Rabu, 20 Juli 2011

Lo... Gue... END! Part 2 (END)

Putus nya Ify dan Rio membuat keadaan di rumah sakit sedikit aneh, janggal dan tak seperti biasanya, hubungan tak sehat bukan hanya ditunjukkan oleh keduanya, saat ini seolah-olah Rio seperti anak yang dimusuhi oleh teman-teman sekelompoknya...

Sivia bahkan Alvin pun bersikap dingin kepada Rio, wajar saja karena sikap Rio yang sangat tidak mementingkan perempuan yang sudah lama menjadi kekasihnya...

“Ify hari ini gak masuk?” tanya Rio pada Sivia yang sedang sibuk di laboratorium

“Ya...” jawab Via singkat

“Kenapa?”

“Masih bisa kak Rio tanya kenapa?” hanya kalimat itu yang diucapkan Sivia dan dia meninggalkan Rio

Rio hanya bisa bergeleng-geleng lalu dia pun ikut keluar labor..

Pria itu menemui sahabat nya yang lain yang tampak sedang bersama seorang wanita, tak lain dan tak bukan adalah Alvin

“Vin...” sapa Rio

Alvin dan Shilla menatap Rio sinis...

“Oke gue tau kalian semua mungkin marah ke gue, tapi yang kemaren emang keputusan bulat gue...” jelas Rio

“Kak Rio maaf ya, tapi menurut gue lo emang jahat lo belum ngerti gimana sakitnya hati perempuan!” timbas Shilla

“Udah-udah Shill... Biarin aja dan kita liat nanti apa yang bisa Rio perbuat tanpa Ify...” potong Alvin lalu keduanya pergi dari hadapan Rio

Rio tampak kesal, ditendangnya kotak sampah yang ada didekatnya. Ia pun masih bingung dengan keputusan itu, keputusannya memilih meninggalkan Ify.. ‘Rasa gue ke Ify emang udah pudar...’ batin Rio

***

“Dokter Rio kenapa?” tanya Dea saat Rio sedang mengunjunginya

“Nggak papa kok De...” jawab Rio singkat dan berusaha tersenyum

“Nggak mau cerita?”

Rio menggeleng, ia sangat tidak mau Dea mengetahui yang sebenarnya, walaupun sebenarnya entah gadis itu mengetahui secara detail atau tidak..

“Ya udah deh kalo gak mau cerita...” Dea terlihat sok manis didepan Rio

***

“Apa kita bilangin aja tuh cewek?” tanya Shilla

“Gue juga mikir gitu Shill, gila aja Ify sampe gak masuk gini...” respon Sivia positif..

“Yuk!” Shilla dan Sivia akhirnya menuju kamar gadis yang telah mematahkan hati sahabat mereka...

Untung Rio sedang tidak bersama Dea saat itu... Mereka berdua akhirnyamasuk ke kamar tersebut...

“Hei... kamu yang namanya Dea?” tanya Sivia berusaha sopan..

“Iya dokter...”

“Udahlah Vi gak usah basa-basi...” Shilla dengan gaya tomboynya pun langsung menutup pintu dan duduk didepan Dea..

“Lo nyadar gak sih apa yang lo lakuin?” tanya Shilla spontan

“Eh.. apanya?” Dea tampak bingung

“Lo kan yang deket-deketin Rio?” balas Via

“Rio? Dokter Rio?”

“Iya, dan gak usah belagak bego deh lo! Lo tau gak Rio itu udah punya pacar!!!” bentak Shilla

Dea membelalakan matanya menatap dua gadis dihadapannya seolah ingin memberi perlawanan...

“Kok jadi nyalahin gue?!!” balas Dea

“Dan lo tau siapa pacar Rio? Sahabat gue, Ify!!!” Sivia ikut membentak

“Oh... jadi dokter Ify itu pacarnya dokter Rio...” Dea mulai sinis

“Iya! Dan gara-gara lo mereka berdua putus!!” Shilla

Dea tersenyum, menampakkan sosok dibalik kepolosannya... Tampak sudah wajah busuk gadis itu... “Asal lo berdua tau ya, yang ngedeketin gue itu Rio yah mungkin Ify nya aja kali yang kurang perhatian, selingkuh kali dia...”

Shilla hampir melayangkan tamparannya ke Dea tapi Sivia langsung mencegahnya, ia tak mau citra rumah sakit akan rusak karena kejadian ini...

“Kurang ajar banget lo! Lo kira lo siapa? Dan perlu lo tau kita gak bakal ngebiarin lo sama Rio!” timpal Sivia

“Ternyata ada ya pasien yang ngaku pasien, jangan-jangan lo pura-pura sakit!!” Shilla

“Eh lo berdua! Keluar dari sini sekarang!!”

Satu tamparan akhirnya mendarat ke pipi Dea dari tangan Shilla...

Dea yang ingin membalas pun tidak berhasil karena Shilla yang notabene lebih pemberani..

“Awas ya lo tunggu pembalasan gue! Dan satu lagi, Rio bakal jatuh ketangan gue... Dea!” ujarnya sinis sambil menunjuk-nunjuk Shilla dan Sivia...

Kedua sahabat itu keluar dari kamar Dea dengan perasaan campur aduk, terutama untuk Shilla yang sempat menendang pintu kamar Dea saat mereka keluar..

***

“Gila ya tuh cewek!!” respon Alvin setelah mendengar cerita yang telah terjadi

“Awas aja dia!” Shilla masih kesal

“Udah-udah sekarang kita harus pikirin caranya gimana biar kak Rio sama Ify bisa balik lagi...

“Ya udah kita harus kasih tau kak Rio...” usul Shilla

“Gak mungkin.. Rio mana mungkin bisa percaya sama orang sebelum ada bukti yang cukup!” timpal Alvin

“Trus Ify gimana?” tanya Shilla

“Kita jangan kasih tau Ify dulu Vi, kayanya ntar malah tambah kacau karena keadaan Ify belum baik...” tambah Alvin

“Iya, tapi gue rencana mau kerumah Ify pulang ini mau jengukin dia.. mau ikut?” ajak Sivia

“Boleh...” jawab Alvin dan Shilla kompak...

***

Keadaan Ify lumayan membaik, dia memang sedikit demam tetapi dengan untungnya berprofesi sebagai dokter ia tak repot lagi harus menangani demamnya itu...

“Makasih ya guys dah dateng...” Ify tersenyum

“Lo beneran udah baikan Fy?” tanya Shilla

Ify mengangguk, “Lumayan, besok gue udah bisa kerja kok...”

“Kalo lo belum sehat gak usah dipaksain Fy...” kata Via

“Gue gak papa Vi... tenang aja gue udah tenang sekarang.. Yang jelas kan gue udah gak terikat lagi sama orang itu...” Ify tersenyum

“Udah Fy gak usah dipikirin lagi.. Gue sama Sivia sama Shilla juga gak peduliin dia...”

“Kok gitu? Dia kan sahabat kalian juga?” tanya Ify agak kaget

“Sahabat sih iya, tapi kita belain lo...” Alvin tersenyum

“Makasih ya, gue bakal berusaha buat ngeluapin orang itu...”

***

Hari ini Ify pun masuk kerja dengan cuek, ia tetap bersemangat dan kembali menjadi Ify yang dikenal orang banyak...

“Pagi....” sapa Ify kepada beberapa rekannya dan memulai bekerja, ia hanya melengos ketika beberapa kali berpapasan dengan Rio...

“Baguslah kalo Ify udah kerja lagi...” gumam Rio

Alvin yang mendengar ucapan Rio pun menatapnya sinis... “Baguslah kalo Ify udah ngelupai lo...” timpalnya...

“Udah deh Vin berenti nyalahin gue...” jawab Rio agak keras

Alvin tersenyum, “Kalo emang ada yang harus disalahin itu emang lo dokter Rio...” Alvin melengos dan pergi

Sikap Shilla dan Sivia pun tak kalah dinginnya dengan Alvin, mereka bertiga dengan sengaja memusuhi Rio dengan sikap keangkuhannya...

“Via, Shilla, Alvin udahlah gak usah diungkit-ungkit lagi...” selalu itu nasihat Ify kepada ketiga temannya...

“Kita cuma mau kasih pelajaran aja kok Fy...” kata Shilla

“Ya tapi kalo kalian gini terus gue nya malah keinget terus...”

“Hehehe, iya deh maaf gak lagi...” jawab Alvin, “Udah ya gue nganterin Shilla dulu...”

Alvin pun pergi sebentar mengantarkan kekasihnya..

Ify tampak memikirkan sesuatu...

“Lo kenapa Fy?” tanya Via

“Gak papa, gue kesana dulu ya, ada tugas...” jawab Ify singkat, ia sengaja tidak memberitahu Sivia kalau ia harus kekamar Dea sekarang untuk mengantarkan obat-obatan...

“Kenapa lagi harus gue yang kekamar cewek itu...” gumam Ify

***

Dea terlihat sedang memainkan handphonenya, Ify masuk dengan cuek dan meletakkan obat-obatan itu... Ia ingin segera keluar...

“Tunggu...” ucap Dea

Langkah Ify pun terhenti dan menoleh ke gadis itu...

Dea tersenyum sinis lalu menatap Ify

“Kenapa?” tanya Ify cuek

“Gak papa dokter Ify... Gue cuma mau kasih tau kalo gue sama Rio... mantan lo itu... Gue sama dia udah jadian...”

Ify terpaku mendengar sebaris kalimat yang diucapkan Dea dengan jelas itu, ia menatap gadis itu tajam, matanya sedikit berkaca-kaca...

“Ya... gue jadian sama dia, jadi gue harap lo gak nyesel sama keputusan lo mutusin dia, walaupun gue tau sih kalo lo masih cinta sama dia....”

“Maksud lo apa sih ngomong gitu?” air mata Ify menetes juga..

“Kurang jelas apa? Gue sama Rio udah jadian....” Dea sudah menatap Ify dekat sekarang

“Lo gak berhak ngomong kaya gitu didepan gue...”

“Kenapa? Lo cemburu? Salah siapa coba.. Lo sendiri kan yang ngelepasin cowok se-perfect Rio? Lo emang bodoh! Cewek bodoh!”

PLAKK! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dea...

“Ify!!!” seseorang yang baru masuk ke kamar itu pun terkejut...

“Dokter!! Aku ditampar...” adu Dea kepada Rio yang baru saja melihat dengan mata kepala sendiri apa yang barusan dilakukan Ify

“Lo apa-apan sih Fy?!” tanya Rio...

“Yah.. lo liat sendiri kan apa yang gue lakuin barusan... Itu balesan buat wanita busuk ini!” bentak Ify

Dea berlagak akting kesakitan didepan Rio dengan memegangi pipinya...

“Ify lo itu dokter! Dan kalo gue mau gue udah bisa kasih lo SP sekarang!” timpal Rio

Ify menarik nafas panjang, menyeka air matanya dan memberanikan diri menatap Rio...

“Kalo lo mau ngasih gue SP bahkan lo mau pecat gue, gue terima, dan kita liat siapa yang bakal nyesel nantinya!!” Ify keluar dari ruangan itu dengan tegas dan sedikit membanting pintu...

Gadis itu berlari dengan masih menangis, dengan cepat ia kembali keruangannya sebelum ada orang lain yang melihat dirinya...

***
Diruangannya Ify melampiaskan semua amarahnya, dia berusaha menenangkan diri dan siap apabila ancaman Rio benar terjadi...

Berita antara Ify dan Dea cepat sekali sampai ke telinga Sivia, sahabatnya itu langsung mengunjungi Ify...

“Ify...” Sivia dengan cepat memeluk sahabatnya itu...

“Lo gak papa kan?”

Ify menghapus air matanya dan mengangguk, “Udah Vi gue gak papa...”

“Gue udah tau semuanya, kak Rio yang ngomong, emang lo kenapa sama cewek jelek itu?”

Ify menceritakan semua kejadian yang sebenarnya, bagaimana hinaan kasar Dea kepada dirinya dan membuat Sivia ikut marah-marah...

“Kurang ajar! Udah Fy lo tenang aja, gue yang bakal kasih dia pelajaran!” Sivia tampak berani

“Udah Via gak papa, gue terima kok. Dia pasti bakal kena batunya...”

“Gue gak rela dia nge hina sahabat gue Fy... Gue bakal segera kasih tau Alvin sama Shilla, lo tenang aja Fy bakal mampus tuh cewek...”

***

Dea tampak sangat merdeka rencananya berhasil, ia telah menghina Ify habis-habisan hari ini dan citra Ify pun sudah buruk dimata Rio...

“Itu cewek beneran begonya deh! Percaya lagi gue udah jadian sama Rio, tapi bentar lagi juga gue bakal beneran jadian sama Rio... Liat aja nanti, apalagi dua cewek aneh kemaren itu bakal malu dia depan gue!!”

Shilla yang sedang bersama Alvin dan Sivia mendengar kata-kata Dea langsung terkejut, dan mereka pun tahu apa yang harus mereka lakukan. Satu-satunya cara adalah Rio harus tau ulah Dea yang sebenarnya...

“Gak bisa dibiarin lagi...” kata Alvin saat mereka bertiga menuju keruangan Rio

Tampak Rio sedang sibuk dengan pekerjaannya... Ketiga orang itu tanpa mengetuk pintu lagi langsung menerobos masuk

“Heh?! Lo bertiga gak punya sopan ya!” tegur Rio

“Yo sekarang mending lo segera ke kamar si Dea...” Alvin

“Ngapain? Ada apa sih?” Rio bingung

“Kak Rio pasti gak percaya apa yang baru kita denger dari kamar itu.. Dea, cewek yang mungkin bakal gantiin Ify dihati lo itu jahat kak! Dia yang udah ngehina Ify sampe akhirnya Ify nampar dia!” jelas Sivia

“Dan dia berlagak akting di depan lo!” tambah Shilla

“Kalo lo gak percaya buruan ikut kita dan tinggalin pekerjaan lo!” ajak Alvin kasar

“Tapi...tapi...” Rio masih ragu

“Yo! Gue tau lo masih sayang sama Ify, buruan!” paksa Alvin yang menarik tangan Rio

Akhirnya mereka berempat menuju kamar Dea, dengan sembunyi-sembunyi mereka mengintip apa yang sedang dilakukan Dea

“Rioo... Rioo... Bentar lagi lo akan jatuh ketangan gue, dan buat lo Ify lo bakal segera keluar dari tempat ini!”

Rio tersentak mendengarkan kalimat barusan..

“Rencana gue besok... Liat aja, gue pasti bikin Ify tambah disalah-salahin sama Rio...”

“Kurang ajar nih cewek...” gumam Rio...

“Tunggu apa lagi Yo!” timpal Alvin

“Lo bertiga tunggu ditaman, kalo bisa panggil Ify, gue mau sandiwarain Dea dulu...

TOK..TOKK...

Rio masuk ke kamar itu dan terlihat Dea salah tingkah..

“Hai De...” sapa Rio, “Lagi ngapain?”

“Nggak papa kok, aku lagi istirahat aja, pipiku masih sakit...”

“Oh gitu, ya udah lain kali hati-hati ya...”

“Iya aku bakal hati-hati sama cewek itu...” Dea menunjukkan senyum manisnya...

“Ehm... bukan itu maksud gue...”

“Jadi?”

“Maksud gue lo harus hati-hati sama sikap lo, dan jangan karena lo mau cinta gue lo ngelakuin yang gak-gak sama orang... Kalo gue boleh tau, apa rencana lo besok? Lo mau bikin gue nyalah-nyalahin Ify dan beneran kasih SP ke dia?”

Dea membelalakan matanya...

“Aku gak ngerti maksud dokter apa?” gadis itu masih berpura-pura polos

“Ikut gue...” ajak Rio

Dea mengikuti Rio pergi ke taman yang telah dijanjikan sebelumnya, wajahnya ketakutan

***

Sampailah mereka disana sudah ada Alvin, Shilla, Sivia dan Ify...

“Kok aku dibawa kesini?” tanya Dea

“Masih nanya lo?! Heh Dea, gue udah tau semuanya!!” bentak Rio mulai

“Hah? Lo... lo tau... maksudnya?”

“Niat buruk lo ke Ify, dan kejadian kemaren, gue udah tau yang sebenernya...”

“Tunggu, dokter pasti tau dari mereka kan? Mereka kan yang bilang ke dokter... Mereka udah fitnah aku!” akting Dea

PLAKK!! Tiga tamparan sudah Dea terima selama di rumah sakit ini, Shilla, Ify, dan kini Rio

“Lo nyalahin sahabat gue? Iya?!! Gue liat dan denger sendiri rencana lo De!!!!!!!”

Dea mulai menangis, ia tampak sangat kebingungan...

“Dan lo tau betapa menyesalnya gue kenal lo!!” tangan Rio kembali ingin mendarat di pipi Dea, tapi niat itu dicegah dengan Ify yang telah menghalangi Rio untuk menampar Dea...

Ify menatap gadis malang itu dan PLAKK!! Satu tamparan Ify keras kali ini di pipi Dea... Gadis itu meringis...

“Puas lo sekarang? Lo puas kan?!!” bentak Ify, “Lo yang udah bikin hubungan gue sama kak Rio hancur... Gue kira lo baik De, ternyata lo busuk!!!”

“Dan jangan lo harap gue bakal jadian sama lo!” tambah Rio

“Udah-udah Fy, Yo.. sekarang semua udah jelas, gak perlu lama-lama diperpanjang, yang penting nih cewek udah tau dan udah kena...” Alvin menengahi

“Dea, mendingan sekarang lo segera pergi dari rumah sakit ini karena lo udah kalah...” timpal Shilla

Dea pun berusaha berdiri dan menghapus air matanya...

“Mau ngomong apa lagi lo?” tanya Sivia

“Gue... gue emang salah... gue bakal segera pergi dari sini dan gue janji gue gak bakal ganggu kalian lagi... Lo semua mau maafin gue?” Dea lemah...

“Asalkan lo gak ngulangin semua perbuatan lo... bukan cuma sama gue tapi sama semua pasangan di dunia...” jawab Ify

“Gue janji...” Dea segera pergi dari taman itu..

***

Kejadian hari ini tak terasa begitu cepat, sampai akhirnya jam telah menunjukkan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan...

“Ify...” panggil Rio saat Ify berjalan untuk pulang... Disana Rio bersama ketiga lainnya

“Gue mau ngomong...” Rio takut-takut...

“Ehm...” ucap Shilla, Sivia, dan Alvin kompak..

“Sebelumnya gue mau minta maaf banget, gue kaya jadi orang yang bersalah banget sekarang.. Gue udah tau semua dan ngerti banget tentang perasaan lo selama ini...”

Ify tersenyum, “Ya, gue juga udah maafin lo kak, udahlah gak ada yang perlu dipermasalahin lagi udah kelar semuanya...”

“Tapi Fy... gue... gue mau...” Rio menggaruk-garuk keningnya...

“Kenapa?”

“Lo mau balikan lagi sama gue? Gue tau sekarang arti kata egois itu apa, dan gue emang beneran jadi orang egois selama ini, gue janji bakal ngerubah sifat gue itu... Lo mau kan?” jelas Rio

Ify hanya tersenyum menatap Rio, “Kak Rio... janji ya gak bakal kaya gitu lagi?”

Rio mengangguk cepat...

Ify langsung memeluk kekasihnya itu, air matanya menetes, Rio sedikir terkejut dan membalas pelukan Ify...

“Makasih ya Fy...” bisik Rio, “Jadi kita gak end nih?”

Ify tersenyum jahil, “Lo...Gue... Nggak bakalan END!”

Sivia, Shilla dan Alvin pun tersenyum melihat pemandangan itu dan tertawa... 

Selasa, 19 Juli 2011

Lo.. Gue.. END! Part 1

Akhir-akhir ini pekerjaan seorang dokter utama di sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta itu sangatlah padat.. Hampir setiap hari minimal 5 pasien dihadapinya, walaupun ia kadang merasa jenuh dan lelah tapi ia tetap melakukan pekerjaan dengan hati dan tuntas karena itulah yang menjadi tanggung jawabnya... Ya dialah dr. Mario

Seorang gadis pun tak pernah merasa dikesampingkan dengan pekerjaan dokter Mario, malahan ia senantiasa menemani kekasihnya itu, dengan semangat gadis yang bernama Ify terus mensupport dokter ahli bedah itu... Walaupun terkadang sama-sama sibuk tapi keduanya tak pernah memutuskan hubungan walau hanya sebuah senyuman…

Seperti hari ini Ify bersedia menunggu Rio menyelesaikan pekerjaannya sementara teman-temannya seperti Sivia dan Alvin, dua dokter lainnya sudah pulang…

“Lama juga ya…” gumam Ify seraya melirik jam tangannya..

“Kalo lama pulang duluan aja dari tadi neng…” celetuk Rio yang sebenarnya sudah berada dibelakang Ify

“Eh didenger… hehehe... Udah selesai dok?”

Rio mengangguk dan mengajak Ify pulang…

Perjalanan menuju kerumah pun dihiasi dengan obrolan-obrolan biasa..

“Besok masih banyak pasien?” tanya Ify

Rio mengangguk… “Udahlah Fy daripada nungguin gue terus lama lagi mendingan besok lo pulang duluan aja..”

“Nggak papa kok kak, gue kan setia…”

“Bukan gtu maksudnya, gue sih seneng lo mau nungguin gue tapi kasian di lo nya Fy, masa telat pulang terus…”

“Ya ya gue ngerti maksud lo tapi gak papa kok beneran…”

“Ya udah asal jangan maksain aja…” jawab Rio

***

Hari-hari berlalu tak bisa dipungkiri kejenuhan Ify pun terjadi, dia sudah jarang sekali memiliki waktu berdua saja dengan Rio, seringkali ia merasa iri dengan keadaan Alvin yang selalu punya waktu khusus untuk kekasihnya Shilla..

“Udahlah Fy lo yang sabar ya, lo sendiri kan yang bilang lo bakal betah sama keadaan gini…” nasihat Sivia

“Iya sih Vi awalnya gue bisa, tapi lama-lama…” Ify miris

“Sabar ya… Atau lo coba ngomong dulu sama kak Rio buat solusinya…”

“Iya deh, ntar gue ngomong…”

***

Ify pun memberanikan diri menemui Rio di kantor pribadinya, tampak Rio sangat sibuk dengan setumpuk buku dan kertas-kertas dimejanya…

“Kak boleh gue masuk?” tanya Ify

Rio hanya mengangguk tanpa menoleh kearah kekasihnya itu..

“Lo sibuk banget ya…” Ify memulai bicara

“Iya Fy.. Sorry ya… Lo mau ngomong apa?”

“Nggak papa kok, gue mau nanya tentang ki…kita…” Ify gugup

Rio menghela nafas menghentikan tarian penanya di atas kertas…

“Maaf kak, gue… gue…”

“Ify... Ify gue tau mungkin gue terlalu sibuk, tapi please lo ngerti sama keadaan gue, gue gak mau pekerjaan gue jadi runyam gara-gara lo, gara-gara hubungan kita…”

“Apa?” Ify kaget, “Gara-gara gue? Jadi maksud lo gue bakal bikin kerjaan lo runyam, kacau gitu?”

“Bu…bukan maksudnya gue gak mau urusan pribadi nyampur sama profesi… Fy lo harus ngerti lah…”

Ify menatap Rio, matanya hampir berkaca-kaca…

“Sekarang gini ya Fy, gue emang orang sibuk dan gue gak mungkin bisa ada banyak waktu buat urusan yang lain… Gue mau lo ngerti Fy gue sebenernya juga gak mau kaya gini…”
“Kak gue udah lama berusaha buat ngertiin lo, tapi…”

“Aduh gini deh Fy, udahlah buat apa bahas ini… Gue gak mau bikin masalah tambah panjang…”

“Kak Rio segitu sibuknya sampe sekarang gue udah ada didepan lo, tapi lo masih gak mau bahas masalah kita…”

“Masalah? Jadi lo anggap ini masalah? Fy, hubungan kita jauh juga bukan karena gue macem-macem kan? Kok lo nangkepnya gitu sih?”

“Kak, kapan coba kita terakhir makan siang bareng? Gak inget kan!” air mata Ify menetes

“Bahkan seminggu terakhir lo selalu nyuruh gue pulang duluan karena pekerjaan lo itu…”

Rio menarik nafas dan menatap gadisnya itu…

“Oke oke…  gue mungkin emang salah, tapi gue gak pernah kan cuekin lo? Gue selalu tanya kan keadaan lo Ify?” Rio gemas

Mungkin Ify memang terlalu berlebihan tapi seharusnya Rio mengerti perasaan seorang gadis yang merindukan kekasihnya, hanya itu, Ify hanya ingin saat-saat bahagia bersama Rio tetap terjaga, hubungan melalui telpon yang seperti dikatakan Rio pun sudah sangat jarang….

Ify menghapus air matanya, “Kayanya emang lo belum ngerti perasaan cewek ya kak… Gue gak terlalu berharap banyak kok dari lo, tapi ya udahlah lupain aja! Lagian lo juga bakal lebih memilih pekerjaan-pekerjaan lo itu kan daripada gue, gue Ify yang cuma bisa bikin pekerjaan lo kacau…”

“Ify bukan gitu! Kok lo egois gitu sih!!” bentak Rio akhirnya..

Ify terkejut, “Sebelum lo bilang gue egois, seharusnya lo belajar dulu apa arti egois yang sebenarnya…” gadis itu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan Rio

***
Keesokan harinya Ify tampak cuek, dia berusaha professional dengan pekerjaannya dengan melupakan persoalan kemarin…

Sivia dan Alvin pun yang awalnya heran melihat sikap antara Ify dan Rio yang saling cuek akhirnya mengerti tentang apa yang telah terjadi…

“Bodo amat tu cowok! Udah dikasih hati minta jantung!” kata Ify saat bercerita kepada kedua sahabatnya

“Udah Fy sabar… Lo jangan gitu, ntar tambah emosi loh…” respon Alvin

“Mungkin lo berdua masih emosian dan tenangin diri dulu…” kata Sivia, “Eh sekarang kak Rio dimana kak?”

Ada pasien baru tuh kecelakaan pagi ini, si Rio dah yang nanganin...”

“Nah itulah yang gue gak suka dari kak Rio, apa-apa dia.. kaya gak ada orang lain aja…”

***

Ify pun diam-diam masih sering memikirkan kekasihnya, dia hanya ingin melihat Rio, sebentar-sebentar ia melihat Rio yang sedang bekerja, walaupun Rio seolah tak pernah memperhatikan Ify lagi sejak kejadian diruangannya itu…

Saat Ify sedang mengintip Rio diruang pasien, langkahnya pun ketahuan…

“Fy… masuk aja…” panggil Rio cuek

Ify yang terkejut dengan terpaksa masuk keruangan itu…

“Tolong jaga dulu pasien ini, saya harus pergi sebentar…” Ify mengangguk cepat…

Mereka berdua saling menatap selama 2 detik lalu bersama-sama memalingkan muka, Rio pun keluar dari tempat itu..

Seperti biasa sikap Ify selalu ramah kepada pasien..

“Hei… yang pasien tadi pagi ya?”

“Iya…” ujar gadis itu tersenyum…

“Kamu kenapa? Kok bisa kecelakaan?”

“Gara-gara aku gak hati-hati aja nyebrang… Tapi udah gak papa kok untung ada dokter Rio…” ujarnya tersenyum…

“Kayanya kita seumuran, nama kamu siapa?”

“Dea… dokter?”

“Ify, kalo mau gak usah panggil dokter, panggil Ify aja…”

“Wah gak enak nih…” Dea tersenyum…

“Ga papa kali De…” keduanya tertawa…

“Eh dokter Ify, menurut kamu dokter Rio itu orangnya gimana ya?” tanya Dea tiba-tiba..

Ify menelan ludahnya, terkejut! Kenapa gadis didepannya tiba-tiba menanyakan ini…

“Eh… maksudnya gimana apanya?” tanya Ify balik

“Maksud aku, orangnya gimana?”

“Yah dia baik, sama kaya ayahnya…” jawab Ify singkat

Dea pun terlihat seperti membayangkan sesuatu dan ia tersenyum…

“Memang ada apa?” Ify agak curiga

“Nggak papa, aku seneng aja gitu ditanganin sama dia, udah baik, berwibawa, ganteng lagi…”

“Ehm…” respon Ify

“Hehehe, aku kira dari awal dia itu dingin banget karena dia salah satu dokter utama disini tapi dia baik banget, ramah lagi…”

Ify tersenyum kecil mendengar kata-kata Dea…

“Tau nggak Fy, dia baik banget lo sama aku…”

“Dia emang baik smaa semua orang kok.. maksudnya ya dokter kan emang harus baik…” jawab Ify cepat

“Iya, tapi sikapnya udah bikin aku kagum… Jarang banget dokter kaya gitu…”

Ify lagi-lagi hanya memaksakan senyumnya… Ia mulai berfikir bahwa sedikit-demi sedikit perhatian Rio memang telah beralih…

“Ngomong-ngomong dia udah punya pacar belum ya?”

Ify sangat terkejut kali ini! Tak tahukan Dea kalau gadis yang diajaknya bicara itu….

“Eh… emm kalo soal itu tanya langsung aja deh sama dokter Rio, aku gak tau…” Ify tampak gugup

“Hmmm, mau sih tapi malu… Masa gue nanya gitu..” Dea tertawa kecil..

Kan udah akrab?” pancing Ify

“Akrab apanya? Hehehe, semoga deh..” jawab Dea bahagia…

“Emmm, aku keluar dulu ya, kayanya dokter Rio udah dateng…” pamit Ify ketika Rio masuk… Rio bukan menoleh Ify melainkan Dea dan tersenyum manis…

***

Ify berusaha tenang dan tidak memikirkan persoalan gadis baru itu toh mungkin Rio akan menjelaskannya, pikir Ify…

Saat jam pulang kerja, Rio pun spontan menarik tangan Ify dan mengajaknya ke ruangan pribadinya…

“Lo ngapain sih bawa-bawa gue?” tanya Ify kesal

“Maaf Fy, gue perlu ngomong sama lo…”

“Ya gak pake narik-narik gitu dong..”

“Udahlah, itu gak penting.. Gue cuma mau minta maaf, mungkin gue udah keterlaluan sama lo…”

Ify terdiam, ia tidak menatap Rio sedikitpun..

“Gue emang salah waktu itu, gue emang egois… Lo mau kan maafin gue?”

“Lo beneran?” tanya Ify mulai menatap Rio

Rio mengangguk cepat…

“Kak, asal lo tau gue udah gak nganggep masalah ini lagi kok, udah gue lupain…”

“Tapi lo maafin gue?”

Ify mengangguk, “Asalkan lo jangan ngulangin lagi…” ia tersenyum..

Rio dengan cepat langsung memeluk Ify

***

Tiga hari berlalu berjalan tak seperti biasanya, Ify dan Rio memang sudah berbaikan, tetapi sikap mereka seakan jauh dari keakraban mereka selama ini. Ify tetap berusaha menahan waktu bersama Rio karena kesibukannya, Ify pun menghilangkan kejenuhannya dengan tetap semangat bekerja…

“Fy… tadi gue liat kok si Rio akrab banget sama cewek itu…” kata Alvin

“Iya ya kak?” tanya Ify pelan

“Eh maaf Fy, ini pendapat gue aja… Tapi lo sebaiknya ngomong deh sama Rio…”

Ify menunduk lesu…

Setelah pekerjaan Ify selesai, ia langsung menuju ruangan Rio tapi tak menemukannya, ia yakin Rio berada disuatu tempat…

Dugaan Ify benar saja, Rio saat ini sedang bersama Dea di kamar Dea…

Ify pun mengetok pintu, Rio menangkap sinyal itu lalu pergi menemui Ify…

“Iya Fy ada apa?”

“Gue mau ngomong bentar… tapi gak disini…”

***

Tibalah mereka berdua di taman rumah sakit, tempat yang kali ini sepi itu dipilih Ify agar tidak mengusik kerja dokter lain karena masalah pribadi mereka..

“Gue mau bilang soal Dea… kok lo akrab banget sih sama dia?” tanya Ify cuek

“Oh Dea, yah biasa aja kali Fy.. Emang salah kalo gue akrab sama pasien gue?”

“Nggak gitu juga, tapi banyak yang bilang gitu…” Ify

“Oh soal itu ya udah biarin aja orang bilang apa…”

Ify sudah bosan dengan penahanan emosinya serta jawaban-jawaban Rio yang sebetulnya membuatnya sedih…

“Lo juga sering akrab kan sama pasien lo.. Yah gue sama Dea juga gitu…”

“Lo tuh gak peka banget sih!” ceplos Ify

“Ify?! Kok lo marah-marah?” Rio heran

“Orang-orang itu udah bilang ke gue lo sama Dea udah gak wajar! Tiap hari lo makan siang sama Dea, dan walaupun kita udah baekan tapi tiap lo nganterin gue pulang juga lo masih aja nyangkut-nyangkutin Dea ke pembicaraan kita! Ya kan?”

“Oh jadi itu yang bikin lo marah… Cemburu? Iya?”

Ify berdecak kesal dengan sikap Rio

“Gue udah berusaha nahan kak, tapi setelah kita kemaren berantem trus baekan sikap lo berubah, gue sama aja kaya gak kenal sama lo! Apa mungkin lo beneran jenuh sama gue?” jelas Ify

Rio terdiam sejenak, “Sikap lo yang kekanak-kanakan gitu yang bikin gue lama-lama… jenuh sama lo Fy…”

Ify pun menunduk mendengar jawaban Rio, apakah ia lagi-lagi harus mengalah? Ia bingung bagaimana menjelaskan kepada Rio kalau dirinya sangat merindukan sosok Rio yang dulu, bukan Rio yang mementingkan diri sendiri seperti sekarang ini…

“Udah lah Fy… Masih banyak kerjaan gue daripada ngurusin beginian.. Yuk balik…” ajak Rio

“Kak Rio duluan aja gue masih mau disini…”

“Ya udah jangan lama-lama ya…” Ify mengangguk…

Saat Rio berlalu, air mata nya menetes… “Kok lo bego banget sih kak!!! Gak ngerti banget perasaan gue! Awas aja ntar kalo lo sama Dea ada apa-apanya!!”

***

Dilain tempat telihat Shilla dan Alvin sedang pacaran di koridor rumah sakit…

“Gue gak papa nih main-main kesini? Gak dimarahin orang apa?” tanya Shilla

“Gak papa, jangan keseringan aja… Eh Shill, lagi ada masalah nih temen lo…”

“Masalah? Siapa kak?”

“Si Ify sama Rio… kayanya hubungan mereka udah diujung tanduk…”

“Hah? Kok gitu? Sivia gak cerita sama gue…”

“Belum cerita aja kali Via nya…” Alvin akhirnya menceritakan semua tentang Ify dan Rio kepada Shilla

“Ya ampun, masa kak Rio segitunya sih… Kasian Ify…” Shilla kaget

“Makanya gue aja bingung kenapa Rio jadi seolah-olah berubah gitu ya, apalagi sejak ada si Dea itu…”

“Hmmm, kak Rio udah cerita sama lo?” tanya Shilla

“Belom sih, tapi gue yakin dia pasti cerita kok…” Alvin tersenyum

“Mudah-mudahan aja ya, gue kasian sama Ify…..” Shilla tampak khawatir..

***

Benar saja, Rio pun bertemu Alvin dan ngobrol bersama…

“Vin gue boleh jujur gak sama lo…?” tanya Rio

“Kenapa bro? Kaya susah banget lo, ngomong ya ngomong aja sama gue juga.”

“Gue.. gue jenuh sama Ify…”

Alvin terkejut, “Serius Yo? Maksud lo?”

“Iya, gue ngerasa udah gak cocok aja sekarang, udah gak kaya dulu, kita lebih sering berantem… Ify juga sih mudah banget cemburu..”

“Yo, Ify cemburu juga ada maksudnya kali…”

“Gue juga gak ngerti dia anggep gue deket banget sama Dea, menurut gue biasa aja…”

‘Bukan cuma Ify kali, semua orang juga nganggep gitu…’ batin Alvin

“Yang jelas kan gue masih pacarnya Ify dan Ify pacar gue…”

“Hmmm, kalo soal itu lo sendiri deh kayanya yang harus ngomong baik-baik sama Ify, jangan sampe bikin dia salah paham terus…”

“Mau ngomong juga ujung-ujungnya berantem Vin… Gue ngobrol sama Dea bikin gue seneng..”

“Seneng?” tanya Alvin heran

Rio menghela nafas panjang, “Kayanya gue belum yakin Ify emang jodoh gue…”

Rio?! Kok lo ngomong gitu!” bentak Alvin pelan

“Entahlah… gue ngerasa gini…”

“Lo gak sayang lagi sama Ify?”

“Udah deh Vin… gue pergi dulu, capek gue…” Rio meninggalkan Alvin dan menggantungkan pertanyaannya…

***

Alvin hanya memberitahukan obrolannya pada Shilla dan Sivia, tidak kepada Ify. Mereka takut jika Ify akan benar-benar marah dan sedih..

“Fy lo mau kemana?” tanya Via…

“Gue mau ketemu kak Rio, yah mungkin gue emang salah juga kali Vi, gue kaya kurang perhatian gitu sama dia…” jawab Ify tersenyum

“Iya udah deh bagus kalo gitu…”

“Gue pergi dulu ya…” pamit Ify

Ify berjalan dengan penuh persiapan menuju ruangan Rio, tapi tak ditemukannya. Sedikit kecewa tapi Ify tidak membatalkan niatnya… Pergilah ia ke kamar pasien yang sangat ia ketahui bahwa Rio ada disana..

Perlahan Ify mendekati ruangan itu, barulah ia ingin mengetuk pintu tetapi niatnya diurungkan oleh pemandangan dari jendela yang sangat tidak sedap…

Terlihat Rio sedang menyanyikan lagu untuk pasiennya lalu menyuapi pasiennya itu dengan penuh perhatian, air mata Ify pun senantiasa meleleh melihat kejadian itu… Isak tangisnya pun terdengar oleh kedua orang didalam ruangan itu..

“Ify…” Rio kaget langsung menuju ke Ify, tetapi Ify sudah berlari dari ruangan itu, Rio yang semula ingin mengejar pun mengurungkan niatnya..

“Kenapa sih mereka?” gumam Dea sinis…

***

Sampai hari esoknya Ify tetap tidak mau membuka suara kepada Rio, dia sangat marah, kesal, bahkan membenci lelaki itu…

Alvin, Shilla, dan Sivia pun sangat kecewa dengan sikap Rio dan menyuruh Rio untuk segera membuka suara terhadap permasalahan ini…

Semula Ify enggan bertemu dengan Rio tapi karena paksaan ketiga sahabatnya akhirnya mereka berbicara hanya berdua ketika semua dokter dirumah sakit pulang… sementara Sivia, Alvin, dan Shilla menunggu mereka di tempat berlainan…

“Mau ngomongin apa lagi lo?” tanya Ify sinis

“Ify gue beneran mau minta maaf sama lo… gue..”

“Gue udah tau semuanya kok, dan gue gak nyangka aja ada ya pacar yang setega itu sama pacarnya…”

“Gue cuma…”

“Cuma apa kak? Udah lama banget gue nahan lo perhatian sama cewek itu dalam batasan dokter dan pasien, tapi kemaren apa?!”

Rio menunduk, ekspresinya datar…

“Selama ini gue udah pernah liat lo sering ngobrol sama dia, tapi setelah kemaren gue liat gitar lo diruangan itu sampe akhirnya lo suapin dia makan, gue sakit hati! Gue aja yang seumur-umur gak pernah lo kaya gituin. Yang pacar lo tu siapa sih? Gue apa Dea?!!” nada suara Ify meninggi

“Lo beneran egois ya Fy!!” begitulah Rio, sekali ada yang membentaknya, ia akan membentak lebih

“Gue egois? Gimana lo? Selama ini gue ngalah, gue tau mungkin waktu lo bukan buat gue sekarang, tapi nyatanya apa? Lo bales gue gini?!!! Ini yang namanya egois?! Hei Mario! Seperti yang gue pernah bilang, pelajari dulu kata egois sebelum lo bisa ngucapin kata itu!!!”

Nada keduanya yang meninggi membawa ketiga sahabat mereka menyusul dan memastikan langsung kejadian ditempat..

“Sekarang terserah ya kak Rio, gue udah gak peduli lagi dan…” Ify menari nafasnya perlahan tapi pasti

“Lo… Gue… End!!!!!” Ify meninggalkan Rio yang terpaku sendirian…


Sabtu, 02 Juli 2011

Mom's Song

Hari ini emang bukan hari ibu...
Tapi aku menemukan video yang unyu banget!!!
Tau Mari-Kate dan Ashley Oslen kan? Itu tuh aktris kembar yang jago banget acting!!
Mereka dari kecil udah eksis looo, dan aku nge fans berat sama mereka!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ini nih lagu mereka masih kecil buat ibunda tercinta...

Moms are special people
They hug you all the time
They help you do a lot of things
You might be scared to try
They take us to the playground
The movies and the zoo
Mom, we're really lucky
Cause we've got you

When we get in trouble
As little angels can
We know we're gonna get that look
From our biggest fan
She let's us know we messed up
And sometimes she gets mad
But even then, she's
still the best mom
Two kids ever had

Oh, Mother, we need you every day
We think we'll keep you
Oh, Mother, we love you
Even more than songs can say

You're funny and you're smart
You finish what you start
If we could, we'd elect you
President of the Mothers
No matter where you go
We hope it always shows...
You're the very best Mom we know

Oh, Mother, we need you every day
We think we'll keep you
Oh, Mother, we love you
Even more than songs can say

You're the very best,
specialest person in the world

i have no idea why i post this, but it's so touch!
check out the video here :  http://t.co/3rRMcVV

Indah Mu (musikalisasi)

Jaman2 kelas X dulu dikasih tugas buat karang lagu...
huahahaha seru banget deh... Aku, Sintia, Denad, Dennis, dan Iqbal mengarang lagu ini :)

Ini kisah kita...
Kisah kita yang rahasia...
Ada aku dan kamu...


S'mua rasa ini...
Kita bagi jadi satu...
Karna kita,,,
adalah Sahabat....


Kita-kita adalah...
Satu-satu raungan cinta... 
Kamu-kami adalah indah....
Indah...


Kamu-kamu dan aku...
Hanya kita berdua yang tahu...
Semua kebenarannya....


Kita-kita adalah...
Satu-satu raungan cinta... nanana...
Kamu-kamu dan aku...
Hanya kita berdua yang tahu...
Semua kebenarannyaaa....
Oh Sahabat....



:)

Sabtu, 25 Juni 2011

Gue Nggak Percaya! Part 2 (END)

Alvin tersenyum, “Ga papa kok kebetulan gue lewat dan liat lo...”

Mereka berdua duduk sejenak..

“Permainan lo bagus, lo ga ada kerjaan lain apa selain skate?”

Shilla menarik nafas sejenak karena kelelahan..., “Hmmm, itulah gue, kan sekarang gue udah libur kuliah, maklumlah anak semester akhir daripada gue nganggur dirumah enakan gue main...”

“Sendiri? Betah lo?”

Shilla mengangguk, “Udah biasa, lagian sabtu ini gue ada lomba loh, lo dateng ya... Awas kalo nggak!”

“Yeee pake ngancem lagi! Tergantung kalo gue ga ada kerjaan...” jawab Alvin santai

Shilla memanjukan bibir bawahnya, “Sok sibuk lo, mau bilang dokter lagi? Halahh...”

Alvin hanya geleng-geleng kepala, ia berfikir bagaimana cara membuat gadis itu percaya akan kedudukannya. Bagaimanapun Shilla harus percaya dia adalah seorang dokter dan mungkin bukan cuma Shilla yang tidak percaya bahkan anak-anak lain yang seusianya juga...

“Awas aja kalo lo ga dateng, biar gue buktiin gue pasti menang ntar emang kaya lo yang bisanya ngaku-ngaku doang...”

Sebenarnya Alvin kesal dengan perkataan Shilla, tapi Alvin tidak menghiraukannya, mungkin ada saatnya Alvin memberitahu gadis itu...

“Lo ga ada temen ya Shill? Kasian banget sih...” Alvin mengalihkan pembicaraan..

“Enak aja lo bilang, temen gue banyak, tapi ga mau aja gue latihan bareng mereka, ntar mereka bakal tau trik-trik gue!!”

“Hahaha, bener juga sih, tapi emang ga kesepian apa...?”

“Udah biasa gue, udahlah lo sendiri juga kan ga ada temen...” Shilla meledek Alvin

“Woi woi.. kira-kira dong... Temen gue banyak tau, dokter semua!!”

Shilla lagi-lagi tertawa, “Udah deh Vin berenti lo ngomongin dokter, bikin gue ga berenti ngakak nih!”

“Terserah deh terserah...” Alvin nyerah..

“Eh gue pulang dulu ya, ntar gue usahain dateng, latihannya jangan dipaksain, awas lo kalo ga menang!” Alvin balik mengancam...

***
Alvin pun rutin menemani Shilla latihan dia mereka sudah mengenal dekat satu sama lain, Alvin pun menceritakan pengalaman cintanya dengan Sivia...

“Hmm, jangan-jangan lo deketin gue cuma buat pelarian doang...” tuduh Shilla

“Ya nggak lah Shill, apaan sih lo...”

“Beneran? Rugi nih gue!” Shilla ngambek

“Nggak lah Shill, gue tulus kok temenan sama lo! Nggak percaya ya udah... Lo mudah banget sih ga yakin sama orang...”

“Awas ya lo kalo bohong! Lagian juga emang Sivia itu cantik ya?”

“Cantik, baik, dari awal juga gue udah suka sama dia, tapi udahlah... gue harus lupain dia!”

“Okee okee, good luck deh Vin... Oh iya, jangan lupa lo besok gue lomba.. kalo perlu ajak juga temen-temen lo...”

“Okee, ntar gue usahain...”

***

Hari yang ditunggu Shilla pun tiba, lapangan skate sudah ramai, tapi Shilla tidak melihat sosok Alvin, ia pun berusaha menghubunginya...

“Vin... lo dimana? Udah mau mulai nih..

“Aduh Shill, maaf gue ternyata ada kerjaan nih.. gimana ya...” Alvin bingung

“Yah! Lo gimana sih?! Lo bilang janji! Gue ga mau tau banyak kerjaan kek mau nggak kek, lo harus dateng...” Shilla mematikan sambungan telponnya

Alvin yang sekarang berada dirumah sakit pun terpaksa harus meminta izin untuk keluar...

“Yo, plis gue izin nih ya...” Alvin membujuk Rio

“Emang lo mau kemana? Kaya penting banget gimana sih Vin masih pagi gini udah mau keluar...”

Alvin menggaruk-garuk kepalanya...

“Gue sih bisa aja kasih lo izin, tapi kerjaan lo gimana? Kenapa lo nggak tuker jadwal kerja siang aja?”

“Gue lupa Yo kalo jadwal gue pagi hari ini... Penting banget deh Yo.. Pliss... Gue tanggung jawab deh...”

Rio menghela nafas, “Oke, tapi kalo bokap udah turun tangan gue ga tau ya...”

“Sip!” Gue cabut dulu Yo!!”

Dengan cepat Alvin mengendarai motornya menuju tempat lomba Shilla

***

“Shill!!” panggil Alvin terengah-engah...

“Alvin, akhirnya lo dateng, bentar lagi giliran gue nih...

“Iya iya lo semangat ya!!”

Alvin pun duduk diantara penonton yang lain terus memberi dukungan kepada Shilla, Shilla pun tampak semangat dan memenangkan babak 1..

“Wuiihh, selamat ya!! Keren keren!” puji Alvin

“Iya dong Shilla gitu...” jawab Shilla sambil mengibaskan rambutnya...

Alvin tertawa, “Masih babak 1 aja bangga lo, awas kalo ga sampe final!”

“Siap! Lo dukung gue deh jangan keman-mana!” jawab Shilla yakin...

Alvin mengangguk...

Akhirnya sampailah ke babak Final, Shilla satu-satunya perempuan yang tampil di final harus mengalahkan 2 lawan pria...

“Fiuh...” ujar Shilla menepis keringat di dahinya... “Gimana? Sampe kan gue final?!!”

“Iya iya, semangat deh lo! Gue dukung!!” jawab Alvin tersenyum...

Tiba-tiba handphone Alvin berdering..

“Eh Shill maaf ya bentar gue angkat telpon dulu...” Shilla mengangguk

“Iya Yo kenapa?” Alvin was-was menerima telpon dari Rio

“Vin! Buruan lo balik, udah sejam setengah lo diluar!”

“Yah aduh gimana nih Yo lo gantiin gue dulu dong bentar..”

“Vin, gue mau-mau aja, tapi bokap udah tau lo keluar!”

“Mampus gue!” Alvin spontan

“Buruan deh, bokap udah dari tadi gantiin kerjaan lo, udah 3 pasien tau... Gue nggak mau juga dia marah nantinya, bahayanya di lo Vin...”

“Setengah jam lagi deh, gue janji Yo...Pliss..” pinta Alvin

“Aduh Vin, gue harus ngomong apa nih ke bokap... Asal lo tau ya dia bisa aja nyusulin lo!”

“HAH??” Alvin kaget, “Lo serius Yo?”

“Iya beneran, gue ga bohong sumpah.. Buruan balik lo, gue ga mau tau, resiko lo tanggung sendiri!!” Rio memutuskan sambungan telpon...

Alvin berjalan balik ke Shilla..

“Shill, gue harus pergi sekarang... sorry...”

“Lo mau pergi? Sekarang?” Shilla tampak kecewa

“Iya, sorry banget gue udah ditelpon...

“Lo ga asik banget sih, bentar lagi gue final lo malah pergi...” Shilla sinis

“Maaf, gue juga ga mau kaya gini...”

“Nggak... lo ga boleh pergi sampe gue selesai!”

“Shill, lo kok egois gitu sih?!” Alvin ikut kesal, nada bicaranya meninggi

“Oh lo anggep gue egois, gitu? Gue kira lo beda Vin dari temen cowok gue yang lain, ternyata lo sama aja!” Shilla sedikit berteriak

Alvin menahan emosinya, “Dan gue ga nyangka sifat lo kaya anak kecil!! Gue punya urusan lain diluar bukan cuma ditempat ini...” balas Alvin, banyak pengunjung tempat itu memperhatikan mereka...

“Gue pergi dari sini! Semoga lo menang!” Alvin menunjuk-nunjuk Shilla

“Alvin...” Alvin terkejut mendengar suara yang sangat dekat dengannya.. ia menoleh kebelakang..

“Sedang apa kamu disini?” tanya orang itu, membuat semua orang disana memperhatikannya, pria paruh dengan jas putih dan berjalan tegap kearah Alvin.. Dokter Albert Haling..

Alvin menghela nafas, “Maaf dok..” jawabnya pelan..

“Saya benar-benar kecewa kepada kamu, 3 pasien saya menggantikan kamu pagi ini dan kamu disini? Ini kesibukan kamu?”

“Dok, maaf saya...”

“Sudah! Kembali kerumah sakit dan temui saya diruangan...” dokter Albert pun pergi..

Alvin berdiri lemas dan menunduk, iya tau semua orang disana memperhatikannya, ia membalik badan dan perlahan-lahan menatap Shilla tajam..

“Puas lo sekarang Shill?” tanya Alvin pelan... “Aarghh!!!!” ia melangkah menjauhi Shilla dan pergi dari tempat itu...

Shilla menunduk, ia sangat merasa bersalah, dengan tidak semangat ia menjalani partai final ini.. pikirannya hanya tertuju pada Alvin, Alvin, dan Alvin... Sehingga tak disangka ia kalah untuk pertama kalinya dalam lomba itu...

***
Alvin keluar dari ruangan dokter Albert, sekitar 30 menit dia didalam dan ia pun keluar dengan wajah datar, Sivia, Ify, dan Rio sudah menunggunya...

“Vin... gimana?” tanya Rio pelan...

Alvin tersenyum, “Udahlah Yo emang salah gue, dan bokap lo bener-bener dokter yang baik, gue dikasih kesempatan sekali lagi.. makasih ya...”

“Syukur deh kalo gitu...” Rio tersenyum, diikuti oleh Ify dan Sivia

“Gue yakin lo bertiga udah penasaran kan sama cerita gue? Ntar deh gue ceritain jam istirahat...”

***

“Ohh... Jadi si cewek yang namanya Shilla itu yang udah bikin lo gila...” respon Ify

“Iya, gue nyangka aja sifatnya gitu... padahal gue udah ngerasa nyaman sama dia...” jawab Alvin

“Lo sabar aja ya kak...” jawab Sivia, “Mungkin dia maunya lo ada pas dia lomba...”

“Trus si Shilla menang ga?” tanya Rio

Alvin mengangkat bahu, “Mana gue tau, dia ga hubungin gue lagi...”

“Takut lah dia hubungin lo kak pasti ngerasa bersalah juga dia.... Aneh ya, masa dia ada aja ga percaya kalo lo dokter...”

“Yaa.. sampe kejadian tadi mungkin dia udah percaya...” Alvin tersenyum...

“Semoga deh kak dia minta maaf sama lo...” jawab Sivia

“Gue harap gitu. Gue masih pengen deket sama dia...”

***

Shilla tidak keluar rumah hari ini tepatnya tidak keluar kamar, ia terus-terusan bersedih, sedikit-sedikit menangis, tapi ia berusaha terus menghapus air matanya... Ia merasa hidupnya tidak berguna lagi, gelar juara skate bukan miliknya lagi dan sekarang dia harus kehilangan Alvin orang yang sebenarnya ia... suka..

“Gue cuma ga mau lo ga ada saat gue lomba Vin, gue ngerasa semangat banget sejak ada lo, gue bisa menang di babak penyisihan juga karena lo Vin, lo semangatin gue, lo senyum ke gue, lo teriak-teriakin nama gue, itu yang bisa bikin gue menang.. Tapi saat lo pergi waktu itu gue ilang konsentrasi dan gue kalah...” lagi-lagi air mata Shilla keluar....

“Dan mulai sekarang gue bakal berenti main skateboard, gua yakin gue ga bakal bisa lagi...” Shilla tampak putus asa..

***

Sudah beberapa hari Shilla melupakan dunia skateboardnya, hari ini dia sengaja bangun pagi dan berdandan rapi cepat-cepat pergi ke suatu tempat...

“Untung gue tau tempatnya...” gumam Shilla. Baru kali ini dia mengendari mobilnya untuk pergi...

Setelah sampai dia menarik nafas untuk memulai apa yang harus dia lakukan... Perlahan ia melihat sekeliling tempat itu..

“Keren juga ya Alvin bisa jadi dokter disini... Ini kan rumah sakit terkenal banget...” Shilla tersenyum.

“Permisi...” sapa Shilla ramah kepada seorang wanita yang sedang berjalan di loby rumah sakit...

“Ya, ada yang bisa saya bantu?”

“Eh maaf, saya mau tanya ruangan dokter Alvin dimana ya?”

“Oh... Di lantai 2, kebetulan saya juga mau ke lantai 2..., kamu siapa ya?”

“Saya Shilla, temennya dokter Alvin...”

“Oh jadi lo yang namanya Shilla...”

Shilla terkejut mendengar kata-kata barusan.. “Iya, kok tau?”

“Gue Sivia, temennya kak Alvin...” Sivia tersenyum

“Oh, jadi lo yang diceritain Alvin ke gue? Eh kok kak Alvin?”

Sivia tertawa, “Iya gue ya iyalah kakak, dia kan lebih tua dari gue...”

Shilla manggut-manggut, ‘Hmmm kayanya gue emang kalah sikap deh sama dia, pantesan Alvin suka sama nih cewek, cantik banget lagi...’ batin Shilla

Akhirnya mereka sampai ke lantai 2 didepan ruangan Alvin..

“Nah lo tunggu aja disini, Alvin bentar lagi dateng kok.. Gue masuk dulu ya...” Sivia tersenyum lalu pergi...

“Via....” sapa Ify yang tiba-tiba muncul..

“Wew... ngagetin lo...” jawab Sivia...

“Hehehee, eh...siapa tuh?” tanya Ify

“Oh ini, dia Fy yang diceritain Alvin kemaren, Shilla...” jawab Sivia

Ify cukup kaget dan langsung menyipitkan matanya menatap Shilla

“Eh... maaf...” Shilla agak takut..

“Hehehe, ga papa kok santai aja, gue Ify sahabat kak Alvin...” kedua gadis itu besalaman..

“Dia ceritain ke kalian ya masalah waktu itu?” tanya Shilla pelan

Ify mengangguk, “Sekarang lo sama kak Alvin harus beresin masalah itu, untung kak Alvin ga dikeluarin dari sini...”

“Iya, ini emang salah gue... Gue emang.. egois...”

“Udahlah Shill, kita bisa ngerti kok buruan minta maaf... itu orangnya...” Sivia menunjuk Alvin yang berjalan bersama Rio

“Alvin...” panggil Shilla

Alvin dan Rio berhenti didepan Shilla...

“Oh lo... Ngapain lo kesini?” tanya Alvin tanpa menatap Shilla

“Gue...gue mau minta maaf...”

Alvin menghela nafas... “Udahlah ga ada yang perlu dipermasalahin lagi...”

“Eh Vin, gue, Ify sama Sivia pergi dulu ya, biar lo berdua bisa selesain bener-bener...” pamit Rio

“Nggak nggak nggak.. Lo bertiga tetep disini...” suruh Alvin, ketiganya nurut aja..

“Shill, gue udah maafin lo, dan sekarang plis gue mohon banget sama lo jangan ngulangin hal kaya waktu itu lagi.. Jujur gue beneran kecewa sama sikap lo...”

“Iya... gue tau gue salah... dan gue juga kesini mau jujur sama lo Vin..eh.. Kak Alvin..” Shilla memejamkan matanya

Alvin tersenyum, “Kenapa? Mau jujur apa?”

Shila menarik nafas perlahan-lahan... “Pertama gue udah percaya kalo lo itu dokter...”

Alvin kembali terkekeh juga Ify, Rio, dan Sivia...

“Trus gue sekarang udah berenti main skate...”

“Kenapa?” Alvin kaget

“Karena gue ngerasa udah ga bisa main lagi... se..sejak lo nggak ada...” Shilla bersuara sangat pelan..

“Apa? Shill... lo serius... gue..gue ga ngerti deh maksud lo...”

Lagi-lagi Shilla menarik nafas dengan sangat panjang... “Kak Alvin, satu alasan gue ga ngebiarin lo pergi saat gue lomba, itu semua karena gue yakin bisa karena lo ada... Gue beneran semangat saat liat lo nyemangatin gue, lo teriakin nama gue, lo senyum ke gue, itu semua yang bisa bikin gue menang sampe ke babak final, tapi pas lo pergi gue ga bisa, gue pesimis buat menang, dan akhirnya gue kalah...kekalahan pertama gue selama 3 tahun belakangan... Dan gue ga nyangka lo ngerelain kerjaan lo buat dukung gue”

Alvin cengo sebentar... “Jadi lo... maksudnya...”

“Gue nggak bisa kehilangan lo...” aku Shilla

Alvin kembali diam, dia tak menyangka Shilla mengatakan itu...

“Iya gue suka sama lo kak Alvin semenjak kita ketemu dan akrab, gue ngerasa gue sayang banget sama lo...”

Keadaan diam beberapa detik...

“Wow... baru kali ini ada cewek yang berani nembak lo...” ucap Rio memecah keheningan

“Iya, itu gue... gue harus mengakui itu sekarang didepan kalian semua... Gue malu-maluin ya?...” Shilla menggaruk-garuk kepalanya..

Ify, Sivia hanya senyum-senyum aja...

“Udahlah kak Alvin, terima aja, kesempatan loh ditembak cewek cantik... Lagian lo juga suka sama dia kan?” tanya Sivia

Terlihat semu merah di pipi Alvin maupun Shilla...

“Eh,... apaan sih Via...” Alvin salah tingkah..

“Shill, eh...lo.. lo nggak malu-maluin kok... gue seneng lo bilang gitu dan makasih udah panggil gue kakak...”

“Jadi artinya?” tanya Shilla cepat..

“Gue juga sayang sama lo..” Alvin tersenyum, dia dan Shilla saling memandang...

“Heh? Kok malah saling diem...” Ify heran, lalu ia memegang tangan Alvin dan Shilla dan menyatukannya...

“Nah gini dong, baru pacaran...!!” kata Ify keras...

“Rio dan Sivia tertawa, akhirnya Alvin dan Shilla pun ikut terbawa suasana kesenangan itu...

“Selamet ya kak... bener kan lo pasti dapetin orang yang lebih baik...” kata Sivia

“Iya makasih ya kalian... Gue bakal berusaha yakin deh kalo Shilla orangnya...”

“Kok berusaha sih?” tanya Shilla manyun

“Hmmm, gini deh gue mau tanya, sekarang lo udah percaya gue dokter?” tanya Alvin

Shilla mengangguk...

“Lo percaya gue juga suka dan sayang sama lo?”

Shilla diam, “Iya gue percaya.. awas tapi lo kalo bohong!” tuduh Shilla

“Tuh kan.. ini nih yang ga percayaan kaya gini yang bisa bikin gue mikir dua kali...” jelas Alvin...

Mereka berlima tertawa mendengar percakapan tadi...

“Gue pegang janji lo Shill...” kata Alvin, Shilla mengangguk mantap...

Minggu, 04 Desember 2011

Rabu, 20 Juli 2011

Lo... Gue... END! Part 2 (END)

Putus nya Ify dan Rio membuat keadaan di rumah sakit sedikit aneh, janggal dan tak seperti biasanya, hubungan tak sehat bukan hanya ditunjukkan oleh keduanya, saat ini seolah-olah Rio seperti anak yang dimusuhi oleh teman-teman sekelompoknya...

Sivia bahkan Alvin pun bersikap dingin kepada Rio, wajar saja karena sikap Rio yang sangat tidak mementingkan perempuan yang sudah lama menjadi kekasihnya...

“Ify hari ini gak masuk?” tanya Rio pada Sivia yang sedang sibuk di laboratorium

“Ya...” jawab Via singkat

“Kenapa?”

“Masih bisa kak Rio tanya kenapa?” hanya kalimat itu yang diucapkan Sivia dan dia meninggalkan Rio

Rio hanya bisa bergeleng-geleng lalu dia pun ikut keluar labor..

Pria itu menemui sahabat nya yang lain yang tampak sedang bersama seorang wanita, tak lain dan tak bukan adalah Alvin

“Vin...” sapa Rio

Alvin dan Shilla menatap Rio sinis...

“Oke gue tau kalian semua mungkin marah ke gue, tapi yang kemaren emang keputusan bulat gue...” jelas Rio

“Kak Rio maaf ya, tapi menurut gue lo emang jahat lo belum ngerti gimana sakitnya hati perempuan!” timbas Shilla

“Udah-udah Shill... Biarin aja dan kita liat nanti apa yang bisa Rio perbuat tanpa Ify...” potong Alvin lalu keduanya pergi dari hadapan Rio

Rio tampak kesal, ditendangnya kotak sampah yang ada didekatnya. Ia pun masih bingung dengan keputusan itu, keputusannya memilih meninggalkan Ify.. ‘Rasa gue ke Ify emang udah pudar...’ batin Rio

***

“Dokter Rio kenapa?” tanya Dea saat Rio sedang mengunjunginya

“Nggak papa kok De...” jawab Rio singkat dan berusaha tersenyum

“Nggak mau cerita?”

Rio menggeleng, ia sangat tidak mau Dea mengetahui yang sebenarnya, walaupun sebenarnya entah gadis itu mengetahui secara detail atau tidak..

“Ya udah deh kalo gak mau cerita...” Dea terlihat sok manis didepan Rio

***

“Apa kita bilangin aja tuh cewek?” tanya Shilla

“Gue juga mikir gitu Shill, gila aja Ify sampe gak masuk gini...” respon Sivia positif..

“Yuk!” Shilla dan Sivia akhirnya menuju kamar gadis yang telah mematahkan hati sahabat mereka...

Untung Rio sedang tidak bersama Dea saat itu... Mereka berdua akhirnyamasuk ke kamar tersebut...

“Hei... kamu yang namanya Dea?” tanya Sivia berusaha sopan..

“Iya dokter...”

“Udahlah Vi gak usah basa-basi...” Shilla dengan gaya tomboynya pun langsung menutup pintu dan duduk didepan Dea..

“Lo nyadar gak sih apa yang lo lakuin?” tanya Shilla spontan

“Eh.. apanya?” Dea tampak bingung

“Lo kan yang deket-deketin Rio?” balas Via

“Rio? Dokter Rio?”

“Iya, dan gak usah belagak bego deh lo! Lo tau gak Rio itu udah punya pacar!!!” bentak Shilla

Dea membelalakan matanya menatap dua gadis dihadapannya seolah ingin memberi perlawanan...

“Kok jadi nyalahin gue?!!” balas Dea

“Dan lo tau siapa pacar Rio? Sahabat gue, Ify!!!” Sivia ikut membentak

“Oh... jadi dokter Ify itu pacarnya dokter Rio...” Dea mulai sinis

“Iya! Dan gara-gara lo mereka berdua putus!!” Shilla

Dea tersenyum, menampakkan sosok dibalik kepolosannya... Tampak sudah wajah busuk gadis itu... “Asal lo berdua tau ya, yang ngedeketin gue itu Rio yah mungkin Ify nya aja kali yang kurang perhatian, selingkuh kali dia...”

Shilla hampir melayangkan tamparannya ke Dea tapi Sivia langsung mencegahnya, ia tak mau citra rumah sakit akan rusak karena kejadian ini...

“Kurang ajar banget lo! Lo kira lo siapa? Dan perlu lo tau kita gak bakal ngebiarin lo sama Rio!” timpal Sivia

“Ternyata ada ya pasien yang ngaku pasien, jangan-jangan lo pura-pura sakit!!” Shilla

“Eh lo berdua! Keluar dari sini sekarang!!”

Satu tamparan akhirnya mendarat ke pipi Dea dari tangan Shilla...

Dea yang ingin membalas pun tidak berhasil karena Shilla yang notabene lebih pemberani..

“Awas ya lo tunggu pembalasan gue! Dan satu lagi, Rio bakal jatuh ketangan gue... Dea!” ujarnya sinis sambil menunjuk-nunjuk Shilla dan Sivia...

Kedua sahabat itu keluar dari kamar Dea dengan perasaan campur aduk, terutama untuk Shilla yang sempat menendang pintu kamar Dea saat mereka keluar..

***

“Gila ya tuh cewek!!” respon Alvin setelah mendengar cerita yang telah terjadi

“Awas aja dia!” Shilla masih kesal

“Udah-udah sekarang kita harus pikirin caranya gimana biar kak Rio sama Ify bisa balik lagi...

“Ya udah kita harus kasih tau kak Rio...” usul Shilla

“Gak mungkin.. Rio mana mungkin bisa percaya sama orang sebelum ada bukti yang cukup!” timpal Alvin

“Trus Ify gimana?” tanya Shilla

“Kita jangan kasih tau Ify dulu Vi, kayanya ntar malah tambah kacau karena keadaan Ify belum baik...” tambah Alvin

“Iya, tapi gue rencana mau kerumah Ify pulang ini mau jengukin dia.. mau ikut?” ajak Sivia

“Boleh...” jawab Alvin dan Shilla kompak...

***

Keadaan Ify lumayan membaik, dia memang sedikit demam tetapi dengan untungnya berprofesi sebagai dokter ia tak repot lagi harus menangani demamnya itu...

“Makasih ya guys dah dateng...” Ify tersenyum

“Lo beneran udah baikan Fy?” tanya Shilla

Ify mengangguk, “Lumayan, besok gue udah bisa kerja kok...”

“Kalo lo belum sehat gak usah dipaksain Fy...” kata Via

“Gue gak papa Vi... tenang aja gue udah tenang sekarang.. Yang jelas kan gue udah gak terikat lagi sama orang itu...” Ify tersenyum

“Udah Fy gak usah dipikirin lagi.. Gue sama Sivia sama Shilla juga gak peduliin dia...”

“Kok gitu? Dia kan sahabat kalian juga?” tanya Ify agak kaget

“Sahabat sih iya, tapi kita belain lo...” Alvin tersenyum

“Makasih ya, gue bakal berusaha buat ngeluapin orang itu...”

***

Hari ini Ify pun masuk kerja dengan cuek, ia tetap bersemangat dan kembali menjadi Ify yang dikenal orang banyak...

“Pagi....” sapa Ify kepada beberapa rekannya dan memulai bekerja, ia hanya melengos ketika beberapa kali berpapasan dengan Rio...

“Baguslah kalo Ify udah kerja lagi...” gumam Rio

Alvin yang mendengar ucapan Rio pun menatapnya sinis... “Baguslah kalo Ify udah ngelupai lo...” timpalnya...

“Udah deh Vin berenti nyalahin gue...” jawab Rio agak keras

Alvin tersenyum, “Kalo emang ada yang harus disalahin itu emang lo dokter Rio...” Alvin melengos dan pergi

Sikap Shilla dan Sivia pun tak kalah dinginnya dengan Alvin, mereka bertiga dengan sengaja memusuhi Rio dengan sikap keangkuhannya...

“Via, Shilla, Alvin udahlah gak usah diungkit-ungkit lagi...” selalu itu nasihat Ify kepada ketiga temannya...

“Kita cuma mau kasih pelajaran aja kok Fy...” kata Shilla

“Ya tapi kalo kalian gini terus gue nya malah keinget terus...”

“Hehehe, iya deh maaf gak lagi...” jawab Alvin, “Udah ya gue nganterin Shilla dulu...”

Alvin pun pergi sebentar mengantarkan kekasihnya..

Ify tampak memikirkan sesuatu...

“Lo kenapa Fy?” tanya Via

“Gak papa, gue kesana dulu ya, ada tugas...” jawab Ify singkat, ia sengaja tidak memberitahu Sivia kalau ia harus kekamar Dea sekarang untuk mengantarkan obat-obatan...

“Kenapa lagi harus gue yang kekamar cewek itu...” gumam Ify

***

Dea terlihat sedang memainkan handphonenya, Ify masuk dengan cuek dan meletakkan obat-obatan itu... Ia ingin segera keluar...

“Tunggu...” ucap Dea

Langkah Ify pun terhenti dan menoleh ke gadis itu...

Dea tersenyum sinis lalu menatap Ify

“Kenapa?” tanya Ify cuek

“Gak papa dokter Ify... Gue cuma mau kasih tau kalo gue sama Rio... mantan lo itu... Gue sama dia udah jadian...”

Ify terpaku mendengar sebaris kalimat yang diucapkan Dea dengan jelas itu, ia menatap gadis itu tajam, matanya sedikit berkaca-kaca...

“Ya... gue jadian sama dia, jadi gue harap lo gak nyesel sama keputusan lo mutusin dia, walaupun gue tau sih kalo lo masih cinta sama dia....”

“Maksud lo apa sih ngomong gitu?” air mata Ify menetes juga..

“Kurang jelas apa? Gue sama Rio udah jadian....” Dea sudah menatap Ify dekat sekarang

“Lo gak berhak ngomong kaya gitu didepan gue...”

“Kenapa? Lo cemburu? Salah siapa coba.. Lo sendiri kan yang ngelepasin cowok se-perfect Rio? Lo emang bodoh! Cewek bodoh!”

PLAKK! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dea...

“Ify!!!” seseorang yang baru masuk ke kamar itu pun terkejut...

“Dokter!! Aku ditampar...” adu Dea kepada Rio yang baru saja melihat dengan mata kepala sendiri apa yang barusan dilakukan Ify

“Lo apa-apan sih Fy?!” tanya Rio...

“Yah.. lo liat sendiri kan apa yang gue lakuin barusan... Itu balesan buat wanita busuk ini!” bentak Ify

Dea berlagak akting kesakitan didepan Rio dengan memegangi pipinya...

“Ify lo itu dokter! Dan kalo gue mau gue udah bisa kasih lo SP sekarang!” timpal Rio

Ify menarik nafas panjang, menyeka air matanya dan memberanikan diri menatap Rio...

“Kalo lo mau ngasih gue SP bahkan lo mau pecat gue, gue terima, dan kita liat siapa yang bakal nyesel nantinya!!” Ify keluar dari ruangan itu dengan tegas dan sedikit membanting pintu...

Gadis itu berlari dengan masih menangis, dengan cepat ia kembali keruangannya sebelum ada orang lain yang melihat dirinya...

***
Diruangannya Ify melampiaskan semua amarahnya, dia berusaha menenangkan diri dan siap apabila ancaman Rio benar terjadi...

Berita antara Ify dan Dea cepat sekali sampai ke telinga Sivia, sahabatnya itu langsung mengunjungi Ify...

“Ify...” Sivia dengan cepat memeluk sahabatnya itu...

“Lo gak papa kan?”

Ify menghapus air matanya dan mengangguk, “Udah Vi gue gak papa...”

“Gue udah tau semuanya, kak Rio yang ngomong, emang lo kenapa sama cewek jelek itu?”

Ify menceritakan semua kejadian yang sebenarnya, bagaimana hinaan kasar Dea kepada dirinya dan membuat Sivia ikut marah-marah...

“Kurang ajar! Udah Fy lo tenang aja, gue yang bakal kasih dia pelajaran!” Sivia tampak berani

“Udah Via gak papa, gue terima kok. Dia pasti bakal kena batunya...”

“Gue gak rela dia nge hina sahabat gue Fy... Gue bakal segera kasih tau Alvin sama Shilla, lo tenang aja Fy bakal mampus tuh cewek...”

***

Dea tampak sangat merdeka rencananya berhasil, ia telah menghina Ify habis-habisan hari ini dan citra Ify pun sudah buruk dimata Rio...

“Itu cewek beneran begonya deh! Percaya lagi gue udah jadian sama Rio, tapi bentar lagi juga gue bakal beneran jadian sama Rio... Liat aja nanti, apalagi dua cewek aneh kemaren itu bakal malu dia depan gue!!”

Shilla yang sedang bersama Alvin dan Sivia mendengar kata-kata Dea langsung terkejut, dan mereka pun tahu apa yang harus mereka lakukan. Satu-satunya cara adalah Rio harus tau ulah Dea yang sebenarnya...

“Gak bisa dibiarin lagi...” kata Alvin saat mereka bertiga menuju keruangan Rio

Tampak Rio sedang sibuk dengan pekerjaannya... Ketiga orang itu tanpa mengetuk pintu lagi langsung menerobos masuk

“Heh?! Lo bertiga gak punya sopan ya!” tegur Rio

“Yo sekarang mending lo segera ke kamar si Dea...” Alvin

“Ngapain? Ada apa sih?” Rio bingung

“Kak Rio pasti gak percaya apa yang baru kita denger dari kamar itu.. Dea, cewek yang mungkin bakal gantiin Ify dihati lo itu jahat kak! Dia yang udah ngehina Ify sampe akhirnya Ify nampar dia!” jelas Sivia

“Dan dia berlagak akting di depan lo!” tambah Shilla

“Kalo lo gak percaya buruan ikut kita dan tinggalin pekerjaan lo!” ajak Alvin kasar

“Tapi...tapi...” Rio masih ragu

“Yo! Gue tau lo masih sayang sama Ify, buruan!” paksa Alvin yang menarik tangan Rio

Akhirnya mereka berempat menuju kamar Dea, dengan sembunyi-sembunyi mereka mengintip apa yang sedang dilakukan Dea

“Rioo... Rioo... Bentar lagi lo akan jatuh ketangan gue, dan buat lo Ify lo bakal segera keluar dari tempat ini!”

Rio tersentak mendengarkan kalimat barusan..

“Rencana gue besok... Liat aja, gue pasti bikin Ify tambah disalah-salahin sama Rio...”

“Kurang ajar nih cewek...” gumam Rio...

“Tunggu apa lagi Yo!” timpal Alvin

“Lo bertiga tunggu ditaman, kalo bisa panggil Ify, gue mau sandiwarain Dea dulu...

TOK..TOKK...

Rio masuk ke kamar itu dan terlihat Dea salah tingkah..

“Hai De...” sapa Rio, “Lagi ngapain?”

“Nggak papa kok, aku lagi istirahat aja, pipiku masih sakit...”

“Oh gitu, ya udah lain kali hati-hati ya...”

“Iya aku bakal hati-hati sama cewek itu...” Dea menunjukkan senyum manisnya...

“Ehm... bukan itu maksud gue...”

“Jadi?”

“Maksud gue lo harus hati-hati sama sikap lo, dan jangan karena lo mau cinta gue lo ngelakuin yang gak-gak sama orang... Kalo gue boleh tau, apa rencana lo besok? Lo mau bikin gue nyalah-nyalahin Ify dan beneran kasih SP ke dia?”

Dea membelalakan matanya...

“Aku gak ngerti maksud dokter apa?” gadis itu masih berpura-pura polos

“Ikut gue...” ajak Rio

Dea mengikuti Rio pergi ke taman yang telah dijanjikan sebelumnya, wajahnya ketakutan

***

Sampailah mereka disana sudah ada Alvin, Shilla, Sivia dan Ify...

“Kok aku dibawa kesini?” tanya Dea

“Masih nanya lo?! Heh Dea, gue udah tau semuanya!!” bentak Rio mulai

“Hah? Lo... lo tau... maksudnya?”

“Niat buruk lo ke Ify, dan kejadian kemaren, gue udah tau yang sebenernya...”

“Tunggu, dokter pasti tau dari mereka kan? Mereka kan yang bilang ke dokter... Mereka udah fitnah aku!” akting Dea

PLAKK!! Tiga tamparan sudah Dea terima selama di rumah sakit ini, Shilla, Ify, dan kini Rio

“Lo nyalahin sahabat gue? Iya?!! Gue liat dan denger sendiri rencana lo De!!!!!!!”

Dea mulai menangis, ia tampak sangat kebingungan...

“Dan lo tau betapa menyesalnya gue kenal lo!!” tangan Rio kembali ingin mendarat di pipi Dea, tapi niat itu dicegah dengan Ify yang telah menghalangi Rio untuk menampar Dea...

Ify menatap gadis malang itu dan PLAKK!! Satu tamparan Ify keras kali ini di pipi Dea... Gadis itu meringis...

“Puas lo sekarang? Lo puas kan?!!” bentak Ify, “Lo yang udah bikin hubungan gue sama kak Rio hancur... Gue kira lo baik De, ternyata lo busuk!!!”

“Dan jangan lo harap gue bakal jadian sama lo!” tambah Rio

“Udah-udah Fy, Yo.. sekarang semua udah jelas, gak perlu lama-lama diperpanjang, yang penting nih cewek udah tau dan udah kena...” Alvin menengahi

“Dea, mendingan sekarang lo segera pergi dari rumah sakit ini karena lo udah kalah...” timpal Shilla

Dea pun berusaha berdiri dan menghapus air matanya...

“Mau ngomong apa lagi lo?” tanya Sivia

“Gue... gue emang salah... gue bakal segera pergi dari sini dan gue janji gue gak bakal ganggu kalian lagi... Lo semua mau maafin gue?” Dea lemah...

“Asalkan lo gak ngulangin semua perbuatan lo... bukan cuma sama gue tapi sama semua pasangan di dunia...” jawab Ify

“Gue janji...” Dea segera pergi dari taman itu..

***

Kejadian hari ini tak terasa begitu cepat, sampai akhirnya jam telah menunjukkan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan...

“Ify...” panggil Rio saat Ify berjalan untuk pulang... Disana Rio bersama ketiga lainnya

“Gue mau ngomong...” Rio takut-takut...

“Ehm...” ucap Shilla, Sivia, dan Alvin kompak..

“Sebelumnya gue mau minta maaf banget, gue kaya jadi orang yang bersalah banget sekarang.. Gue udah tau semua dan ngerti banget tentang perasaan lo selama ini...”

Ify tersenyum, “Ya, gue juga udah maafin lo kak, udahlah gak ada yang perlu dipermasalahin lagi udah kelar semuanya...”

“Tapi Fy... gue... gue mau...” Rio menggaruk-garuk keningnya...

“Kenapa?”

“Lo mau balikan lagi sama gue? Gue tau sekarang arti kata egois itu apa, dan gue emang beneran jadi orang egois selama ini, gue janji bakal ngerubah sifat gue itu... Lo mau kan?” jelas Rio

Ify hanya tersenyum menatap Rio, “Kak Rio... janji ya gak bakal kaya gitu lagi?”

Rio mengangguk cepat...

Ify langsung memeluk kekasihnya itu, air matanya menetes, Rio sedikir terkejut dan membalas pelukan Ify...

“Makasih ya Fy...” bisik Rio, “Jadi kita gak end nih?”

Ify tersenyum jahil, “Lo...Gue... Nggak bakalan END!”

Sivia, Shilla dan Alvin pun tersenyum melihat pemandangan itu dan tertawa... 

Selasa, 19 Juli 2011

Lo.. Gue.. END! Part 1

Akhir-akhir ini pekerjaan seorang dokter utama di sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta itu sangatlah padat.. Hampir setiap hari minimal 5 pasien dihadapinya, walaupun ia kadang merasa jenuh dan lelah tapi ia tetap melakukan pekerjaan dengan hati dan tuntas karena itulah yang menjadi tanggung jawabnya... Ya dialah dr. Mario

Seorang gadis pun tak pernah merasa dikesampingkan dengan pekerjaan dokter Mario, malahan ia senantiasa menemani kekasihnya itu, dengan semangat gadis yang bernama Ify terus mensupport dokter ahli bedah itu... Walaupun terkadang sama-sama sibuk tapi keduanya tak pernah memutuskan hubungan walau hanya sebuah senyuman…

Seperti hari ini Ify bersedia menunggu Rio menyelesaikan pekerjaannya sementara teman-temannya seperti Sivia dan Alvin, dua dokter lainnya sudah pulang…

“Lama juga ya…” gumam Ify seraya melirik jam tangannya..

“Kalo lama pulang duluan aja dari tadi neng…” celetuk Rio yang sebenarnya sudah berada dibelakang Ify

“Eh didenger… hehehe... Udah selesai dok?”

Rio mengangguk dan mengajak Ify pulang…

Perjalanan menuju kerumah pun dihiasi dengan obrolan-obrolan biasa..

“Besok masih banyak pasien?” tanya Ify

Rio mengangguk… “Udahlah Fy daripada nungguin gue terus lama lagi mendingan besok lo pulang duluan aja..”

“Nggak papa kok kak, gue kan setia…”

“Bukan gtu maksudnya, gue sih seneng lo mau nungguin gue tapi kasian di lo nya Fy, masa telat pulang terus…”

“Ya ya gue ngerti maksud lo tapi gak papa kok beneran…”

“Ya udah asal jangan maksain aja…” jawab Rio

***

Hari-hari berlalu tak bisa dipungkiri kejenuhan Ify pun terjadi, dia sudah jarang sekali memiliki waktu berdua saja dengan Rio, seringkali ia merasa iri dengan keadaan Alvin yang selalu punya waktu khusus untuk kekasihnya Shilla..

“Udahlah Fy lo yang sabar ya, lo sendiri kan yang bilang lo bakal betah sama keadaan gini…” nasihat Sivia

“Iya sih Vi awalnya gue bisa, tapi lama-lama…” Ify miris

“Sabar ya… Atau lo coba ngomong dulu sama kak Rio buat solusinya…”

“Iya deh, ntar gue ngomong…”

***

Ify pun memberanikan diri menemui Rio di kantor pribadinya, tampak Rio sangat sibuk dengan setumpuk buku dan kertas-kertas dimejanya…

“Kak boleh gue masuk?” tanya Ify

Rio hanya mengangguk tanpa menoleh kearah kekasihnya itu..

“Lo sibuk banget ya…” Ify memulai bicara

“Iya Fy.. Sorry ya… Lo mau ngomong apa?”

“Nggak papa kok, gue mau nanya tentang ki…kita…” Ify gugup

Rio menghela nafas menghentikan tarian penanya di atas kertas…

“Maaf kak, gue… gue…”

“Ify... Ify gue tau mungkin gue terlalu sibuk, tapi please lo ngerti sama keadaan gue, gue gak mau pekerjaan gue jadi runyam gara-gara lo, gara-gara hubungan kita…”

“Apa?” Ify kaget, “Gara-gara gue? Jadi maksud lo gue bakal bikin kerjaan lo runyam, kacau gitu?”

“Bu…bukan maksudnya gue gak mau urusan pribadi nyampur sama profesi… Fy lo harus ngerti lah…”

Ify menatap Rio, matanya hampir berkaca-kaca…

“Sekarang gini ya Fy, gue emang orang sibuk dan gue gak mungkin bisa ada banyak waktu buat urusan yang lain… Gue mau lo ngerti Fy gue sebenernya juga gak mau kaya gini…”
“Kak gue udah lama berusaha buat ngertiin lo, tapi…”

“Aduh gini deh Fy, udahlah buat apa bahas ini… Gue gak mau bikin masalah tambah panjang…”

“Kak Rio segitu sibuknya sampe sekarang gue udah ada didepan lo, tapi lo masih gak mau bahas masalah kita…”

“Masalah? Jadi lo anggap ini masalah? Fy, hubungan kita jauh juga bukan karena gue macem-macem kan? Kok lo nangkepnya gitu sih?”

“Kak, kapan coba kita terakhir makan siang bareng? Gak inget kan!” air mata Ify menetes

“Bahkan seminggu terakhir lo selalu nyuruh gue pulang duluan karena pekerjaan lo itu…”

Rio menarik nafas dan menatap gadisnya itu…

“Oke oke…  gue mungkin emang salah, tapi gue gak pernah kan cuekin lo? Gue selalu tanya kan keadaan lo Ify?” Rio gemas

Mungkin Ify memang terlalu berlebihan tapi seharusnya Rio mengerti perasaan seorang gadis yang merindukan kekasihnya, hanya itu, Ify hanya ingin saat-saat bahagia bersama Rio tetap terjaga, hubungan melalui telpon yang seperti dikatakan Rio pun sudah sangat jarang….

Ify menghapus air matanya, “Kayanya emang lo belum ngerti perasaan cewek ya kak… Gue gak terlalu berharap banyak kok dari lo, tapi ya udahlah lupain aja! Lagian lo juga bakal lebih memilih pekerjaan-pekerjaan lo itu kan daripada gue, gue Ify yang cuma bisa bikin pekerjaan lo kacau…”

“Ify bukan gitu! Kok lo egois gitu sih!!” bentak Rio akhirnya..

Ify terkejut, “Sebelum lo bilang gue egois, seharusnya lo belajar dulu apa arti egois yang sebenarnya…” gadis itu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan Rio

***
Keesokan harinya Ify tampak cuek, dia berusaha professional dengan pekerjaannya dengan melupakan persoalan kemarin…

Sivia dan Alvin pun yang awalnya heran melihat sikap antara Ify dan Rio yang saling cuek akhirnya mengerti tentang apa yang telah terjadi…

“Bodo amat tu cowok! Udah dikasih hati minta jantung!” kata Ify saat bercerita kepada kedua sahabatnya

“Udah Fy sabar… Lo jangan gitu, ntar tambah emosi loh…” respon Alvin

“Mungkin lo berdua masih emosian dan tenangin diri dulu…” kata Sivia, “Eh sekarang kak Rio dimana kak?”

Ada pasien baru tuh kecelakaan pagi ini, si Rio dah yang nanganin...”

“Nah itulah yang gue gak suka dari kak Rio, apa-apa dia.. kaya gak ada orang lain aja…”

***

Ify pun diam-diam masih sering memikirkan kekasihnya, dia hanya ingin melihat Rio, sebentar-sebentar ia melihat Rio yang sedang bekerja, walaupun Rio seolah tak pernah memperhatikan Ify lagi sejak kejadian diruangannya itu…

Saat Ify sedang mengintip Rio diruang pasien, langkahnya pun ketahuan…

“Fy… masuk aja…” panggil Rio cuek

Ify yang terkejut dengan terpaksa masuk keruangan itu…

“Tolong jaga dulu pasien ini, saya harus pergi sebentar…” Ify mengangguk cepat…

Mereka berdua saling menatap selama 2 detik lalu bersama-sama memalingkan muka, Rio pun keluar dari tempat itu..

Seperti biasa sikap Ify selalu ramah kepada pasien..

“Hei… yang pasien tadi pagi ya?”

“Iya…” ujar gadis itu tersenyum…

“Kamu kenapa? Kok bisa kecelakaan?”

“Gara-gara aku gak hati-hati aja nyebrang… Tapi udah gak papa kok untung ada dokter Rio…” ujarnya tersenyum…

“Kayanya kita seumuran, nama kamu siapa?”

“Dea… dokter?”

“Ify, kalo mau gak usah panggil dokter, panggil Ify aja…”

“Wah gak enak nih…” Dea tersenyum…

“Ga papa kali De…” keduanya tertawa…

“Eh dokter Ify, menurut kamu dokter Rio itu orangnya gimana ya?” tanya Dea tiba-tiba..

Ify menelan ludahnya, terkejut! Kenapa gadis didepannya tiba-tiba menanyakan ini…

“Eh… maksudnya gimana apanya?” tanya Ify balik

“Maksud aku, orangnya gimana?”

“Yah dia baik, sama kaya ayahnya…” jawab Ify singkat

Dea pun terlihat seperti membayangkan sesuatu dan ia tersenyum…

“Memang ada apa?” Ify agak curiga

“Nggak papa, aku seneng aja gitu ditanganin sama dia, udah baik, berwibawa, ganteng lagi…”

“Ehm…” respon Ify

“Hehehe, aku kira dari awal dia itu dingin banget karena dia salah satu dokter utama disini tapi dia baik banget, ramah lagi…”

Ify tersenyum kecil mendengar kata-kata Dea…

“Tau nggak Fy, dia baik banget lo sama aku…”

“Dia emang baik smaa semua orang kok.. maksudnya ya dokter kan emang harus baik…” jawab Ify cepat

“Iya, tapi sikapnya udah bikin aku kagum… Jarang banget dokter kaya gitu…”

Ify lagi-lagi hanya memaksakan senyumnya… Ia mulai berfikir bahwa sedikit-demi sedikit perhatian Rio memang telah beralih…

“Ngomong-ngomong dia udah punya pacar belum ya?”

Ify sangat terkejut kali ini! Tak tahukan Dea kalau gadis yang diajaknya bicara itu….

“Eh… emm kalo soal itu tanya langsung aja deh sama dokter Rio, aku gak tau…” Ify tampak gugup

“Hmmm, mau sih tapi malu… Masa gue nanya gitu..” Dea tertawa kecil..

Kan udah akrab?” pancing Ify

“Akrab apanya? Hehehe, semoga deh..” jawab Dea bahagia…

“Emmm, aku keluar dulu ya, kayanya dokter Rio udah dateng…” pamit Ify ketika Rio masuk… Rio bukan menoleh Ify melainkan Dea dan tersenyum manis…

***

Ify berusaha tenang dan tidak memikirkan persoalan gadis baru itu toh mungkin Rio akan menjelaskannya, pikir Ify…

Saat jam pulang kerja, Rio pun spontan menarik tangan Ify dan mengajaknya ke ruangan pribadinya…

“Lo ngapain sih bawa-bawa gue?” tanya Ify kesal

“Maaf Fy, gue perlu ngomong sama lo…”

“Ya gak pake narik-narik gitu dong..”

“Udahlah, itu gak penting.. Gue cuma mau minta maaf, mungkin gue udah keterlaluan sama lo…”

Ify terdiam, ia tidak menatap Rio sedikitpun..

“Gue emang salah waktu itu, gue emang egois… Lo mau kan maafin gue?”

“Lo beneran?” tanya Ify mulai menatap Rio

Rio mengangguk cepat…

“Kak, asal lo tau gue udah gak nganggep masalah ini lagi kok, udah gue lupain…”

“Tapi lo maafin gue?”

Ify mengangguk, “Asalkan lo jangan ngulangin lagi…” ia tersenyum..

Rio dengan cepat langsung memeluk Ify

***

Tiga hari berlalu berjalan tak seperti biasanya, Ify dan Rio memang sudah berbaikan, tetapi sikap mereka seakan jauh dari keakraban mereka selama ini. Ify tetap berusaha menahan waktu bersama Rio karena kesibukannya, Ify pun menghilangkan kejenuhannya dengan tetap semangat bekerja…

“Fy… tadi gue liat kok si Rio akrab banget sama cewek itu…” kata Alvin

“Iya ya kak?” tanya Ify pelan

“Eh maaf Fy, ini pendapat gue aja… Tapi lo sebaiknya ngomong deh sama Rio…”

Ify menunduk lesu…

Setelah pekerjaan Ify selesai, ia langsung menuju ruangan Rio tapi tak menemukannya, ia yakin Rio berada disuatu tempat…

Dugaan Ify benar saja, Rio saat ini sedang bersama Dea di kamar Dea…

Ify pun mengetok pintu, Rio menangkap sinyal itu lalu pergi menemui Ify…

“Iya Fy ada apa?”

“Gue mau ngomong bentar… tapi gak disini…”

***

Tibalah mereka berdua di taman rumah sakit, tempat yang kali ini sepi itu dipilih Ify agar tidak mengusik kerja dokter lain karena masalah pribadi mereka..

“Gue mau bilang soal Dea… kok lo akrab banget sih sama dia?” tanya Ify cuek

“Oh Dea, yah biasa aja kali Fy.. Emang salah kalo gue akrab sama pasien gue?”

“Nggak gitu juga, tapi banyak yang bilang gitu…” Ify

“Oh soal itu ya udah biarin aja orang bilang apa…”

Ify sudah bosan dengan penahanan emosinya serta jawaban-jawaban Rio yang sebetulnya membuatnya sedih…

“Lo juga sering akrab kan sama pasien lo.. Yah gue sama Dea juga gitu…”

“Lo tuh gak peka banget sih!” ceplos Ify

“Ify?! Kok lo marah-marah?” Rio heran

“Orang-orang itu udah bilang ke gue lo sama Dea udah gak wajar! Tiap hari lo makan siang sama Dea, dan walaupun kita udah baekan tapi tiap lo nganterin gue pulang juga lo masih aja nyangkut-nyangkutin Dea ke pembicaraan kita! Ya kan?”

“Oh jadi itu yang bikin lo marah… Cemburu? Iya?”

Ify berdecak kesal dengan sikap Rio

“Gue udah berusaha nahan kak, tapi setelah kita kemaren berantem trus baekan sikap lo berubah, gue sama aja kaya gak kenal sama lo! Apa mungkin lo beneran jenuh sama gue?” jelas Ify

Rio terdiam sejenak, “Sikap lo yang kekanak-kanakan gitu yang bikin gue lama-lama… jenuh sama lo Fy…”

Ify pun menunduk mendengar jawaban Rio, apakah ia lagi-lagi harus mengalah? Ia bingung bagaimana menjelaskan kepada Rio kalau dirinya sangat merindukan sosok Rio yang dulu, bukan Rio yang mementingkan diri sendiri seperti sekarang ini…

“Udah lah Fy… Masih banyak kerjaan gue daripada ngurusin beginian.. Yuk balik…” ajak Rio

“Kak Rio duluan aja gue masih mau disini…”

“Ya udah jangan lama-lama ya…” Ify mengangguk…

Saat Rio berlalu, air mata nya menetes… “Kok lo bego banget sih kak!!! Gak ngerti banget perasaan gue! Awas aja ntar kalo lo sama Dea ada apa-apanya!!”

***

Dilain tempat telihat Shilla dan Alvin sedang pacaran di koridor rumah sakit…

“Gue gak papa nih main-main kesini? Gak dimarahin orang apa?” tanya Shilla

“Gak papa, jangan keseringan aja… Eh Shill, lagi ada masalah nih temen lo…”

“Masalah? Siapa kak?”

“Si Ify sama Rio… kayanya hubungan mereka udah diujung tanduk…”

“Hah? Kok gitu? Sivia gak cerita sama gue…”

“Belum cerita aja kali Via nya…” Alvin akhirnya menceritakan semua tentang Ify dan Rio kepada Shilla

“Ya ampun, masa kak Rio segitunya sih… Kasian Ify…” Shilla kaget

“Makanya gue aja bingung kenapa Rio jadi seolah-olah berubah gitu ya, apalagi sejak ada si Dea itu…”

“Hmmm, kak Rio udah cerita sama lo?” tanya Shilla

“Belom sih, tapi gue yakin dia pasti cerita kok…” Alvin tersenyum

“Mudah-mudahan aja ya, gue kasian sama Ify…..” Shilla tampak khawatir..

***

Benar saja, Rio pun bertemu Alvin dan ngobrol bersama…

“Vin gue boleh jujur gak sama lo…?” tanya Rio

“Kenapa bro? Kaya susah banget lo, ngomong ya ngomong aja sama gue juga.”

“Gue.. gue jenuh sama Ify…”

Alvin terkejut, “Serius Yo? Maksud lo?”

“Iya, gue ngerasa udah gak cocok aja sekarang, udah gak kaya dulu, kita lebih sering berantem… Ify juga sih mudah banget cemburu..”

“Yo, Ify cemburu juga ada maksudnya kali…”

“Gue juga gak ngerti dia anggep gue deket banget sama Dea, menurut gue biasa aja…”

‘Bukan cuma Ify kali, semua orang juga nganggep gitu…’ batin Alvin

“Yang jelas kan gue masih pacarnya Ify dan Ify pacar gue…”

“Hmmm, kalo soal itu lo sendiri deh kayanya yang harus ngomong baik-baik sama Ify, jangan sampe bikin dia salah paham terus…”

“Mau ngomong juga ujung-ujungnya berantem Vin… Gue ngobrol sama Dea bikin gue seneng..”

“Seneng?” tanya Alvin heran

Rio menghela nafas panjang, “Kayanya gue belum yakin Ify emang jodoh gue…”

Rio?! Kok lo ngomong gitu!” bentak Alvin pelan

“Entahlah… gue ngerasa gini…”

“Lo gak sayang lagi sama Ify?”

“Udah deh Vin… gue pergi dulu, capek gue…” Rio meninggalkan Alvin dan menggantungkan pertanyaannya…

***

Alvin hanya memberitahukan obrolannya pada Shilla dan Sivia, tidak kepada Ify. Mereka takut jika Ify akan benar-benar marah dan sedih..

“Fy lo mau kemana?” tanya Via…

“Gue mau ketemu kak Rio, yah mungkin gue emang salah juga kali Vi, gue kaya kurang perhatian gitu sama dia…” jawab Ify tersenyum

“Iya udah deh bagus kalo gitu…”

“Gue pergi dulu ya…” pamit Ify

Ify berjalan dengan penuh persiapan menuju ruangan Rio, tapi tak ditemukannya. Sedikit kecewa tapi Ify tidak membatalkan niatnya… Pergilah ia ke kamar pasien yang sangat ia ketahui bahwa Rio ada disana..

Perlahan Ify mendekati ruangan itu, barulah ia ingin mengetuk pintu tetapi niatnya diurungkan oleh pemandangan dari jendela yang sangat tidak sedap…

Terlihat Rio sedang menyanyikan lagu untuk pasiennya lalu menyuapi pasiennya itu dengan penuh perhatian, air mata Ify pun senantiasa meleleh melihat kejadian itu… Isak tangisnya pun terdengar oleh kedua orang didalam ruangan itu..

“Ify…” Rio kaget langsung menuju ke Ify, tetapi Ify sudah berlari dari ruangan itu, Rio yang semula ingin mengejar pun mengurungkan niatnya..

“Kenapa sih mereka?” gumam Dea sinis…

***

Sampai hari esoknya Ify tetap tidak mau membuka suara kepada Rio, dia sangat marah, kesal, bahkan membenci lelaki itu…

Alvin, Shilla, dan Sivia pun sangat kecewa dengan sikap Rio dan menyuruh Rio untuk segera membuka suara terhadap permasalahan ini…

Semula Ify enggan bertemu dengan Rio tapi karena paksaan ketiga sahabatnya akhirnya mereka berbicara hanya berdua ketika semua dokter dirumah sakit pulang… sementara Sivia, Alvin, dan Shilla menunggu mereka di tempat berlainan…

“Mau ngomongin apa lagi lo?” tanya Ify sinis

“Ify gue beneran mau minta maaf sama lo… gue..”

“Gue udah tau semuanya kok, dan gue gak nyangka aja ada ya pacar yang setega itu sama pacarnya…”

“Gue cuma…”

“Cuma apa kak? Udah lama banget gue nahan lo perhatian sama cewek itu dalam batasan dokter dan pasien, tapi kemaren apa?!”

Rio menunduk, ekspresinya datar…

“Selama ini gue udah pernah liat lo sering ngobrol sama dia, tapi setelah kemaren gue liat gitar lo diruangan itu sampe akhirnya lo suapin dia makan, gue sakit hati! Gue aja yang seumur-umur gak pernah lo kaya gituin. Yang pacar lo tu siapa sih? Gue apa Dea?!!” nada suara Ify meninggi

“Lo beneran egois ya Fy!!” begitulah Rio, sekali ada yang membentaknya, ia akan membentak lebih

“Gue egois? Gimana lo? Selama ini gue ngalah, gue tau mungkin waktu lo bukan buat gue sekarang, tapi nyatanya apa? Lo bales gue gini?!!! Ini yang namanya egois?! Hei Mario! Seperti yang gue pernah bilang, pelajari dulu kata egois sebelum lo bisa ngucapin kata itu!!!”

Nada keduanya yang meninggi membawa ketiga sahabat mereka menyusul dan memastikan langsung kejadian ditempat..

“Sekarang terserah ya kak Rio, gue udah gak peduli lagi dan…” Ify menari nafasnya perlahan tapi pasti

“Lo… Gue… End!!!!!” Ify meninggalkan Rio yang terpaku sendirian…


Sabtu, 02 Juli 2011

Mom's Song

Hari ini emang bukan hari ibu...
Tapi aku menemukan video yang unyu banget!!!
Tau Mari-Kate dan Ashley Oslen kan? Itu tuh aktris kembar yang jago banget acting!!
Mereka dari kecil udah eksis looo, dan aku nge fans berat sama mereka!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ini nih lagu mereka masih kecil buat ibunda tercinta...

Moms are special people
They hug you all the time
They help you do a lot of things
You might be scared to try
They take us to the playground
The movies and the zoo
Mom, we're really lucky
Cause we've got you

When we get in trouble
As little angels can
We know we're gonna get that look
From our biggest fan
She let's us know we messed up
And sometimes she gets mad
But even then, she's
still the best mom
Two kids ever had

Oh, Mother, we need you every day
We think we'll keep you
Oh, Mother, we love you
Even more than songs can say

You're funny and you're smart
You finish what you start
If we could, we'd elect you
President of the Mothers
No matter where you go
We hope it always shows...
You're the very best Mom we know

Oh, Mother, we need you every day
We think we'll keep you
Oh, Mother, we love you
Even more than songs can say

You're the very best,
specialest person in the world

i have no idea why i post this, but it's so touch!
check out the video here :  http://t.co/3rRMcVV

Indah Mu (musikalisasi)

Jaman2 kelas X dulu dikasih tugas buat karang lagu...
huahahaha seru banget deh... Aku, Sintia, Denad, Dennis, dan Iqbal mengarang lagu ini :)

Ini kisah kita...
Kisah kita yang rahasia...
Ada aku dan kamu...


S'mua rasa ini...
Kita bagi jadi satu...
Karna kita,,,
adalah Sahabat....


Kita-kita adalah...
Satu-satu raungan cinta... 
Kamu-kami adalah indah....
Indah...


Kamu-kamu dan aku...
Hanya kita berdua yang tahu...
Semua kebenarannya....


Kita-kita adalah...
Satu-satu raungan cinta... nanana...
Kamu-kamu dan aku...
Hanya kita berdua yang tahu...
Semua kebenarannyaaa....
Oh Sahabat....



:)

Sabtu, 25 Juni 2011

Gue Nggak Percaya! Part 2 (END)

Alvin tersenyum, “Ga papa kok kebetulan gue lewat dan liat lo...”

Mereka berdua duduk sejenak..

“Permainan lo bagus, lo ga ada kerjaan lain apa selain skate?”

Shilla menarik nafas sejenak karena kelelahan..., “Hmmm, itulah gue, kan sekarang gue udah libur kuliah, maklumlah anak semester akhir daripada gue nganggur dirumah enakan gue main...”

“Sendiri? Betah lo?”

Shilla mengangguk, “Udah biasa, lagian sabtu ini gue ada lomba loh, lo dateng ya... Awas kalo nggak!”

“Yeee pake ngancem lagi! Tergantung kalo gue ga ada kerjaan...” jawab Alvin santai

Shilla memanjukan bibir bawahnya, “Sok sibuk lo, mau bilang dokter lagi? Halahh...”

Alvin hanya geleng-geleng kepala, ia berfikir bagaimana cara membuat gadis itu percaya akan kedudukannya. Bagaimanapun Shilla harus percaya dia adalah seorang dokter dan mungkin bukan cuma Shilla yang tidak percaya bahkan anak-anak lain yang seusianya juga...

“Awas aja kalo lo ga dateng, biar gue buktiin gue pasti menang ntar emang kaya lo yang bisanya ngaku-ngaku doang...”

Sebenarnya Alvin kesal dengan perkataan Shilla, tapi Alvin tidak menghiraukannya, mungkin ada saatnya Alvin memberitahu gadis itu...

“Lo ga ada temen ya Shill? Kasian banget sih...” Alvin mengalihkan pembicaraan..

“Enak aja lo bilang, temen gue banyak, tapi ga mau aja gue latihan bareng mereka, ntar mereka bakal tau trik-trik gue!!”

“Hahaha, bener juga sih, tapi emang ga kesepian apa...?”

“Udah biasa gue, udahlah lo sendiri juga kan ga ada temen...” Shilla meledek Alvin

“Woi woi.. kira-kira dong... Temen gue banyak tau, dokter semua!!”

Shilla lagi-lagi tertawa, “Udah deh Vin berenti lo ngomongin dokter, bikin gue ga berenti ngakak nih!”

“Terserah deh terserah...” Alvin nyerah..

“Eh gue pulang dulu ya, ntar gue usahain dateng, latihannya jangan dipaksain, awas lo kalo ga menang!” Alvin balik mengancam...

***
Alvin pun rutin menemani Shilla latihan dia mereka sudah mengenal dekat satu sama lain, Alvin pun menceritakan pengalaman cintanya dengan Sivia...

“Hmm, jangan-jangan lo deketin gue cuma buat pelarian doang...” tuduh Shilla

“Ya nggak lah Shill, apaan sih lo...”

“Beneran? Rugi nih gue!” Shilla ngambek

“Nggak lah Shill, gue tulus kok temenan sama lo! Nggak percaya ya udah... Lo mudah banget sih ga yakin sama orang...”

“Awas ya lo kalo bohong! Lagian juga emang Sivia itu cantik ya?”

“Cantik, baik, dari awal juga gue udah suka sama dia, tapi udahlah... gue harus lupain dia!”

“Okee okee, good luck deh Vin... Oh iya, jangan lupa lo besok gue lomba.. kalo perlu ajak juga temen-temen lo...”

“Okee, ntar gue usahain...”

***

Hari yang ditunggu Shilla pun tiba, lapangan skate sudah ramai, tapi Shilla tidak melihat sosok Alvin, ia pun berusaha menghubunginya...

“Vin... lo dimana? Udah mau mulai nih..

“Aduh Shill, maaf gue ternyata ada kerjaan nih.. gimana ya...” Alvin bingung

“Yah! Lo gimana sih?! Lo bilang janji! Gue ga mau tau banyak kerjaan kek mau nggak kek, lo harus dateng...” Shilla mematikan sambungan telponnya

Alvin yang sekarang berada dirumah sakit pun terpaksa harus meminta izin untuk keluar...

“Yo, plis gue izin nih ya...” Alvin membujuk Rio

“Emang lo mau kemana? Kaya penting banget gimana sih Vin masih pagi gini udah mau keluar...”

Alvin menggaruk-garuk kepalanya...

“Gue sih bisa aja kasih lo izin, tapi kerjaan lo gimana? Kenapa lo nggak tuker jadwal kerja siang aja?”

“Gue lupa Yo kalo jadwal gue pagi hari ini... Penting banget deh Yo.. Pliss... Gue tanggung jawab deh...”

Rio menghela nafas, “Oke, tapi kalo bokap udah turun tangan gue ga tau ya...”

“Sip!” Gue cabut dulu Yo!!”

Dengan cepat Alvin mengendarai motornya menuju tempat lomba Shilla

***

“Shill!!” panggil Alvin terengah-engah...

“Alvin, akhirnya lo dateng, bentar lagi giliran gue nih...

“Iya iya lo semangat ya!!”

Alvin pun duduk diantara penonton yang lain terus memberi dukungan kepada Shilla, Shilla pun tampak semangat dan memenangkan babak 1..

“Wuiihh, selamat ya!! Keren keren!” puji Alvin

“Iya dong Shilla gitu...” jawab Shilla sambil mengibaskan rambutnya...

Alvin tertawa, “Masih babak 1 aja bangga lo, awas kalo ga sampe final!”

“Siap! Lo dukung gue deh jangan keman-mana!” jawab Shilla yakin...

Alvin mengangguk...

Akhirnya sampailah ke babak Final, Shilla satu-satunya perempuan yang tampil di final harus mengalahkan 2 lawan pria...

“Fiuh...” ujar Shilla menepis keringat di dahinya... “Gimana? Sampe kan gue final?!!”

“Iya iya, semangat deh lo! Gue dukung!!” jawab Alvin tersenyum...

Tiba-tiba handphone Alvin berdering..

“Eh Shill maaf ya bentar gue angkat telpon dulu...” Shilla mengangguk

“Iya Yo kenapa?” Alvin was-was menerima telpon dari Rio

“Vin! Buruan lo balik, udah sejam setengah lo diluar!”

“Yah aduh gimana nih Yo lo gantiin gue dulu dong bentar..”

“Vin, gue mau-mau aja, tapi bokap udah tau lo keluar!”

“Mampus gue!” Alvin spontan

“Buruan deh, bokap udah dari tadi gantiin kerjaan lo, udah 3 pasien tau... Gue nggak mau juga dia marah nantinya, bahayanya di lo Vin...”

“Setengah jam lagi deh, gue janji Yo...Pliss..” pinta Alvin

“Aduh Vin, gue harus ngomong apa nih ke bokap... Asal lo tau ya dia bisa aja nyusulin lo!”

“HAH??” Alvin kaget, “Lo serius Yo?”

“Iya beneran, gue ga bohong sumpah.. Buruan balik lo, gue ga mau tau, resiko lo tanggung sendiri!!” Rio memutuskan sambungan telpon...

Alvin berjalan balik ke Shilla..

“Shill, gue harus pergi sekarang... sorry...”

“Lo mau pergi? Sekarang?” Shilla tampak kecewa

“Iya, sorry banget gue udah ditelpon...

“Lo ga asik banget sih, bentar lagi gue final lo malah pergi...” Shilla sinis

“Maaf, gue juga ga mau kaya gini...”

“Nggak... lo ga boleh pergi sampe gue selesai!”

“Shill, lo kok egois gitu sih?!” Alvin ikut kesal, nada bicaranya meninggi

“Oh lo anggep gue egois, gitu? Gue kira lo beda Vin dari temen cowok gue yang lain, ternyata lo sama aja!” Shilla sedikit berteriak

Alvin menahan emosinya, “Dan gue ga nyangka sifat lo kaya anak kecil!! Gue punya urusan lain diluar bukan cuma ditempat ini...” balas Alvin, banyak pengunjung tempat itu memperhatikan mereka...

“Gue pergi dari sini! Semoga lo menang!” Alvin menunjuk-nunjuk Shilla

“Alvin...” Alvin terkejut mendengar suara yang sangat dekat dengannya.. ia menoleh kebelakang..

“Sedang apa kamu disini?” tanya orang itu, membuat semua orang disana memperhatikannya, pria paruh dengan jas putih dan berjalan tegap kearah Alvin.. Dokter Albert Haling..

Alvin menghela nafas, “Maaf dok..” jawabnya pelan..

“Saya benar-benar kecewa kepada kamu, 3 pasien saya menggantikan kamu pagi ini dan kamu disini? Ini kesibukan kamu?”

“Dok, maaf saya...”

“Sudah! Kembali kerumah sakit dan temui saya diruangan...” dokter Albert pun pergi..

Alvin berdiri lemas dan menunduk, iya tau semua orang disana memperhatikannya, ia membalik badan dan perlahan-lahan menatap Shilla tajam..

“Puas lo sekarang Shill?” tanya Alvin pelan... “Aarghh!!!!” ia melangkah menjauhi Shilla dan pergi dari tempat itu...

Shilla menunduk, ia sangat merasa bersalah, dengan tidak semangat ia menjalani partai final ini.. pikirannya hanya tertuju pada Alvin, Alvin, dan Alvin... Sehingga tak disangka ia kalah untuk pertama kalinya dalam lomba itu...

***
Alvin keluar dari ruangan dokter Albert, sekitar 30 menit dia didalam dan ia pun keluar dengan wajah datar, Sivia, Ify, dan Rio sudah menunggunya...

“Vin... gimana?” tanya Rio pelan...

Alvin tersenyum, “Udahlah Yo emang salah gue, dan bokap lo bener-bener dokter yang baik, gue dikasih kesempatan sekali lagi.. makasih ya...”

“Syukur deh kalo gitu...” Rio tersenyum, diikuti oleh Ify dan Sivia

“Gue yakin lo bertiga udah penasaran kan sama cerita gue? Ntar deh gue ceritain jam istirahat...”

***

“Ohh... Jadi si cewek yang namanya Shilla itu yang udah bikin lo gila...” respon Ify

“Iya, gue nyangka aja sifatnya gitu... padahal gue udah ngerasa nyaman sama dia...” jawab Alvin

“Lo sabar aja ya kak...” jawab Sivia, “Mungkin dia maunya lo ada pas dia lomba...”

“Trus si Shilla menang ga?” tanya Rio

Alvin mengangkat bahu, “Mana gue tau, dia ga hubungin gue lagi...”

“Takut lah dia hubungin lo kak pasti ngerasa bersalah juga dia.... Aneh ya, masa dia ada aja ga percaya kalo lo dokter...”

“Yaa.. sampe kejadian tadi mungkin dia udah percaya...” Alvin tersenyum...

“Semoga deh kak dia minta maaf sama lo...” jawab Sivia

“Gue harap gitu. Gue masih pengen deket sama dia...”

***

Shilla tidak keluar rumah hari ini tepatnya tidak keluar kamar, ia terus-terusan bersedih, sedikit-sedikit menangis, tapi ia berusaha terus menghapus air matanya... Ia merasa hidupnya tidak berguna lagi, gelar juara skate bukan miliknya lagi dan sekarang dia harus kehilangan Alvin orang yang sebenarnya ia... suka..

“Gue cuma ga mau lo ga ada saat gue lomba Vin, gue ngerasa semangat banget sejak ada lo, gue bisa menang di babak penyisihan juga karena lo Vin, lo semangatin gue, lo senyum ke gue, lo teriak-teriakin nama gue, itu yang bisa bikin gue menang.. Tapi saat lo pergi waktu itu gue ilang konsentrasi dan gue kalah...” lagi-lagi air mata Shilla keluar....

“Dan mulai sekarang gue bakal berenti main skateboard, gua yakin gue ga bakal bisa lagi...” Shilla tampak putus asa..

***

Sudah beberapa hari Shilla melupakan dunia skateboardnya, hari ini dia sengaja bangun pagi dan berdandan rapi cepat-cepat pergi ke suatu tempat...

“Untung gue tau tempatnya...” gumam Shilla. Baru kali ini dia mengendari mobilnya untuk pergi...

Setelah sampai dia menarik nafas untuk memulai apa yang harus dia lakukan... Perlahan ia melihat sekeliling tempat itu..

“Keren juga ya Alvin bisa jadi dokter disini... Ini kan rumah sakit terkenal banget...” Shilla tersenyum.

“Permisi...” sapa Shilla ramah kepada seorang wanita yang sedang berjalan di loby rumah sakit...

“Ya, ada yang bisa saya bantu?”

“Eh maaf, saya mau tanya ruangan dokter Alvin dimana ya?”

“Oh... Di lantai 2, kebetulan saya juga mau ke lantai 2..., kamu siapa ya?”

“Saya Shilla, temennya dokter Alvin...”

“Oh jadi lo yang namanya Shilla...”

Shilla terkejut mendengar kata-kata barusan.. “Iya, kok tau?”

“Gue Sivia, temennya kak Alvin...” Sivia tersenyum

“Oh, jadi lo yang diceritain Alvin ke gue? Eh kok kak Alvin?”

Sivia tertawa, “Iya gue ya iyalah kakak, dia kan lebih tua dari gue...”

Shilla manggut-manggut, ‘Hmmm kayanya gue emang kalah sikap deh sama dia, pantesan Alvin suka sama nih cewek, cantik banget lagi...’ batin Shilla

Akhirnya mereka sampai ke lantai 2 didepan ruangan Alvin..

“Nah lo tunggu aja disini, Alvin bentar lagi dateng kok.. Gue masuk dulu ya...” Sivia tersenyum lalu pergi...

“Via....” sapa Ify yang tiba-tiba muncul..

“Wew... ngagetin lo...” jawab Sivia...

“Hehehee, eh...siapa tuh?” tanya Ify

“Oh ini, dia Fy yang diceritain Alvin kemaren, Shilla...” jawab Sivia

Ify cukup kaget dan langsung menyipitkan matanya menatap Shilla

“Eh... maaf...” Shilla agak takut..

“Hehehe, ga papa kok santai aja, gue Ify sahabat kak Alvin...” kedua gadis itu besalaman..

“Dia ceritain ke kalian ya masalah waktu itu?” tanya Shilla pelan

Ify mengangguk, “Sekarang lo sama kak Alvin harus beresin masalah itu, untung kak Alvin ga dikeluarin dari sini...”

“Iya, ini emang salah gue... Gue emang.. egois...”

“Udahlah Shill, kita bisa ngerti kok buruan minta maaf... itu orangnya...” Sivia menunjuk Alvin yang berjalan bersama Rio

“Alvin...” panggil Shilla

Alvin dan Rio berhenti didepan Shilla...

“Oh lo... Ngapain lo kesini?” tanya Alvin tanpa menatap Shilla

“Gue...gue mau minta maaf...”

Alvin menghela nafas... “Udahlah ga ada yang perlu dipermasalahin lagi...”

“Eh Vin, gue, Ify sama Sivia pergi dulu ya, biar lo berdua bisa selesain bener-bener...” pamit Rio

“Nggak nggak nggak.. Lo bertiga tetep disini...” suruh Alvin, ketiganya nurut aja..

“Shill, gue udah maafin lo, dan sekarang plis gue mohon banget sama lo jangan ngulangin hal kaya waktu itu lagi.. Jujur gue beneran kecewa sama sikap lo...”

“Iya... gue tau gue salah... dan gue juga kesini mau jujur sama lo Vin..eh.. Kak Alvin..” Shilla memejamkan matanya

Alvin tersenyum, “Kenapa? Mau jujur apa?”

Shila menarik nafas perlahan-lahan... “Pertama gue udah percaya kalo lo itu dokter...”

Alvin kembali terkekeh juga Ify, Rio, dan Sivia...

“Trus gue sekarang udah berenti main skate...”

“Kenapa?” Alvin kaget

“Karena gue ngerasa udah ga bisa main lagi... se..sejak lo nggak ada...” Shilla bersuara sangat pelan..

“Apa? Shill... lo serius... gue..gue ga ngerti deh maksud lo...”

Lagi-lagi Shilla menarik nafas dengan sangat panjang... “Kak Alvin, satu alasan gue ga ngebiarin lo pergi saat gue lomba, itu semua karena gue yakin bisa karena lo ada... Gue beneran semangat saat liat lo nyemangatin gue, lo teriakin nama gue, lo senyum ke gue, itu semua yang bisa bikin gue menang sampe ke babak final, tapi pas lo pergi gue ga bisa, gue pesimis buat menang, dan akhirnya gue kalah...kekalahan pertama gue selama 3 tahun belakangan... Dan gue ga nyangka lo ngerelain kerjaan lo buat dukung gue”

Alvin cengo sebentar... “Jadi lo... maksudnya...”

“Gue nggak bisa kehilangan lo...” aku Shilla

Alvin kembali diam, dia tak menyangka Shilla mengatakan itu...

“Iya gue suka sama lo kak Alvin semenjak kita ketemu dan akrab, gue ngerasa gue sayang banget sama lo...”

Keadaan diam beberapa detik...

“Wow... baru kali ini ada cewek yang berani nembak lo...” ucap Rio memecah keheningan

“Iya, itu gue... gue harus mengakui itu sekarang didepan kalian semua... Gue malu-maluin ya?...” Shilla menggaruk-garuk kepalanya..

Ify, Sivia hanya senyum-senyum aja...

“Udahlah kak Alvin, terima aja, kesempatan loh ditembak cewek cantik... Lagian lo juga suka sama dia kan?” tanya Sivia

Terlihat semu merah di pipi Alvin maupun Shilla...

“Eh,... apaan sih Via...” Alvin salah tingkah..

“Shill, eh...lo.. lo nggak malu-maluin kok... gue seneng lo bilang gitu dan makasih udah panggil gue kakak...”

“Jadi artinya?” tanya Shilla cepat..

“Gue juga sayang sama lo..” Alvin tersenyum, dia dan Shilla saling memandang...

“Heh? Kok malah saling diem...” Ify heran, lalu ia memegang tangan Alvin dan Shilla dan menyatukannya...

“Nah gini dong, baru pacaran...!!” kata Ify keras...

“Rio dan Sivia tertawa, akhirnya Alvin dan Shilla pun ikut terbawa suasana kesenangan itu...

“Selamet ya kak... bener kan lo pasti dapetin orang yang lebih baik...” kata Sivia

“Iya makasih ya kalian... Gue bakal berusaha yakin deh kalo Shilla orangnya...”

“Kok berusaha sih?” tanya Shilla manyun

“Hmmm, gini deh gue mau tanya, sekarang lo udah percaya gue dokter?” tanya Alvin

Shilla mengangguk...

“Lo percaya gue juga suka dan sayang sama lo?”

Shilla diam, “Iya gue percaya.. awas tapi lo kalo bohong!” tuduh Shilla

“Tuh kan.. ini nih yang ga percayaan kaya gini yang bisa bikin gue mikir dua kali...” jelas Alvin...

Mereka berlima tertawa mendengar percakapan tadi...

“Gue pegang janji lo Shill...” kata Alvin, Shilla mengangguk mantap...