langsung membantunya keluar dari mobil dan membaringkannya di koridor depan parkiran.

“Kak Rio... kak Rio kenapa???” Ujarku langsung memangku kepalanya... Dia sama sekali tidak bergerak...

“Debo Rio kenapa?” tanya Shilla

“Gue ketemu dia didepan rumah sakit udah kayak gitu, gue juga gak tau...” kata Debo panik

“Kak Rio bangun....” rengekku sedih, air mataku terus meleleh...

“Plis kak Rio bangun... Kak Rio jangan tinggalin Ify lagi... Plis kak...” isakku sedih

“Ify...” ucapnya pelan...

“Kak Rio...” jawabku amsih ketakutan...

“Kamu disini?” tanya Rio

“Iya ini Ify kak...” ujarku, dia tersenyum..

“Maafin aku Fy...” ujarnya masih dengan mata yang tertutup...

“Ify udah maafin kak, udah maafin beneran. Plis kak Rio bangun jangan gini kak plis... Jangan tinggalin Ify lagi...” tangisku pecah.

Lama-kelamaan kak Rio membuka matanya dan memeluk tanganku...

“Kak Rio gak bakal tinggalin kamu Fy... Gak akan pernah, mulai sekarang aku janji buat jagain kamu dan gak bakal ninggalin kamu lagi... Mereka semua saksinya....”

Aku mengangguk cepat dan menghapus air mataku berusaha tegar...

Tiba-tiba kak Rio bangun dari posisinya dan duduk disebelahku, tersenyum...
“Kamu gak papa kak?” tanyaku cemas

“Aku gak papa kok...” ujarnya sambil menghapus darah dikeningnya...

Aku benar-benar terkejut apa yang telah mereka semua perbuat, ternyata ini semua bohong... Mereka semua menertawaiku termasuk Debo yang juga bagian dari rencana ini...

“Kamu jahat!!!!” ujarku sambil memukul-mukul dadanya.

“Kalian semua jahat!!!” lanjutku air mataku keluar lagi...

“Maaf ya Fy hehee... tapi so sweet banget deh kalian...” puji Shilla

So sweet apanya! Kalo kamu beneran mati gimana!!!” ujarku sambil menangis dan tetap memukulnya...

Kak Rio hanya tersenyum dan memelukku berusaha menenangkanku.. Aku berhenti menangis dan bersandar dipelukkannya..

“Maaf ya Fy... Beneran dimaafin kan?” bisiknya

“Nggak!” ujarku kesal

Mereka semua tertawa.

***

Memang kak Rio bukan orang yang romantis. Usaha yang berani banget bikin aku cemas dengan pura-pura kecelakaan, tapi dari situ aku yakin aku benar-benar tidak bisa hidup tanpa kak Rio.

“Hai sayang...” ujarnya mengagetkanku

Aku hanya tersenyum malu mendengar panggilan sayang itu, sudah lama sekali...

“Udah seminggu kita balikkan tapi kok kamu masih banyak diemnya...?” ujarnya menatapku tajam.

Aku hanya mengangkat bahu...

“Jangan diem aja dong, kan jadinya canggung kayak anak SMA baru jadian...” ledeknya
Kupegang tangan pria itu, aku benar-benar senang saat ini...

“Ify gak papa kok kak.. cuman yah canggung dikit.. Tapi beneran gak papa, mungkin karena udah lama kali ya dan Ify seneng banget...” jelasku

Kak Rio tersenyum...

“Aku juga seneng banget Fy. Mulai sekarang aku janji semua bakal baik-baik aja, makaish ya kamu udah maafin aku, aku janji kamu gak akan nyesel ngelakuin itu...”

Aku mengangguk dan menyandarkan kepalaku dibahunya.

***

Rio’s POV

Baru kali ini aku merasa bahagia sekali, memang sebelumnya aku sudah selalu bahagia bersama Ify tapi entah kenapa kali ini benar-benar beda. Dari semua yang kami lalui bersama membuat kami berdua lebih dewasa dalam berhubungan, kami banyak belajar dari kesalahan kami masing-masing, dan aku selalu merindukan Ify dalam hari-hariku walaupun setiap hari bertemu dia tapi aku benar-benar ingin lebih... aku merasa aku sudah siap...

Terus kupikirkan hal ini. Apa aku benar-benar untuk merubah kehidupanku? Apa aku benar-benar siap? Kalau dari usia sudah tidak bisa dibohongi lagi ini memang saatnya, tapi aku masih ragu apa Ify juga sudah siap?

Kuceritakan kegalauanku kepada siapa lagi kalu bukan ketiga sahabatku, mereka merespon dengan bangga dan menyuruhku segera melakukannya..

“Gue bingung gimana? Ify selalu bilang gue tuh gak romantis... Gue pengen banget jadi romantis kali ini...” ujarku

“Rio...rio... lo kok jadi kayak anak cewek ya galaunya...” kata Cakka

“Setuju gue sama Cakka. Kalo lo bener-bener yakin cara apapun romantis kok. Jadi diri sendiri aja...” nasihat Gabriel yang sudah berpengalaman.

Aku mengangguk...

“Iya Yo jadi diri sendiri aja kaya waktu lo nembak dia, manjat pohon...” lanjut Alvin sambil tertawa.
***

Akhirnya persiapanku sudah matang. Aku tetap meminta bantuan teman-temanku...

Sivia, Shilla, dan Agni sudah menyuruh Ify untuk keluar ke taman rumah sakit sendirian...

***

Ify’s POV

“Apaan sih nyuruh gue kesini cepet-cepet tapi sampe sini gak ada orang...” ujarku kesal

“Ini rumah sakit masih sepi juga nyuruh gue dateng cepet-cepet, mana kak Rio bilang gak bisa jemput lagi...” ujarku kesal...

Tiba-tiba aku terkejut melihat seseorang melompat dari atas pohon..

“Eh setan setan!” kataku latah...

Orang itu bangun dan menoleh kepadaku, aku membelakakan mataku melihat topeng yang digunakannya...De javu sekali, pikirku...

Aku merasa takut sekali dan menggerakkan kakiku untuk berlari..

“Stop!” ujarnya berteriak, membuatku menghentikan langkahku..

Dia berjalan berdiri dihadapanku, badanku terasa kaku melihat dia berdiri dan dihadapanku, masih dengan topengnya...

“Aku memang bukan orang yang romantis, aku cuman bisa kayak gini sama kamu...” katanya singkat.

“Aku mau kasih tau kamu alasan aku pake topeng kenapa, aku gak kuasa liat wajah cantik kamu, karena kalo udah liat kamu aku bakal lupa apa yang bakal aku omongin...” aku mendengarkan orang ini dengan seksama dan hati-hati. Kupahami semua kata-katanya.

“Sama kayak waktu itu aku nembak kamu 3 tahun yang lalu...” lanjutnya, aku terkejut aku masih tidak menyangka kalau orang ini... kak Rio.

Tiba-tiba dia membuka topengnya, benar-sekali dia kak Rioku. Menatap wajahnya yang tersenyum dan merona merah membuat jantungku terasa mau lepas dan melompat-lompat.

“Ify...” ujarnya pelan dan menatap mataku...

“Tiga tahun kita udah bareng-bareng, beberapa kali kita berantem bahkan sampe putus... Tapi dari semua yang kita alami bersama aku beneran yakin kalo aku cuman mau sama kamu. Mau sehebat apapun kita berantem, ujung-ujungnya aku cuman mau kamu Fy...”

Kak Rio menghela nafasnya dan memejamkan matanya sedikit sambil memulai kembali...

“Aku mau seterusnya kaya gitu. I want to be with you for the rest of my life, I want to sleep next to you, holding you close to me every night and I would be so happy if the first thing i see every morning is your beautiful face....” lanjutnya membuat mataku berkaca-kaca..

I can’t picture my life without you in it. I want to have a family with you, I want to have our mini us running around the house, I want to have you for the rest of my life, I want to love you with all my heart forever...” lanjutnya kembali sambil tersenyum lebar, terlihat matanya yang berkaca-kaca membuatku tak kuasa menahan tangisku...

So...” tiba-tiba kak Rio berlutut dihadapanku sambil memegang tangan kiriku...

Kulihat dia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan air mataku kembali mengalir...

“Allysa Saufika Umari, my love, will you do me the honour of becoming my wife?

Aku tak kuasa menahan tangisku seakan suaraku terkunci saking bahagianya... Aku mengangguk cepat..

Yes... yes...” jawabku berusaha untuk tidak menangis...

Kak Rio langsung memasangkan cincin emas putih berkilauan dijari manisku, dan langsung berdiri memelukku dengan erat...

Kami sama-sama tertawa dalam tangis, aku tak menyangka hari ini datang begitu cepat...

I love you, my fiance, my future wife....” katanya menatapku..

I love you too, my fiance, my future husband...” jawabku

Tiba-tiba teman-temanku datang dan langsung menyirami kami dengan confetti yang membuatku sangat terkejut...

“Yay!!! Selamat Ify!!!” teriak Shilla langsung berlari memelukku

Kupeluk mereka satu persatu dengan kencang, Shilla, Sivia, dan Agni...

I’m getting married!” teriakku senang sekali...

“Cieee selamat ya bro! Akhirnya lo nyusul juga...” kata Gabriel memeluk Rio, Cakka dan Alvin mengikuti...

Thanks guys, tanpa kalian gak akan bisa jadi kayak gini...” jawab kak Rio merangkulku dan mengecup keningku...

Sekali lagi kupandangi cincin cantik dijari manisku. Aku akan benar-benar menjadi istri kak Rio, aku benar-benar membuktikan mitos mendapatkan bunga saat pernikahan Sivia benar. Aku berharap semua akan tetap baik-baik saja karena aku yakin dengan kak Rio, calon suamiku...

He stole my heart, and I’m gonna steal his last name...

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 21 Agustus 2016

Stole My Heart Part 4 (END)

“Kita pulang aja yuk...” ajakku dengan suara parau...

“Ify...” kata Agni

“Plis Ag ayok kita pulang...” ajakku, dan langsung berdiri setengah berlari keluar caffe itu.

“Ify tunggu...” Agni menyusulku...

Aku tetap berlari sampai Agni berhasil mengejarku...

“Ify kita gak boleh pulang dulu...”

“Kenapa Ag? Lo udah liat sendiri dia, dia udah bahagia, ngapain lagi gue disini!” teriakku

“Ify kita udah jauh-jauh terbang kesini. Kita harus tau apa yang terjadi. Lo harus minta penjelasan sama dia...” tegas Agni

“Gue gak mau Ag! Gue mau pulang!”

“Ify tunggu!” suara itu. Suaranya, dia yang memanggilku.

Kutoleh dia, Cakka lah yang membawanya keluar...

Dia menghampiriku..

“Stop! Jangan deketin aku. Stop!” bentakku

“Ify plis kamu salah paham..”

“Salah paham? Kamu masih bisa bilang aku salah paham!” Aku memaksakan tertawa, lucu sekali jawaban lelaki ini.

“Kamu tuh jahat ya kak. Aku niat baik-baik terbang dari Indonesia ke Amerika demi nemuin kamu, demi nyelesaian masalah kita.... Tapi apa yang kamu lakuin kak. Aku nungguin kamu dirumah berjam-jam, aku datengin kantor kamu... Tapi kamu malah ketawa-ketawa sama wanita itu!” jelasku sambil menunjuk Angel yang tertunduk dibelakang kak Rio

“Ify plis. Dengerin aku...” teriaknya. “Aku sama Angel gak ada apa-apa. Aku mohon kamu percaya. Kalo aku tau kamu bakal dateng aku pasti nemuin kamu...”

“Oh jadi gara-gara kamu gak tau jadi kamu enak-enakan sama orang lain?! Iya??” bentakku balik

“Bukan gitu Fy. Plis dengerin penjelasan aku!” jawabnya

Sambil menangis kuperhatikan wanita yang bernama Angel itu dia hanya terdiam... Ingin kudatangi dia tapi kuurungkan niatku. Aku hanya akan menghabiskan waktu berurusan dengannya, pikirku...

“Ify plis...” kaka Rio mendekatiku dan menarik tanganku...

“Lepasin aku!” bentakku merontah melepaskan tanganku darinya...

Agni langsung sigap membantuku dan menarikku padanya...

“Yo udah Yo... Jangan paksa Ify...” timpal Cakka yang juga menarik tangannya...

“Ag bawa gue pulang Ag... Plis...” bisikku pada Agni...

“Ify plis dengerin aku... Aku cuman cinta sama kamu Fy.. Plis maafin aku...” suara kak Rio juga terdengar parau. Tapi aku sudah tak sanggup lagi menghadapi hari ini.

Agni lalu menggilkan taksi dan kami pun pulang. Cakka masih bersama Rio disana.

***

Rio’s POV

“Cakka plis ijinin gue nyusul Ify...” kataku sambil mendorong-dorong Cakka yang menahanku.

“Udah Yo udah... biarin Ify tenang dulu... udah...” Cakka tetap melarangku

Aku menyerah...

Kami sama-sama terdiam...

“Mendingan sekarang elo jelasin ke gue ada apa sebenernya, dan siapa perempuan itu...” kata Cakka melihat kearah Angel.

“Angel mendingan kamu pulang duluan...” ujarku pada Angel.

“Tapi Yo...”

“Udah aku bisa ngurusin masalah ini sendiri...”

Angel pun pulang dan tinggalah aku sendiri pada Cakka. Kuceritakan padanya apa yang terjadi hari ini, siapa Angel, dan mengapa aku tidak mengangkat telpon hari ini.

“Yo seharusnya elo gak boleh gitu, wajarkan Ify marah. Kenapa juga lo gak pernah bilang sama Ify. Gue juga kaget liat lo tadi...”

Aku memegang wajahku dengan kedua tanganku. Aku sangat frustasi keadaan ini, aku bingung setengah mati. Aku memang yang salah dan aku tak bisa melihat Ify yang menangis karenaku...

“Iya Cak, gue tau gue yang salah dari awal. Gue pengen banget minta maaf sama Ify. Tapi lo gak bisa ngebayangin kalo jadi gue Cak. Keadaan gue rumit banget...”

“Terus masalah lo sama Angel itu apa?”

Aku terdiam sejenak. Aku bingung menjawab pertanyaan Cakka ini. Aku juga bingung dengan hubunganku dengan Angel. Angel jelas membuatku lebih tenang semenjak aku sering bertengkar dengan Ify. Aku seharusnya tidak membiarkan dia masuk, namun apalah dayaku aku juga butuh ketenangan, dan aku pikir dia bisa jadi orang yang tepat membuatku ceria kembali..

“Yo...” tegur Cakka membangunkanku dari lamunanku.

“Lo ada hubungan apa sama Angel?” tanya Cakka

Aku menghela nafas panjang, dan kuceritakan semua pada Cakka apa yang aku pikirkan tentang Angel.

Cakka terkejut, dari arah pandangannya aku tahu dia kesal padaku...

“Kalo gitu caranya elo harus nyelesaian masalah ini Yo. Bukan cuma sama Ify tapi sama diri lo sendiri. Pikirin baik-baik gimana perasaan elo, perasaan Ify, perasaan Angel. Lo jelas-jelas udah nyakitin satu orang cewek, jangan sampe lo sakitin cewek lainnya.” jelas Cakka

Aku mendengarkan kata-kata Cakka dengan seksama. Kupikir dia memang benar, tapi aku sangat bodoh aku telah menyia-nyiakan Ify dan disisi lain ketika aku mengingat waktuku bersama Angel aku merasa senang dan tenang. Ada apa denganku?

***

Ify’s POV

Bodohnya aku sudah jauh-jauh datang kesini mengharapkan kebahagiaan tapi malah kesedihan yang kudapat. Agni terus menenangkanku. Setelah kejadian malam itu aku tidak mau lagi membahas tentang kak Rio, Cakka yang sempat berbicara dengannya pun tak memberitahuku apa-apa karena aku sudah melarangnya lebih dulu.

Perjalanan pulang terasa cepat. Aku tidak mau membahas apa-apa lagi. Saat bertemu dengan temanku yang lain pun aku lebih memilih diam, aku tahu mereka sudah tau apa yang terjadi. Tak apa kupikir aku tidak harus menyembunyikan apa yang telah terjadi, toh biarlah mereka tahu betapa jahatnya kekasihku itu, menyebutnya kekasih pun aku sudah tidak sudi. Mungkin perasaanku berubah padanya.

Debo. Dia sering menanyakan kabarku, dia tau aku sedang sedih tapi aku menolak untuk menceritakan padanya. Sejujurnya aku menolak semua orang yang mulai membahas tentang kak Rio, mendengar namanya pun aku tak mau.

Debo selalu berusaha membuatku senang, dia mengajakku jalan-jalan melepas penat, walau aku selalu menolaknya dia tetap tidak menyerah. Aku hanya heran saja kenapa dia baik sekali padaku. Dia pernah meyakinkanku kebaikannya tidak ada maksud apa-apa, dia tidak sedang menggoda atau mempengaruhiku untuk dekat dengannya karena dia tau siapa kak Rio dan dia tau aku benar-benar mencintai kak Rio.

Aku tidak enak hati pada Sivia, sebentar lagi  sahabatku itu akan menikah atpi dengan adanya masalahku mungkin aku sedikit mempengaruhi pikirannya dalam mempersiapkan pernikahannya.
“Via...” tegurku yang membuatnya menoleh.

“Bisa ngomong sebentar...?”

Sivia mengangguk dan menghampiriku...

“Vi maafin gue ya gara-gara masalah gue persiapan pernikahan lo jadi terganggu. Gue seharusnya gak gini ya, gue seharusnya seneng karena elo sahabat gue mau nikah sebentar lagi...”
Sivia tersenyum kecil... “Ify ngapain minta maaf, elo gak ganggu persiapannya sama sekali kok tenang aja... justru gue yang gak enak sama elo, elo kayak gini gue malah seneng-seneng mau nikah...”

Aku menggeleng... “Bukan salah lo juga Vi...”

“Udah ah gak usah dibahas, yang penting lo jangan sedih-sedih terus, kita semua tau elo lagi ada masalah tapi kita semua tau Ify yang kita kenal itu kuat, Ify juga tegar...” balasnya tersenyum

“Makasih ya Vi...”

“Iya pokoknya udah ya jangan terlalu dipikirin. Yang penting nanti pas gue nikah lo dateng dandan yang cantik pake baju seragam dari gue...” katanya

Aku tersenyum... “Bajunya yang bagus ya, kapan fittingnya? Awas kalo murahan...” jawabku lantang
“Nah gitu dong! Ini baru Ify!”

***

Waktu berjalan dengan cepat, sebulan lalu aku terakhir melihat wajahnya, aku mengangis didepannya, memarahinya. Namun hari ini aku melihat diriku didepan kaca ini dengan gaun pink soft pemberian sahabatku untuk pernikahannya hari ini. Aku tersenyum melihat wajahku, dibelakangku Agni dan Shilla juga sedang sibuk sendiri dengan gaun yang mereka pakai.

Beruntungnya Sivia, menurutku dia selalu lebih beruntung daripada aku. Tapi dia berhak mendapatkannya, Sivia dan Gabriel memang sangat cocok dan pasti anak-anak mereka kelak akan cantik dan tampan seperti kedua orang tuanya.

Tibalah waktunya dimana kami bertiga menemui pengantin cantik yang akan kami iringi hari ini...

“Siviaaa!! Cantik banget!!” jerit Shilla langsung memeluknya.

“Via gue gak nyangka deh...” sahutku...

“Ah kalian bisa aja.. Kalian juga cantik-cantik banget...” ujar Sivia sedikit memperhatikan Agni yang cukup kesulitan dengan dress yang ia kenakan

“Agni udah cantik kok...” pujinya

“Iya iya tapi gue gak pede nih...” jawab Agni

“Jangan gak pede dong Ag! Lo udah oke kok kan udah biasa pake rok sama heels, jadi inget dulu ya ngajarin lo setengah mati...” kata Shilla terkikik. Kami semua tertawa.

“Via good luck ya Vi, semoga lancar semoga beneran sah nanti jadi nyonya Gabriel...” godaku yang membuat Sivia merona...

***

Pesta pernikahan berjalan dengan lancar, raut bahagia pada wajah Sivia benar-benar tampak dari senyumannya begitu juga Gabriel yang tak pernah sedikitpun melepaskan pandangannya dari istrinya tersebut.

Pria itu ada disini, aku melihatnya tadi sebelum acara dimulai dan dia juga melihatku. Namun aku sama sekali tak peduli padanya, aku tak mau merusak pesta sahabatku dan aku rasa dia juga berfikir begitu.

Saat pesta dansa dimulai pun aku tidak berdansa kulihat Sivia dan Gabriel berdansa dengan penuh bahagia, semua mata terjtuju pada pengantin baru ini. Kulihat Alvin dan Shilla juga Cakka dan Agni yang sanagt bahagia berdansa. Aku ingin sekali berdansa tapi niat itu kutahan, kulihat Debo dia juga tidak sedang berdansa mungkin dia tidak mengajakku karena dia tau ada kak Rio disitu, itulah yang membuatku senang berteman dengan Debo dia sangat menghormati hubunganku dengan kak Rio dan tidak pernah berniat jahat.

***

Rio’s POV

Ify dari tadi hanya diam menonton pasangan lain berdansa, sama sepertiku tapi aku lebih banyak memperhatikan dia dalam diam. Aku juga ingin sekali berdansa dengannya, andainya masalaah kami tidak pernah terjadi mungkin kami akan sama bahagianya dengan teman-teman kami disana.
Aku datang kepesta ini dengan semangat tidak hanya untuk Gabriel dan Sivia, tapi untuk Ify. Aku sangat merindukannya bahkan aku dan dia sama-sama tidak tau kemana arah hubungan kami, apa kami masih berstatus sepasang kekasih atau tidak lagi?

Sebenarnya aku juga cukup curiga dengan pria yang bernama Debo yang pernah diceritakan Alvin padaku tapi hari ini kuperhatikan Debo tidak sama sekali mengajak Ify mengobrol atau berdansa. Ify pernah bilang padaku bahwa Debo itu mengagumiku dan dia sangat menghormati hubunganku dengan Ify. Kecurigaan ku mulai berkurang setelah menyaksikan hari ini bagaimana sikap mereka berdua.

***

Ify’s POV

Selagi mereka asyik berdansa. Kudengar suara perempuan memanggilku dan mencolek bahuku. Aku terkejut melihat seorang perempuan yang tersenyum kepadaku. Aku ingat sekali wajahnya, wajah perempuan yang dulu aku benci sekali. Dia tersenyum padaku senyumnya sangat manis seolah dia lupa apa yang telah diperbuatnya padaku dan kak Rio, ya dia gadis yang pernah merusak hubungan kami, Dea.

“Hai kamu masih inget aku?” sapanya

Aku mengangguk... “Kok kamu ada disini?” tanyaku heran

Dea tersenyum. “Kebetulan banget ya.. Iya aku diundang sama orang tuanya Gabriel, mamanya temen mamaku. Itu mamaku...” jawabnya sambil menunjuk ibunya yang sedang mengobrol dengan orang tua Gabriel.

“Kamu apa kabar?” tanyaku

“Aku baik-baik aja... Eh ini kenalin tunangan aku...” katanya sambil memperkenalkanku seorang pria...

Aku memperhatikan Dea dan pasangannya terkihat sangat bahagia.

“Ify aku minta maaf ya soal yang dulu aku masih keinget aja...” ujarnya.

Aku tertawa kecil. “Apaan sih Dea, udah lama juga lupain aja...”

Dea tersenyum.. “Eh udah ya Fy kita kesana dulu...” ujarnya pamit.

Aku mengangguk. Ya Tuhan bahkan Dea yang dulu jahat padaku bisa menemukan kebahagiaan, sedangkan aku. Ah entahlah!

Lamunanku terbuyar dengan adanya pengumuman dari pengantin bahwa seluruh wanita yang berstatus lajang dimohon untuk maju kedepan karena pengantin wanita akan melemparkan bunga.
Aku sangat tidak bersemangat sebenarnya karena untuk apa pikirku, toh aku juga tak punya pasangan...

Aku bersama Agni dan Shilla maju kedepan, namun banyak sekali gadis-gadis disana sehingga sepertinya posisi kami kurang menguntungkan...

“Satu... dua... tiga...” teriak MC acara memandu Sivia melempar bunganya dari arah belakang.

Sedetik kemudian aku tak menyangka aku telah memeluk bunga itu tepat sekali dtanganku.

Semua orang bersorak untukku dan aku hanya bisa tersenyum tak menyangka sambil memandangi bunga cantik berwarna pink itu.

***

Rio’s POV

Aku tersenyum memandangi Ify yang berhasil menagkap bunga itu, terlihat rona merah diwajahnya, rona merah yang kurindukan. Aku sangat berharap mitos itu benar bahwa setiap gadis yang mendapatkan bunga akan menikah selanjutnya, dan kuharap aku dan Ify...

“Cie ngayal nih ye...” lamunanku terbuyar oleh suara Alvin yang tepat ditelingaku.

“Apaan sih Vin ngagetin aja...” jawabku salah tingkah...

“Yo kalo lo beneran mau  jadi pasangan Ify lo maju dong! Nyatain kalo lo bener-bener nyesel udah nyakitin dia. Lo udah punya rencana kan?”

“Iya Cakka gue gak bakal nunda-nunda kok. Gue masih butuh waktu aja...” jawabku

“Jangn lama-lama Yo, kasian Ify...” balas Alvin.

Aku hanya mengangguk.

***

Setelah acara selesai kami masih dilokasi menemani pengantin baru ini, sebagai groom’s maid dan bride’s maid itulah tugas kami. Kami juga berfoto-foto bersama. canggung memang mengingat aku dan Ify seperti bermusuhan...

“Mario...” seseorang menyapaku dari belakang.

Aku menoleh dan mengangkat kedua alisku ketika kulihat Debo yang memanggilku...

“Bisa bicara sebentar...?” tanyanya pelan..

Aku mengangguk, dan mengikutinya keluar venue.

“Ada apa?” tanyaku, tapi aku sudah tau dia ingin membicarakan soal Ify.

“Gue mau ngomongin soal Ify..” katanya sambil tersenyum.

Aku hanya menunggu apa yang ingin dia bicarakan.

“Gue gak tau masalah elo sama Ify apa, Ify juga gak mau cerita sama gue. Tapi gue cuman mau ngomong sama elo Ify salah satu orang spesial buat gue. Dia temen yang baik dan gue peduli sama dia. Gue mohon apapun yang terjadi diantara kalian tolong segera selesain, gue gak tega liat Ify terus-terusan diem. Gue taunya Ify orang yang ceria dan baik, setiap dia cerita tentang elo ke gue dulu dia selalu semangat, dia selalu kangen sama lo.”

Aku terdiam mendengarkan penjelasan Debo.

“Gue jujur sempet pernah ada rasa suka sama Ify, bahkan sampe sekarang gue sayang sama dia. Tapi gue tau dia lebih milih elo, dia cinta banget sama elo dan walaupun kalian memang lagi ada masalah sekarang gue yakin kok kalo Ify masih ngarepin lo bisa balik lagi jadi kayak dulu, jadi kak Rio yang selalu bikin dia bangga.”

Aku menjawab penjelasan Debo, “Debo, gue juga mau jujur gue sempet curiga dan gak suka banget Ify punya orang lain yang deket sama dia dimana posisinya gue lagi gak sama dia. Gue curiga sama elo, gue takut elo terlalu deket sama Ify...”

“Gak mungkin lah Yo. Gue mana mungkin merebut Ify dari elo. Gue gak mungkin maksain Ify buat sama gue sementara gue tau Ify cuma cinta dan sayang sama elo.”

Kata-kata Debo membuatku sangat merasa bersalah kepadanya dan kepada Ify tentunya.

“Makasih ya De elo udah ajak gue ngomongin ini. Gue bisa lebih tenang sekarang...”

Debo mengangguk. “Plis apapun yang terjadi lo harus janji sama gue jangan bikin Ify sedih lagi...”
“Iya gue janji...”

***

Ify’s POV

Aku kaget sekali melihat Debo yang mengajak kak Rio mengobrol bersama. Tapi kupikir apa peduliku... Walaupun aku sangat penasaran apa yang mereka bicarakan...

Akhirnya acara benar-benar selesai, aku berpamitan kepada Sivia dan Gabriel beserta orang tuanya...
“Makasih ya Fy udah dateng...” ujar Sivia

“Ya pastilah gue dateng, kalo gak dateng bisa dipecat gue jadi temen lo!” balasku tertawa

“Sekali lagi selamat ya Via sama kak Iel. Kak Iel jangan sakitin Sivia ya awas aja loh kalo sahabat gue nangis gara-gara elo!” ujar Shilla sambil mengancam

“Tenang aja pasti bakal bahagia selalu kok...” kata Gabriel meyakinkan
..
“Cepet punya momongan ya...” lanjut Cakka sambil menaik-naikkan alisnya.

Kami semua tertawa.

“Ify...” kak Rio tiba-tiba memanggilku, aku menoleh begitu juga yang lain.

“Bisa bicara...?” tanya kak Rio, “Maaf ya yang lain gue boleh minta waktu sama Ify sebentar?”

Sivia dan yang lain mengangguk.

Aku mengikuti kak Rio mengajakku keluar. Aku gugup sekali dengan apa yang akan dibicarakannya, rasanya ingin aku tolak tapi tak mungkin. Kapan masalah ini akan selesai kalau aku menolak terus, tapi seharusnya tidak disini jika dia memang ingin bicara tentang masalah kami. Aku tidak mau menangis dihari bahagia temanku.

***

Rio’s POV

Ify hanya terdiam duduk dihadapanku. Dia menungguku berbicara duluan.
“Ify...”

Dia tidak menatapku...

“Fy aku tau kamu marah sama aku, dan mungkin kamu udah gak mau kenal sama aku lagi karena kamu gak pernah sekalipun ngeliat aku  sepanjang hari ini...”

Aku menghela nafasku panjang berusaha untuk tenang.

“Ify aku beneran minta maaf atas semua kesalahan aku. Aku tau aku bener-bener salah, aku udah ingkarin janji aku. Aku bodoh, aku bener-bener nyia-nyiain wanita yang bener-bener punya perasaan tulus sama aku....”

Air mataku meleleh tak kuasa ku tahan. Baru Ifylah wanita satu-satunya yang bisa membuatku menangis.

“Fy... aku cinta kamu, perasaan aku gak pernah berubah. Aku tau kamu marah dengan kehadiran Angel, tapi sejak malam itu aku sadar aku memang salah. Aku memang salah udah ngijinin dia buat ngisi kekosongan hati aku selama kamu gak ada. Gak seharusnya aku gitu. Untuk Angel sendiri, dia temen yang baik tapi ya itu cuma temen. Gak lebih dan gak akan pernah lebih...” jelasku dengan suara parau.

“Mungkin aku bener-bener salah besar dimata kamu, aku gak pernah punya niat selingkuh dari kamu. Malem itu Angel cuman minta temenin ke pesta temennya dia, dia ngajak aku karena dia bilang aku sering murung akhir-akhir ini. That’s it. Gak ada alasan lain. Aku juga gak tau apa perasaan Angel sama aku, tapi apapun perasaan dia ke aku, aku cuma pilih kamu Fy...

Ify hanya terdiam menatapku. Aku tau dia menahan tangisnya terlihat dari matanya yang berkaca-kaca.

“Aku minta maaf Fy. Aku tau mungkin sulit buat kamu mau maafin aku karena kesalahan aku ini. Tapi aku mohon sama kamu tolong kasih aku satu kesempatan lagi, aku janji kamu gak akan nyesel kasih aku satu kesempatan lagi...”

“Stop kak...” ujar Ify pelan, kutatap wajahnya dengan dalam sambil berharap dia langsung memaafkanku... Tapi Ify hanya terdiam sejenak dan menghapus air matanya.

“Aku gak tau harus berbuat apa sekarang. Aku juga gak ngerti sama hubungan ini, aku bingung....” jelas Ify

“Tolong kasih aku satu kesempatan terakhir Fy...”

“Aku gak bisa kasih jawabannya sekarang...” ujar Ify lalu bangkit berdiri. Aku pun ikut berdiri.

“Aku bakal tunggu Fy, sampai kapanpun aku tunggu kamu maafin aku..”

Ify hanya berjalan tanpa menolehku.

***

Ify’s POV

Seminggu berlalu dan kak Rio sudah pulang ke Amerika. Aku belum memberitahu jawabanku padanya, aku bekerja seperti biasa dirumah sakit ini. Oh iya, Debo sudah menceritakannya padaku semua yang dibicarakannya pada Rio. Aku yakin aku telah memilih sahabat yang tepat, Debo baik sekali. Tapi aku belum bisa membuka hatiku kembali untuk kak Rio.. Entahlah...

Dirumah aku tetap memikirkan kak Rio. Aku yakin dia benar-benar menunggu jawabanku, tapi siapa tau dia berpaling lagi selama menunggu ini, pikiran negatifku terus menghantuiku...

“Ify...” panggil mama dari pintu kamarku...

“Ada apa ma?” tanyaku sambil membukakan pintu.

“Itu dibawah ada yang mau ketemu kamu. Katanya dia temen kamu...”

“Siapa ma? Shilla? Agni? Sivia?”

Mama menggeleng. “Mama gak kenal belum pernah ketemu, katanya namanya Angel kalo gak salah..”

Mataku terbelalak mendengar nama itu. Ngapain perempuan itu kesini.

***

Kutemui dia diruang tamuku dan dia hanya menatapku heran...

“Ify...” ujarnya

“Maaf ya aku udah lancang nemuin kamu... Maaf bikin kamu kaget...”

Aku mengangguk..

Angel menarik nafas panjang sebelum berbicara kembali..

“Sebenernya tujuan aku kesini mau ngomong masalah waktu itu....” aku juga manarik nafas karena tebakanku benar Angel akan membicarakan masalah malam itu.

“Aku tau kamu mungkin benci sama aku Fy. Aku memang salah udah ngajakin Rio pergi malem itu, gak seharusnya aku berani. Aku minta maaf sama kamu Fy...”

Aku hanya diam tidak tau harus berkata apa.

“Aku mohon kamu baikan sama Rio Fy, aku bener-bener minta maaf. Rio bener-bener cuma cinta sama kamu Fy dia selalu seneng setiap cerita tentang kamu ke aku. Dia khawatirin kamu disini. Selama di Amerika dia selalu cari-cari kesempatan untuk nyelesaian tugas di sana karena dia pengen balik ke Indonesia, balik ke kamu..”

Lagi-lagi aku menahan air mataku entah senang atau sedih...

“Semenjak kejadian malem itu, Rio bener-bener berubah dia gak kayak dulu lagi, dia kebanyakan diem dan dia udah gak pernah ngobrol sama aku lagi... Aku mohon kamu maafin Rio Fy...” ujar Angel sambil mengatupkan kedua tangan didepan dadanya.

“Aku cuma mau bilang ini aja. Keputusan terakhir cuma ada sama kamu Fy... Aku berharap kalian bisa balik lagi...Aku pulang dulu ya...” ujarnya berdiri

“Angel...” ujarku pelan

Dia menoleh.

“Makasih ya...” ujarku tersenyum...

Angel mengangguk lalu pamit pulang...

***

Rio’s POV

Dua jam kulalui dengan gelisah. Hari ini aku menunggu keputusan berikutnya tentang apakah aku bisa pulang ke negaraku... Aku gelisah sekali sudah berapa kali kubuat surat pernyataan penyelesaian tugasku tapi belum pernah ada keputusan yang pasti. Hari ini terhitung sudah kelima kalinya. Aku masih menunggu surat balasan dari pemimpin rumah sakit disini apakah aku sudah bisa pulang atau belum...


Waktu terus saja berlalu dan aku tetap berdoa dan memikirkan apa yang akan aku lakukan jika aku boleh pulang atau tidak. Nama Ify tetap kusebut bahwa harapan terbesarku adalah pulang dan menemui wanita itu, meminta maaf padanya sampai dia mau memaafkanku, bila perlu aku akan berlutut dihadapannya.

***

Aku pulang dengan  senyuman, senyuman yang tak bisa lepas dari wajahku. Sesampainya dirumah mama ku aku berlari memeluknya dengan senang dan dia sampai menangis. Dia sedih karena akan berpisah denganku kembali tapi dia tau ini yang aku inginkan...

“Sampe sana kamu selesaikan masalah kamu ya Yo...” nasihat mama

Aku mengangguk cepat. Angel sudah ada disana bersama mama...

“Aku juga ikut seneng Yo. Good luck ya salam buat Ify... Aku yakin dia pasti maafin kamu...”

***

Ify’s POV

Aku benar-benar kaget mendapat berita dari Alvin hari ini kalau kak Rio akan pulang dan tak akan pernah pergi lagi. Dia akan kembali bekerja dirumah sakit ini.
Antara senang dan sedih perasaanku. Aku merindukannya bagaimanapun juga tapi apa aku siap untuk memaafkannya?

Pagi-pagi sekali Sivia datang menjemputku, dia bersama suaminya dengan semangat menjemputku kerja...

Aku mengikut saja aku tau mereka sangat senang dengan kepulangan kak Rio dan aku tidak bisa menolak aku akan bertemu dengannya, hari ini...

Sesampainya dirumah sakit disana sudah ada Alvin, Shilla, Agni, dan Cakka. Sebelumnya sudah kuceritakan pada mereka bahwa Angel telah menemuiku dan membuatku yakin mungkin aku kan memaafkan kak Rio...

“Kok pada berdiri disini sih?” tanyaku heran...

“Iya nih katanya Rio tu mau dateng bentar lagi sampe makanya kita tungguin disini...” jelas Alvin dengan tampak cemas...

15 menit berlalu tapi kak Rio belum datang juga... aku jadi ikut cemas...

Kuperhatikan kearah parkiran, Debo telah memarkirkan mobilnya dan dengan keras dia menyembunyikan klakson mobilnya memberi sinyal untuk kami mendatanginya...

“Ada apa sih?” tanyaku...

“Ini Fy... Rio... Rio...” katanya terbata-bata

“Kak Rio? Mana?” tanyaku penasaran dan heran

“Dibelakang...” jawab Debo cepat...

Alvin segera membuka pintu belakang mobil Debo dan terbaringlah kak Rio dengan kening yang berdarah...

Betapa terkejutnya aku dan langsung menghampirinya...

“Kak Rio...” air mataku terjatuh...

Alvin dan Gabriel langsung membantunya keluar dari mobil dan membaringkannya di koridor depan parkiran.

“Kak Rio... kak Rio kenapa???” Ujarku langsung memangku kepalanya... Dia sama sekali tidak bergerak...

“Debo Rio kenapa?” tanya Shilla

“Gue ketemu dia didepan rumah sakit udah kayak gitu, gue juga gak tau...” kata Debo panik

“Kak Rio bangun....” rengekku sedih, air mataku terus meleleh...

“Plis kak Rio bangun... Kak Rio jangan tinggalin Ify lagi... Plis kak...” isakku sedih

“Ify...” ucapnya pelan...

“Kak Rio...” jawabku amsih ketakutan...

“Kamu disini?” tanya Rio

“Iya ini Ify kak...” ujarku, dia tersenyum..

“Maafin aku Fy...” ujarnya masih dengan mata yang tertutup...

“Ify udah maafin kak, udah maafin beneran. Plis kak Rio bangun jangan gini kak plis... Jangan tinggalin Ify lagi...” tangisku pecah.

Lama-kelamaan kak Rio membuka matanya dan memeluk tanganku...

“Kak Rio gak bakal tinggalin kamu Fy... Gak akan pernah, mulai sekarang aku janji buat jagain kamu dan gak bakal ninggalin kamu lagi... Mereka semua saksinya....”

Aku mengangguk cepat dan menghapus air mataku berusaha tegar...

Tiba-tiba kak Rio bangun dari posisinya dan duduk disebelahku, tersenyum...
“Kamu gak papa kak?” tanyaku cemas

“Aku gak papa kok...” ujarnya sambil menghapus darah dikeningnya...

Aku benar-benar terkejut apa yang telah mereka semua perbuat, ternyata ini semua bohong... Mereka semua menertawaiku termasuk Debo yang juga bagian dari rencana ini...

“Kamu jahat!!!!” ujarku sambil memukul-mukul dadanya.

“Kalian semua jahat!!!” lanjutku air mataku keluar lagi...

“Maaf ya Fy hehee... tapi so sweet banget deh kalian...” puji Shilla

So sweet apanya! Kalo kamu beneran mati gimana!!!” ujarku sambil menangis dan tetap memukulnya...

Kak Rio hanya tersenyum dan memelukku berusaha menenangkanku.. Aku berhenti menangis dan bersandar dipelukkannya..

“Maaf ya Fy... Beneran dimaafin kan?” bisiknya

“Nggak!” ujarku kesal

Mereka semua tertawa.

***

Memang kak Rio bukan orang yang romantis. Usaha yang berani banget bikin aku cemas dengan pura-pura kecelakaan, tapi dari situ aku yakin aku benar-benar tidak bisa hidup tanpa kak Rio.

“Hai sayang...” ujarnya mengagetkanku

Aku hanya tersenyum malu mendengar panggilan sayang itu, sudah lama sekali...

“Udah seminggu kita balikkan tapi kok kamu masih banyak diemnya...?” ujarnya menatapku tajam.

Aku hanya mengangkat bahu...

“Jangan diem aja dong, kan jadinya canggung kayak anak SMA baru jadian...” ledeknya
Kupegang tangan pria itu, aku benar-benar senang saat ini...

“Ify gak papa kok kak.. cuman yah canggung dikit.. Tapi beneran gak papa, mungkin karena udah lama kali ya dan Ify seneng banget...” jelasku

Kak Rio tersenyum...

“Aku juga seneng banget Fy. Mulai sekarang aku janji semua bakal baik-baik aja, makaish ya kamu udah maafin aku, aku janji kamu gak akan nyesel ngelakuin itu...”

Aku mengangguk dan menyandarkan kepalaku dibahunya.

***

Rio’s POV

Baru kali ini aku merasa bahagia sekali, memang sebelumnya aku sudah selalu bahagia bersama Ify tapi entah kenapa kali ini benar-benar beda. Dari semua yang kami lalui bersama membuat kami berdua lebih dewasa dalam berhubungan, kami banyak belajar dari kesalahan kami masing-masing, dan aku selalu merindukan Ify dalam hari-hariku walaupun setiap hari bertemu dia tapi aku benar-benar ingin lebih... aku merasa aku sudah siap...

Terus kupikirkan hal ini. Apa aku benar-benar untuk merubah kehidupanku? Apa aku benar-benar siap? Kalau dari usia sudah tidak bisa dibohongi lagi ini memang saatnya, tapi aku masih ragu apa Ify juga sudah siap?

Kuceritakan kegalauanku kepada siapa lagi kalu bukan ketiga sahabatku, mereka merespon dengan bangga dan menyuruhku segera melakukannya..

“Gue bingung gimana? Ify selalu bilang gue tuh gak romantis... Gue pengen banget jadi romantis kali ini...” ujarku

“Rio...rio... lo kok jadi kayak anak cewek ya galaunya...” kata Cakka

“Setuju gue sama Cakka. Kalo lo bener-bener yakin cara apapun romantis kok. Jadi diri sendiri aja...” nasihat Gabriel yang sudah berpengalaman.

Aku mengangguk...

“Iya Yo jadi diri sendiri aja kaya waktu lo nembak dia, manjat pohon...” lanjut Alvin sambil tertawa.
***

Akhirnya persiapanku sudah matang. Aku tetap meminta bantuan teman-temanku...

Sivia, Shilla, dan Agni sudah menyuruh Ify untuk keluar ke taman rumah sakit sendirian...

***

Ify’s POV

“Apaan sih nyuruh gue kesini cepet-cepet tapi sampe sini gak ada orang...” ujarku kesal

“Ini rumah sakit masih sepi juga nyuruh gue dateng cepet-cepet, mana kak Rio bilang gak bisa jemput lagi...” ujarku kesal...

Tiba-tiba aku terkejut melihat seseorang melompat dari atas pohon..

“Eh setan setan!” kataku latah...

Orang itu bangun dan menoleh kepadaku, aku membelakakan mataku melihat topeng yang digunakannya...De javu sekali, pikirku...

Aku merasa takut sekali dan menggerakkan kakiku untuk berlari..

“Stop!” ujarnya berteriak, membuatku menghentikan langkahku..

Dia berjalan berdiri dihadapanku, badanku terasa kaku melihat dia berdiri dan dihadapanku, masih dengan topengnya...

“Aku memang bukan orang yang romantis, aku cuman bisa kayak gini sama kamu...” katanya singkat.

“Aku mau kasih tau kamu alasan aku pake topeng kenapa, aku gak kuasa liat wajah cantik kamu, karena kalo udah liat kamu aku bakal lupa apa yang bakal aku omongin...” aku mendengarkan orang ini dengan seksama dan hati-hati. Kupahami semua kata-katanya.

“Sama kayak waktu itu aku nembak kamu 3 tahun yang lalu...” lanjutnya, aku terkejut aku masih tidak menyangka kalau orang ini... kak Rio.

Tiba-tiba dia membuka topengnya, benar-sekali dia kak Rioku. Menatap wajahnya yang tersenyum dan merona merah membuat jantungku terasa mau lepas dan melompat-lompat.

“Ify...” ujarnya pelan dan menatap mataku...

“Tiga tahun kita udah bareng-bareng, beberapa kali kita berantem bahkan sampe putus... Tapi dari semua yang kita alami bersama aku beneran yakin kalo aku cuman mau sama kamu. Mau sehebat apapun kita berantem, ujung-ujungnya aku cuman mau kamu Fy...”

Kak Rio menghela nafasnya dan memejamkan matanya sedikit sambil memulai kembali...

“Aku mau seterusnya kaya gitu. I want to be with you for the rest of my life, I want to sleep next to you, holding you close to me every night and I would be so happy if the first thing i see every morning is your beautiful face....” lanjutnya membuat mataku berkaca-kaca..

I can’t picture my life without you in it. I want to have a family with you, I want to have our mini us running around the house, I want to have you for the rest of my life, I want to love you with all my heart forever...” lanjutnya kembali sambil tersenyum lebar, terlihat matanya yang berkaca-kaca membuatku tak kuasa menahan tangisku...

So...” tiba-tiba kak Rio berlutut dihadapanku sambil memegang tangan kiriku...

Kulihat dia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan air mataku kembali mengalir...

“Allysa Saufika Umari, my love, will you do me the honour of becoming my wife?

Aku tak kuasa menahan tangisku seakan suaraku terkunci saking bahagianya... Aku mengangguk cepat..

Yes... yes...” jawabku berusaha untuk tidak menangis...

Kak Rio langsung memasangkan cincin emas putih berkilauan dijari manisku, dan langsung berdiri memelukku dengan erat...

Kami sama-sama tertawa dalam tangis, aku tak menyangka hari ini datang begitu cepat...

I love you, my fiance, my future wife....” katanya menatapku..

I love you too, my fiance, my future husband...” jawabku

Tiba-tiba teman-temanku datang dan langsung menyirami kami dengan confetti yang membuatku sangat terkejut...

“Yay!!! Selamat Ify!!!” teriak Shilla langsung berlari memelukku

Kupeluk mereka satu persatu dengan kencang, Shilla, Sivia, dan Agni...

I’m getting married!” teriakku senang sekali...

“Cieee selamat ya bro! Akhirnya lo nyusul juga...” kata Gabriel memeluk Rio, Cakka dan Alvin mengikuti...

Thanks guys, tanpa kalian gak akan bisa jadi kayak gini...” jawab kak Rio merangkulku dan mengecup keningku...

Sekali lagi kupandangi cincin cantik dijari manisku. Aku akan benar-benar menjadi istri kak Rio, aku benar-benar membuktikan mitos mendapatkan bunga saat pernikahan Sivia benar. Aku berharap semua akan tetap baik-baik saja karena aku yakin dengan kak Rio, calon suamiku...

He stole my heart, and I’m gonna steal his last name...

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar