Selasa, 19 Juli 2011

Lo.. Gue.. END! Part 1

Akhir-akhir ini pekerjaan seorang dokter utama di sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta itu sangatlah padat.. Hampir setiap hari minimal 5 pasien dihadapinya, walaupun ia kadang merasa jenuh dan lelah tapi ia tetap melakukan pekerjaan dengan hati dan tuntas karena itulah yang menjadi tanggung jawabnya... Ya dialah dr. Mario

Seorang gadis pun tak pernah merasa dikesampingkan dengan pekerjaan dokter Mario, malahan ia senantiasa menemani kekasihnya itu, dengan semangat gadis yang bernama Ify terus mensupport dokter ahli bedah itu... Walaupun terkadang sama-sama sibuk tapi keduanya tak pernah memutuskan hubungan walau hanya sebuah senyuman…

Seperti hari ini Ify bersedia menunggu Rio menyelesaikan pekerjaannya sementara teman-temannya seperti Sivia dan Alvin, dua dokter lainnya sudah pulang…

“Lama juga ya…” gumam Ify seraya melirik jam tangannya..

“Kalo lama pulang duluan aja dari tadi neng…” celetuk Rio yang sebenarnya sudah berada dibelakang Ify

“Eh didenger… hehehe... Udah selesai dok?”

Rio mengangguk dan mengajak Ify pulang…

Perjalanan menuju kerumah pun dihiasi dengan obrolan-obrolan biasa..

“Besok masih banyak pasien?” tanya Ify

Rio mengangguk… “Udahlah Fy daripada nungguin gue terus lama lagi mendingan besok lo pulang duluan aja..”

“Nggak papa kok kak, gue kan setia…”

“Bukan gtu maksudnya, gue sih seneng lo mau nungguin gue tapi kasian di lo nya Fy, masa telat pulang terus…”

“Ya ya gue ngerti maksud lo tapi gak papa kok beneran…”

“Ya udah asal jangan maksain aja…” jawab Rio

***

Hari-hari berlalu tak bisa dipungkiri kejenuhan Ify pun terjadi, dia sudah jarang sekali memiliki waktu berdua saja dengan Rio, seringkali ia merasa iri dengan keadaan Alvin yang selalu punya waktu khusus untuk kekasihnya Shilla..

“Udahlah Fy lo yang sabar ya, lo sendiri kan yang bilang lo bakal betah sama keadaan gini…” nasihat Sivia

“Iya sih Vi awalnya gue bisa, tapi lama-lama…” Ify miris

“Sabar ya… Atau lo coba ngomong dulu sama kak Rio buat solusinya…”

“Iya deh, ntar gue ngomong…”

***

Ify pun memberanikan diri menemui Rio di kantor pribadinya, tampak Rio sangat sibuk dengan setumpuk buku dan kertas-kertas dimejanya…

“Kak boleh gue masuk?” tanya Ify

Rio hanya mengangguk tanpa menoleh kearah kekasihnya itu..

“Lo sibuk banget ya…” Ify memulai bicara

“Iya Fy.. Sorry ya… Lo mau ngomong apa?”

“Nggak papa kok, gue mau nanya tentang ki…kita…” Ify gugup

Rio menghela nafas menghentikan tarian penanya di atas kertas…

“Maaf kak, gue… gue…”

“Ify... Ify gue tau mungkin gue terlalu sibuk, tapi please lo ngerti sama keadaan gue, gue gak mau pekerjaan gue jadi runyam gara-gara lo, gara-gara hubungan kita…”

“Apa?” Ify kaget, “Gara-gara gue? Jadi maksud lo gue bakal bikin kerjaan lo runyam, kacau gitu?”

“Bu…bukan maksudnya gue gak mau urusan pribadi nyampur sama profesi… Fy lo harus ngerti lah…”

Ify menatap Rio, matanya hampir berkaca-kaca…

“Sekarang gini ya Fy, gue emang orang sibuk dan gue gak mungkin bisa ada banyak waktu buat urusan yang lain… Gue mau lo ngerti Fy gue sebenernya juga gak mau kaya gini…”
“Kak gue udah lama berusaha buat ngertiin lo, tapi…”

“Aduh gini deh Fy, udahlah buat apa bahas ini… Gue gak mau bikin masalah tambah panjang…”

“Kak Rio segitu sibuknya sampe sekarang gue udah ada didepan lo, tapi lo masih gak mau bahas masalah kita…”

“Masalah? Jadi lo anggap ini masalah? Fy, hubungan kita jauh juga bukan karena gue macem-macem kan? Kok lo nangkepnya gitu sih?”

“Kak, kapan coba kita terakhir makan siang bareng? Gak inget kan!” air mata Ify menetes

“Bahkan seminggu terakhir lo selalu nyuruh gue pulang duluan karena pekerjaan lo itu…”

Rio menarik nafas dan menatap gadisnya itu…

“Oke oke…  gue mungkin emang salah, tapi gue gak pernah kan cuekin lo? Gue selalu tanya kan keadaan lo Ify?” Rio gemas

Mungkin Ify memang terlalu berlebihan tapi seharusnya Rio mengerti perasaan seorang gadis yang merindukan kekasihnya, hanya itu, Ify hanya ingin saat-saat bahagia bersama Rio tetap terjaga, hubungan melalui telpon yang seperti dikatakan Rio pun sudah sangat jarang….

Ify menghapus air matanya, “Kayanya emang lo belum ngerti perasaan cewek ya kak… Gue gak terlalu berharap banyak kok dari lo, tapi ya udahlah lupain aja! Lagian lo juga bakal lebih memilih pekerjaan-pekerjaan lo itu kan daripada gue, gue Ify yang cuma bisa bikin pekerjaan lo kacau…”

“Ify bukan gitu! Kok lo egois gitu sih!!” bentak Rio akhirnya..

Ify terkejut, “Sebelum lo bilang gue egois, seharusnya lo belajar dulu apa arti egois yang sebenarnya…” gadis itu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan Rio

***
Keesokan harinya Ify tampak cuek, dia berusaha professional dengan pekerjaannya dengan melupakan persoalan kemarin…

Sivia dan Alvin pun yang awalnya heran melihat sikap antara Ify dan Rio yang saling cuek akhirnya mengerti tentang apa yang telah terjadi…

“Bodo amat tu cowok! Udah dikasih hati minta jantung!” kata Ify saat bercerita kepada kedua sahabatnya

“Udah Fy sabar… Lo jangan gitu, ntar tambah emosi loh…” respon Alvin

“Mungkin lo berdua masih emosian dan tenangin diri dulu…” kata Sivia, “Eh sekarang kak Rio dimana kak?”

Ada pasien baru tuh kecelakaan pagi ini, si Rio dah yang nanganin...”

“Nah itulah yang gue gak suka dari kak Rio, apa-apa dia.. kaya gak ada orang lain aja…”

***

Ify pun diam-diam masih sering memikirkan kekasihnya, dia hanya ingin melihat Rio, sebentar-sebentar ia melihat Rio yang sedang bekerja, walaupun Rio seolah tak pernah memperhatikan Ify lagi sejak kejadian diruangannya itu…

Saat Ify sedang mengintip Rio diruang pasien, langkahnya pun ketahuan…

“Fy… masuk aja…” panggil Rio cuek

Ify yang terkejut dengan terpaksa masuk keruangan itu…

“Tolong jaga dulu pasien ini, saya harus pergi sebentar…” Ify mengangguk cepat…

Mereka berdua saling menatap selama 2 detik lalu bersama-sama memalingkan muka, Rio pun keluar dari tempat itu..

Seperti biasa sikap Ify selalu ramah kepada pasien..

“Hei… yang pasien tadi pagi ya?”

“Iya…” ujar gadis itu tersenyum…

“Kamu kenapa? Kok bisa kecelakaan?”

“Gara-gara aku gak hati-hati aja nyebrang… Tapi udah gak papa kok untung ada dokter Rio…” ujarnya tersenyum…

“Kayanya kita seumuran, nama kamu siapa?”

“Dea… dokter?”

“Ify, kalo mau gak usah panggil dokter, panggil Ify aja…”

“Wah gak enak nih…” Dea tersenyum…

“Ga papa kali De…” keduanya tertawa…

“Eh dokter Ify, menurut kamu dokter Rio itu orangnya gimana ya?” tanya Dea tiba-tiba..

Ify menelan ludahnya, terkejut! Kenapa gadis didepannya tiba-tiba menanyakan ini…

“Eh… maksudnya gimana apanya?” tanya Ify balik

“Maksud aku, orangnya gimana?”

“Yah dia baik, sama kaya ayahnya…” jawab Ify singkat

Dea pun terlihat seperti membayangkan sesuatu dan ia tersenyum…

“Memang ada apa?” Ify agak curiga

“Nggak papa, aku seneng aja gitu ditanganin sama dia, udah baik, berwibawa, ganteng lagi…”

“Ehm…” respon Ify

“Hehehe, aku kira dari awal dia itu dingin banget karena dia salah satu dokter utama disini tapi dia baik banget, ramah lagi…”

Ify tersenyum kecil mendengar kata-kata Dea…

“Tau nggak Fy, dia baik banget lo sama aku…”

“Dia emang baik smaa semua orang kok.. maksudnya ya dokter kan emang harus baik…” jawab Ify cepat

“Iya, tapi sikapnya udah bikin aku kagum… Jarang banget dokter kaya gitu…”

Ify lagi-lagi hanya memaksakan senyumnya… Ia mulai berfikir bahwa sedikit-demi sedikit perhatian Rio memang telah beralih…

“Ngomong-ngomong dia udah punya pacar belum ya?”

Ify sangat terkejut kali ini! Tak tahukan Dea kalau gadis yang diajaknya bicara itu….

“Eh… emm kalo soal itu tanya langsung aja deh sama dokter Rio, aku gak tau…” Ify tampak gugup

“Hmmm, mau sih tapi malu… Masa gue nanya gitu..” Dea tertawa kecil..

Kan udah akrab?” pancing Ify

“Akrab apanya? Hehehe, semoga deh..” jawab Dea bahagia…

“Emmm, aku keluar dulu ya, kayanya dokter Rio udah dateng…” pamit Ify ketika Rio masuk… Rio bukan menoleh Ify melainkan Dea dan tersenyum manis…

***

Ify berusaha tenang dan tidak memikirkan persoalan gadis baru itu toh mungkin Rio akan menjelaskannya, pikir Ify…

Saat jam pulang kerja, Rio pun spontan menarik tangan Ify dan mengajaknya ke ruangan pribadinya…

“Lo ngapain sih bawa-bawa gue?” tanya Ify kesal

“Maaf Fy, gue perlu ngomong sama lo…”

“Ya gak pake narik-narik gitu dong..”

“Udahlah, itu gak penting.. Gue cuma mau minta maaf, mungkin gue udah keterlaluan sama lo…”

Ify terdiam, ia tidak menatap Rio sedikitpun..

“Gue emang salah waktu itu, gue emang egois… Lo mau kan maafin gue?”

“Lo beneran?” tanya Ify mulai menatap Rio

Rio mengangguk cepat…

“Kak, asal lo tau gue udah gak nganggep masalah ini lagi kok, udah gue lupain…”

“Tapi lo maafin gue?”

Ify mengangguk, “Asalkan lo jangan ngulangin lagi…” ia tersenyum..

Rio dengan cepat langsung memeluk Ify

***

Tiga hari berlalu berjalan tak seperti biasanya, Ify dan Rio memang sudah berbaikan, tetapi sikap mereka seakan jauh dari keakraban mereka selama ini. Ify tetap berusaha menahan waktu bersama Rio karena kesibukannya, Ify pun menghilangkan kejenuhannya dengan tetap semangat bekerja…

“Fy… tadi gue liat kok si Rio akrab banget sama cewek itu…” kata Alvin

“Iya ya kak?” tanya Ify pelan

“Eh maaf Fy, ini pendapat gue aja… Tapi lo sebaiknya ngomong deh sama Rio…”

Ify menunduk lesu…

Setelah pekerjaan Ify selesai, ia langsung menuju ruangan Rio tapi tak menemukannya, ia yakin Rio berada disuatu tempat…

Dugaan Ify benar saja, Rio saat ini sedang bersama Dea di kamar Dea…

Ify pun mengetok pintu, Rio menangkap sinyal itu lalu pergi menemui Ify…

“Iya Fy ada apa?”

“Gue mau ngomong bentar… tapi gak disini…”

***

Tibalah mereka berdua di taman rumah sakit, tempat yang kali ini sepi itu dipilih Ify agar tidak mengusik kerja dokter lain karena masalah pribadi mereka..

“Gue mau bilang soal Dea… kok lo akrab banget sih sama dia?” tanya Ify cuek

“Oh Dea, yah biasa aja kali Fy.. Emang salah kalo gue akrab sama pasien gue?”

“Nggak gitu juga, tapi banyak yang bilang gitu…” Ify

“Oh soal itu ya udah biarin aja orang bilang apa…”

Ify sudah bosan dengan penahanan emosinya serta jawaban-jawaban Rio yang sebetulnya membuatnya sedih…

“Lo juga sering akrab kan sama pasien lo.. Yah gue sama Dea juga gitu…”

“Lo tuh gak peka banget sih!” ceplos Ify

“Ify?! Kok lo marah-marah?” Rio heran

“Orang-orang itu udah bilang ke gue lo sama Dea udah gak wajar! Tiap hari lo makan siang sama Dea, dan walaupun kita udah baekan tapi tiap lo nganterin gue pulang juga lo masih aja nyangkut-nyangkutin Dea ke pembicaraan kita! Ya kan?”

“Oh jadi itu yang bikin lo marah… Cemburu? Iya?”

Ify berdecak kesal dengan sikap Rio

“Gue udah berusaha nahan kak, tapi setelah kita kemaren berantem trus baekan sikap lo berubah, gue sama aja kaya gak kenal sama lo! Apa mungkin lo beneran jenuh sama gue?” jelas Ify

Rio terdiam sejenak, “Sikap lo yang kekanak-kanakan gitu yang bikin gue lama-lama… jenuh sama lo Fy…”

Ify pun menunduk mendengar jawaban Rio, apakah ia lagi-lagi harus mengalah? Ia bingung bagaimana menjelaskan kepada Rio kalau dirinya sangat merindukan sosok Rio yang dulu, bukan Rio yang mementingkan diri sendiri seperti sekarang ini…

“Udah lah Fy… Masih banyak kerjaan gue daripada ngurusin beginian.. Yuk balik…” ajak Rio

“Kak Rio duluan aja gue masih mau disini…”

“Ya udah jangan lama-lama ya…” Ify mengangguk…

Saat Rio berlalu, air mata nya menetes… “Kok lo bego banget sih kak!!! Gak ngerti banget perasaan gue! Awas aja ntar kalo lo sama Dea ada apa-apanya!!”

***

Dilain tempat telihat Shilla dan Alvin sedang pacaran di koridor rumah sakit…

“Gue gak papa nih main-main kesini? Gak dimarahin orang apa?” tanya Shilla

“Gak papa, jangan keseringan aja… Eh Shill, lagi ada masalah nih temen lo…”

“Masalah? Siapa kak?”

“Si Ify sama Rio… kayanya hubungan mereka udah diujung tanduk…”

“Hah? Kok gitu? Sivia gak cerita sama gue…”

“Belum cerita aja kali Via nya…” Alvin akhirnya menceritakan semua tentang Ify dan Rio kepada Shilla

“Ya ampun, masa kak Rio segitunya sih… Kasian Ify…” Shilla kaget

“Makanya gue aja bingung kenapa Rio jadi seolah-olah berubah gitu ya, apalagi sejak ada si Dea itu…”

“Hmmm, kak Rio udah cerita sama lo?” tanya Shilla

“Belom sih, tapi gue yakin dia pasti cerita kok…” Alvin tersenyum

“Mudah-mudahan aja ya, gue kasian sama Ify…..” Shilla tampak khawatir..

***

Benar saja, Rio pun bertemu Alvin dan ngobrol bersama…

“Vin gue boleh jujur gak sama lo…?” tanya Rio

“Kenapa bro? Kaya susah banget lo, ngomong ya ngomong aja sama gue juga.”

“Gue.. gue jenuh sama Ify…”

Alvin terkejut, “Serius Yo? Maksud lo?”

“Iya, gue ngerasa udah gak cocok aja sekarang, udah gak kaya dulu, kita lebih sering berantem… Ify juga sih mudah banget cemburu..”

“Yo, Ify cemburu juga ada maksudnya kali…”

“Gue juga gak ngerti dia anggep gue deket banget sama Dea, menurut gue biasa aja…”

‘Bukan cuma Ify kali, semua orang juga nganggep gitu…’ batin Alvin

“Yang jelas kan gue masih pacarnya Ify dan Ify pacar gue…”

“Hmmm, kalo soal itu lo sendiri deh kayanya yang harus ngomong baik-baik sama Ify, jangan sampe bikin dia salah paham terus…”

“Mau ngomong juga ujung-ujungnya berantem Vin… Gue ngobrol sama Dea bikin gue seneng..”

“Seneng?” tanya Alvin heran

Rio menghela nafas panjang, “Kayanya gue belum yakin Ify emang jodoh gue…”

Rio?! Kok lo ngomong gitu!” bentak Alvin pelan

“Entahlah… gue ngerasa gini…”

“Lo gak sayang lagi sama Ify?”

“Udah deh Vin… gue pergi dulu, capek gue…” Rio meninggalkan Alvin dan menggantungkan pertanyaannya…

***

Alvin hanya memberitahukan obrolannya pada Shilla dan Sivia, tidak kepada Ify. Mereka takut jika Ify akan benar-benar marah dan sedih..

“Fy lo mau kemana?” tanya Via…

“Gue mau ketemu kak Rio, yah mungkin gue emang salah juga kali Vi, gue kaya kurang perhatian gitu sama dia…” jawab Ify tersenyum

“Iya udah deh bagus kalo gitu…”

“Gue pergi dulu ya…” pamit Ify

Ify berjalan dengan penuh persiapan menuju ruangan Rio, tapi tak ditemukannya. Sedikit kecewa tapi Ify tidak membatalkan niatnya… Pergilah ia ke kamar pasien yang sangat ia ketahui bahwa Rio ada disana..

Perlahan Ify mendekati ruangan itu, barulah ia ingin mengetuk pintu tetapi niatnya diurungkan oleh pemandangan dari jendela yang sangat tidak sedap…

Terlihat Rio sedang menyanyikan lagu untuk pasiennya lalu menyuapi pasiennya itu dengan penuh perhatian, air mata Ify pun senantiasa meleleh melihat kejadian itu… Isak tangisnya pun terdengar oleh kedua orang didalam ruangan itu..

“Ify…” Rio kaget langsung menuju ke Ify, tetapi Ify sudah berlari dari ruangan itu, Rio yang semula ingin mengejar pun mengurungkan niatnya..

“Kenapa sih mereka?” gumam Dea sinis…

***

Sampai hari esoknya Ify tetap tidak mau membuka suara kepada Rio, dia sangat marah, kesal, bahkan membenci lelaki itu…

Alvin, Shilla, dan Sivia pun sangat kecewa dengan sikap Rio dan menyuruh Rio untuk segera membuka suara terhadap permasalahan ini…

Semula Ify enggan bertemu dengan Rio tapi karena paksaan ketiga sahabatnya akhirnya mereka berbicara hanya berdua ketika semua dokter dirumah sakit pulang… sementara Sivia, Alvin, dan Shilla menunggu mereka di tempat berlainan…

“Mau ngomongin apa lagi lo?” tanya Ify sinis

“Ify gue beneran mau minta maaf sama lo… gue..”

“Gue udah tau semuanya kok, dan gue gak nyangka aja ada ya pacar yang setega itu sama pacarnya…”

“Gue cuma…”

“Cuma apa kak? Udah lama banget gue nahan lo perhatian sama cewek itu dalam batasan dokter dan pasien, tapi kemaren apa?!”

Rio menunduk, ekspresinya datar…

“Selama ini gue udah pernah liat lo sering ngobrol sama dia, tapi setelah kemaren gue liat gitar lo diruangan itu sampe akhirnya lo suapin dia makan, gue sakit hati! Gue aja yang seumur-umur gak pernah lo kaya gituin. Yang pacar lo tu siapa sih? Gue apa Dea?!!” nada suara Ify meninggi

“Lo beneran egois ya Fy!!” begitulah Rio, sekali ada yang membentaknya, ia akan membentak lebih

“Gue egois? Gimana lo? Selama ini gue ngalah, gue tau mungkin waktu lo bukan buat gue sekarang, tapi nyatanya apa? Lo bales gue gini?!!! Ini yang namanya egois?! Hei Mario! Seperti yang gue pernah bilang, pelajari dulu kata egois sebelum lo bisa ngucapin kata itu!!!”

Nada keduanya yang meninggi membawa ketiga sahabat mereka menyusul dan memastikan langsung kejadian ditempat..

“Sekarang terserah ya kak Rio, gue udah gak peduli lagi dan…” Ify menari nafasnya perlahan tapi pasti

“Lo… Gue… End!!!!!” Ify meninggalkan Rio yang terpaku sendirian…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 19 Juli 2011

Lo.. Gue.. END! Part 1

Akhir-akhir ini pekerjaan seorang dokter utama di sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta itu sangatlah padat.. Hampir setiap hari minimal 5 pasien dihadapinya, walaupun ia kadang merasa jenuh dan lelah tapi ia tetap melakukan pekerjaan dengan hati dan tuntas karena itulah yang menjadi tanggung jawabnya... Ya dialah dr. Mario

Seorang gadis pun tak pernah merasa dikesampingkan dengan pekerjaan dokter Mario, malahan ia senantiasa menemani kekasihnya itu, dengan semangat gadis yang bernama Ify terus mensupport dokter ahli bedah itu... Walaupun terkadang sama-sama sibuk tapi keduanya tak pernah memutuskan hubungan walau hanya sebuah senyuman…

Seperti hari ini Ify bersedia menunggu Rio menyelesaikan pekerjaannya sementara teman-temannya seperti Sivia dan Alvin, dua dokter lainnya sudah pulang…

“Lama juga ya…” gumam Ify seraya melirik jam tangannya..

“Kalo lama pulang duluan aja dari tadi neng…” celetuk Rio yang sebenarnya sudah berada dibelakang Ify

“Eh didenger… hehehe... Udah selesai dok?”

Rio mengangguk dan mengajak Ify pulang…

Perjalanan menuju kerumah pun dihiasi dengan obrolan-obrolan biasa..

“Besok masih banyak pasien?” tanya Ify

Rio mengangguk… “Udahlah Fy daripada nungguin gue terus lama lagi mendingan besok lo pulang duluan aja..”

“Nggak papa kok kak, gue kan setia…”

“Bukan gtu maksudnya, gue sih seneng lo mau nungguin gue tapi kasian di lo nya Fy, masa telat pulang terus…”

“Ya ya gue ngerti maksud lo tapi gak papa kok beneran…”

“Ya udah asal jangan maksain aja…” jawab Rio

***

Hari-hari berlalu tak bisa dipungkiri kejenuhan Ify pun terjadi, dia sudah jarang sekali memiliki waktu berdua saja dengan Rio, seringkali ia merasa iri dengan keadaan Alvin yang selalu punya waktu khusus untuk kekasihnya Shilla..

“Udahlah Fy lo yang sabar ya, lo sendiri kan yang bilang lo bakal betah sama keadaan gini…” nasihat Sivia

“Iya sih Vi awalnya gue bisa, tapi lama-lama…” Ify miris

“Sabar ya… Atau lo coba ngomong dulu sama kak Rio buat solusinya…”

“Iya deh, ntar gue ngomong…”

***

Ify pun memberanikan diri menemui Rio di kantor pribadinya, tampak Rio sangat sibuk dengan setumpuk buku dan kertas-kertas dimejanya…

“Kak boleh gue masuk?” tanya Ify

Rio hanya mengangguk tanpa menoleh kearah kekasihnya itu..

“Lo sibuk banget ya…” Ify memulai bicara

“Iya Fy.. Sorry ya… Lo mau ngomong apa?”

“Nggak papa kok, gue mau nanya tentang ki…kita…” Ify gugup

Rio menghela nafas menghentikan tarian penanya di atas kertas…

“Maaf kak, gue… gue…”

“Ify... Ify gue tau mungkin gue terlalu sibuk, tapi please lo ngerti sama keadaan gue, gue gak mau pekerjaan gue jadi runyam gara-gara lo, gara-gara hubungan kita…”

“Apa?” Ify kaget, “Gara-gara gue? Jadi maksud lo gue bakal bikin kerjaan lo runyam, kacau gitu?”

“Bu…bukan maksudnya gue gak mau urusan pribadi nyampur sama profesi… Fy lo harus ngerti lah…”

Ify menatap Rio, matanya hampir berkaca-kaca…

“Sekarang gini ya Fy, gue emang orang sibuk dan gue gak mungkin bisa ada banyak waktu buat urusan yang lain… Gue mau lo ngerti Fy gue sebenernya juga gak mau kaya gini…”
“Kak gue udah lama berusaha buat ngertiin lo, tapi…”

“Aduh gini deh Fy, udahlah buat apa bahas ini… Gue gak mau bikin masalah tambah panjang…”

“Kak Rio segitu sibuknya sampe sekarang gue udah ada didepan lo, tapi lo masih gak mau bahas masalah kita…”

“Masalah? Jadi lo anggap ini masalah? Fy, hubungan kita jauh juga bukan karena gue macem-macem kan? Kok lo nangkepnya gitu sih?”

“Kak, kapan coba kita terakhir makan siang bareng? Gak inget kan!” air mata Ify menetes

“Bahkan seminggu terakhir lo selalu nyuruh gue pulang duluan karena pekerjaan lo itu…”

Rio menarik nafas dan menatap gadisnya itu…

“Oke oke…  gue mungkin emang salah, tapi gue gak pernah kan cuekin lo? Gue selalu tanya kan keadaan lo Ify?” Rio gemas

Mungkin Ify memang terlalu berlebihan tapi seharusnya Rio mengerti perasaan seorang gadis yang merindukan kekasihnya, hanya itu, Ify hanya ingin saat-saat bahagia bersama Rio tetap terjaga, hubungan melalui telpon yang seperti dikatakan Rio pun sudah sangat jarang….

Ify menghapus air matanya, “Kayanya emang lo belum ngerti perasaan cewek ya kak… Gue gak terlalu berharap banyak kok dari lo, tapi ya udahlah lupain aja! Lagian lo juga bakal lebih memilih pekerjaan-pekerjaan lo itu kan daripada gue, gue Ify yang cuma bisa bikin pekerjaan lo kacau…”

“Ify bukan gitu! Kok lo egois gitu sih!!” bentak Rio akhirnya..

Ify terkejut, “Sebelum lo bilang gue egois, seharusnya lo belajar dulu apa arti egois yang sebenarnya…” gadis itu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan Rio

***
Keesokan harinya Ify tampak cuek, dia berusaha professional dengan pekerjaannya dengan melupakan persoalan kemarin…

Sivia dan Alvin pun yang awalnya heran melihat sikap antara Ify dan Rio yang saling cuek akhirnya mengerti tentang apa yang telah terjadi…

“Bodo amat tu cowok! Udah dikasih hati minta jantung!” kata Ify saat bercerita kepada kedua sahabatnya

“Udah Fy sabar… Lo jangan gitu, ntar tambah emosi loh…” respon Alvin

“Mungkin lo berdua masih emosian dan tenangin diri dulu…” kata Sivia, “Eh sekarang kak Rio dimana kak?”

Ada pasien baru tuh kecelakaan pagi ini, si Rio dah yang nanganin...”

“Nah itulah yang gue gak suka dari kak Rio, apa-apa dia.. kaya gak ada orang lain aja…”

***

Ify pun diam-diam masih sering memikirkan kekasihnya, dia hanya ingin melihat Rio, sebentar-sebentar ia melihat Rio yang sedang bekerja, walaupun Rio seolah tak pernah memperhatikan Ify lagi sejak kejadian diruangannya itu…

Saat Ify sedang mengintip Rio diruang pasien, langkahnya pun ketahuan…

“Fy… masuk aja…” panggil Rio cuek

Ify yang terkejut dengan terpaksa masuk keruangan itu…

“Tolong jaga dulu pasien ini, saya harus pergi sebentar…” Ify mengangguk cepat…

Mereka berdua saling menatap selama 2 detik lalu bersama-sama memalingkan muka, Rio pun keluar dari tempat itu..

Seperti biasa sikap Ify selalu ramah kepada pasien..

“Hei… yang pasien tadi pagi ya?”

“Iya…” ujar gadis itu tersenyum…

“Kamu kenapa? Kok bisa kecelakaan?”

“Gara-gara aku gak hati-hati aja nyebrang… Tapi udah gak papa kok untung ada dokter Rio…” ujarnya tersenyum…

“Kayanya kita seumuran, nama kamu siapa?”

“Dea… dokter?”

“Ify, kalo mau gak usah panggil dokter, panggil Ify aja…”

“Wah gak enak nih…” Dea tersenyum…

“Ga papa kali De…” keduanya tertawa…

“Eh dokter Ify, menurut kamu dokter Rio itu orangnya gimana ya?” tanya Dea tiba-tiba..

Ify menelan ludahnya, terkejut! Kenapa gadis didepannya tiba-tiba menanyakan ini…

“Eh… maksudnya gimana apanya?” tanya Ify balik

“Maksud aku, orangnya gimana?”

“Yah dia baik, sama kaya ayahnya…” jawab Ify singkat

Dea pun terlihat seperti membayangkan sesuatu dan ia tersenyum…

“Memang ada apa?” Ify agak curiga

“Nggak papa, aku seneng aja gitu ditanganin sama dia, udah baik, berwibawa, ganteng lagi…”

“Ehm…” respon Ify

“Hehehe, aku kira dari awal dia itu dingin banget karena dia salah satu dokter utama disini tapi dia baik banget, ramah lagi…”

Ify tersenyum kecil mendengar kata-kata Dea…

“Tau nggak Fy, dia baik banget lo sama aku…”

“Dia emang baik smaa semua orang kok.. maksudnya ya dokter kan emang harus baik…” jawab Ify cepat

“Iya, tapi sikapnya udah bikin aku kagum… Jarang banget dokter kaya gitu…”

Ify lagi-lagi hanya memaksakan senyumnya… Ia mulai berfikir bahwa sedikit-demi sedikit perhatian Rio memang telah beralih…

“Ngomong-ngomong dia udah punya pacar belum ya?”

Ify sangat terkejut kali ini! Tak tahukan Dea kalau gadis yang diajaknya bicara itu….

“Eh… emm kalo soal itu tanya langsung aja deh sama dokter Rio, aku gak tau…” Ify tampak gugup

“Hmmm, mau sih tapi malu… Masa gue nanya gitu..” Dea tertawa kecil..

Kan udah akrab?” pancing Ify

“Akrab apanya? Hehehe, semoga deh..” jawab Dea bahagia…

“Emmm, aku keluar dulu ya, kayanya dokter Rio udah dateng…” pamit Ify ketika Rio masuk… Rio bukan menoleh Ify melainkan Dea dan tersenyum manis…

***

Ify berusaha tenang dan tidak memikirkan persoalan gadis baru itu toh mungkin Rio akan menjelaskannya, pikir Ify…

Saat jam pulang kerja, Rio pun spontan menarik tangan Ify dan mengajaknya ke ruangan pribadinya…

“Lo ngapain sih bawa-bawa gue?” tanya Ify kesal

“Maaf Fy, gue perlu ngomong sama lo…”

“Ya gak pake narik-narik gitu dong..”

“Udahlah, itu gak penting.. Gue cuma mau minta maaf, mungkin gue udah keterlaluan sama lo…”

Ify terdiam, ia tidak menatap Rio sedikitpun..

“Gue emang salah waktu itu, gue emang egois… Lo mau kan maafin gue?”

“Lo beneran?” tanya Ify mulai menatap Rio

Rio mengangguk cepat…

“Kak, asal lo tau gue udah gak nganggep masalah ini lagi kok, udah gue lupain…”

“Tapi lo maafin gue?”

Ify mengangguk, “Asalkan lo jangan ngulangin lagi…” ia tersenyum..

Rio dengan cepat langsung memeluk Ify

***

Tiga hari berlalu berjalan tak seperti biasanya, Ify dan Rio memang sudah berbaikan, tetapi sikap mereka seakan jauh dari keakraban mereka selama ini. Ify tetap berusaha menahan waktu bersama Rio karena kesibukannya, Ify pun menghilangkan kejenuhannya dengan tetap semangat bekerja…

“Fy… tadi gue liat kok si Rio akrab banget sama cewek itu…” kata Alvin

“Iya ya kak?” tanya Ify pelan

“Eh maaf Fy, ini pendapat gue aja… Tapi lo sebaiknya ngomong deh sama Rio…”

Ify menunduk lesu…

Setelah pekerjaan Ify selesai, ia langsung menuju ruangan Rio tapi tak menemukannya, ia yakin Rio berada disuatu tempat…

Dugaan Ify benar saja, Rio saat ini sedang bersama Dea di kamar Dea…

Ify pun mengetok pintu, Rio menangkap sinyal itu lalu pergi menemui Ify…

“Iya Fy ada apa?”

“Gue mau ngomong bentar… tapi gak disini…”

***

Tibalah mereka berdua di taman rumah sakit, tempat yang kali ini sepi itu dipilih Ify agar tidak mengusik kerja dokter lain karena masalah pribadi mereka..

“Gue mau bilang soal Dea… kok lo akrab banget sih sama dia?” tanya Ify cuek

“Oh Dea, yah biasa aja kali Fy.. Emang salah kalo gue akrab sama pasien gue?”

“Nggak gitu juga, tapi banyak yang bilang gitu…” Ify

“Oh soal itu ya udah biarin aja orang bilang apa…”

Ify sudah bosan dengan penahanan emosinya serta jawaban-jawaban Rio yang sebetulnya membuatnya sedih…

“Lo juga sering akrab kan sama pasien lo.. Yah gue sama Dea juga gitu…”

“Lo tuh gak peka banget sih!” ceplos Ify

“Ify?! Kok lo marah-marah?” Rio heran

“Orang-orang itu udah bilang ke gue lo sama Dea udah gak wajar! Tiap hari lo makan siang sama Dea, dan walaupun kita udah baekan tapi tiap lo nganterin gue pulang juga lo masih aja nyangkut-nyangkutin Dea ke pembicaraan kita! Ya kan?”

“Oh jadi itu yang bikin lo marah… Cemburu? Iya?”

Ify berdecak kesal dengan sikap Rio

“Gue udah berusaha nahan kak, tapi setelah kita kemaren berantem trus baekan sikap lo berubah, gue sama aja kaya gak kenal sama lo! Apa mungkin lo beneran jenuh sama gue?” jelas Ify

Rio terdiam sejenak, “Sikap lo yang kekanak-kanakan gitu yang bikin gue lama-lama… jenuh sama lo Fy…”

Ify pun menunduk mendengar jawaban Rio, apakah ia lagi-lagi harus mengalah? Ia bingung bagaimana menjelaskan kepada Rio kalau dirinya sangat merindukan sosok Rio yang dulu, bukan Rio yang mementingkan diri sendiri seperti sekarang ini…

“Udah lah Fy… Masih banyak kerjaan gue daripada ngurusin beginian.. Yuk balik…” ajak Rio

“Kak Rio duluan aja gue masih mau disini…”

“Ya udah jangan lama-lama ya…” Ify mengangguk…

Saat Rio berlalu, air mata nya menetes… “Kok lo bego banget sih kak!!! Gak ngerti banget perasaan gue! Awas aja ntar kalo lo sama Dea ada apa-apanya!!”

***

Dilain tempat telihat Shilla dan Alvin sedang pacaran di koridor rumah sakit…

“Gue gak papa nih main-main kesini? Gak dimarahin orang apa?” tanya Shilla

“Gak papa, jangan keseringan aja… Eh Shill, lagi ada masalah nih temen lo…”

“Masalah? Siapa kak?”

“Si Ify sama Rio… kayanya hubungan mereka udah diujung tanduk…”

“Hah? Kok gitu? Sivia gak cerita sama gue…”

“Belum cerita aja kali Via nya…” Alvin akhirnya menceritakan semua tentang Ify dan Rio kepada Shilla

“Ya ampun, masa kak Rio segitunya sih… Kasian Ify…” Shilla kaget

“Makanya gue aja bingung kenapa Rio jadi seolah-olah berubah gitu ya, apalagi sejak ada si Dea itu…”

“Hmmm, kak Rio udah cerita sama lo?” tanya Shilla

“Belom sih, tapi gue yakin dia pasti cerita kok…” Alvin tersenyum

“Mudah-mudahan aja ya, gue kasian sama Ify…..” Shilla tampak khawatir..

***

Benar saja, Rio pun bertemu Alvin dan ngobrol bersama…

“Vin gue boleh jujur gak sama lo…?” tanya Rio

“Kenapa bro? Kaya susah banget lo, ngomong ya ngomong aja sama gue juga.”

“Gue.. gue jenuh sama Ify…”

Alvin terkejut, “Serius Yo? Maksud lo?”

“Iya, gue ngerasa udah gak cocok aja sekarang, udah gak kaya dulu, kita lebih sering berantem… Ify juga sih mudah banget cemburu..”

“Yo, Ify cemburu juga ada maksudnya kali…”

“Gue juga gak ngerti dia anggep gue deket banget sama Dea, menurut gue biasa aja…”

‘Bukan cuma Ify kali, semua orang juga nganggep gitu…’ batin Alvin

“Yang jelas kan gue masih pacarnya Ify dan Ify pacar gue…”

“Hmmm, kalo soal itu lo sendiri deh kayanya yang harus ngomong baik-baik sama Ify, jangan sampe bikin dia salah paham terus…”

“Mau ngomong juga ujung-ujungnya berantem Vin… Gue ngobrol sama Dea bikin gue seneng..”

“Seneng?” tanya Alvin heran

Rio menghela nafas panjang, “Kayanya gue belum yakin Ify emang jodoh gue…”

Rio?! Kok lo ngomong gitu!” bentak Alvin pelan

“Entahlah… gue ngerasa gini…”

“Lo gak sayang lagi sama Ify?”

“Udah deh Vin… gue pergi dulu, capek gue…” Rio meninggalkan Alvin dan menggantungkan pertanyaannya…

***

Alvin hanya memberitahukan obrolannya pada Shilla dan Sivia, tidak kepada Ify. Mereka takut jika Ify akan benar-benar marah dan sedih..

“Fy lo mau kemana?” tanya Via…

“Gue mau ketemu kak Rio, yah mungkin gue emang salah juga kali Vi, gue kaya kurang perhatian gitu sama dia…” jawab Ify tersenyum

“Iya udah deh bagus kalo gitu…”

“Gue pergi dulu ya…” pamit Ify

Ify berjalan dengan penuh persiapan menuju ruangan Rio, tapi tak ditemukannya. Sedikit kecewa tapi Ify tidak membatalkan niatnya… Pergilah ia ke kamar pasien yang sangat ia ketahui bahwa Rio ada disana..

Perlahan Ify mendekati ruangan itu, barulah ia ingin mengetuk pintu tetapi niatnya diurungkan oleh pemandangan dari jendela yang sangat tidak sedap…

Terlihat Rio sedang menyanyikan lagu untuk pasiennya lalu menyuapi pasiennya itu dengan penuh perhatian, air mata Ify pun senantiasa meleleh melihat kejadian itu… Isak tangisnya pun terdengar oleh kedua orang didalam ruangan itu..

“Ify…” Rio kaget langsung menuju ke Ify, tetapi Ify sudah berlari dari ruangan itu, Rio yang semula ingin mengejar pun mengurungkan niatnya..

“Kenapa sih mereka?” gumam Dea sinis…

***

Sampai hari esoknya Ify tetap tidak mau membuka suara kepada Rio, dia sangat marah, kesal, bahkan membenci lelaki itu…

Alvin, Shilla, dan Sivia pun sangat kecewa dengan sikap Rio dan menyuruh Rio untuk segera membuka suara terhadap permasalahan ini…

Semula Ify enggan bertemu dengan Rio tapi karena paksaan ketiga sahabatnya akhirnya mereka berbicara hanya berdua ketika semua dokter dirumah sakit pulang… sementara Sivia, Alvin, dan Shilla menunggu mereka di tempat berlainan…

“Mau ngomongin apa lagi lo?” tanya Ify sinis

“Ify gue beneran mau minta maaf sama lo… gue..”

“Gue udah tau semuanya kok, dan gue gak nyangka aja ada ya pacar yang setega itu sama pacarnya…”

“Gue cuma…”

“Cuma apa kak? Udah lama banget gue nahan lo perhatian sama cewek itu dalam batasan dokter dan pasien, tapi kemaren apa?!”

Rio menunduk, ekspresinya datar…

“Selama ini gue udah pernah liat lo sering ngobrol sama dia, tapi setelah kemaren gue liat gitar lo diruangan itu sampe akhirnya lo suapin dia makan, gue sakit hati! Gue aja yang seumur-umur gak pernah lo kaya gituin. Yang pacar lo tu siapa sih? Gue apa Dea?!!” nada suara Ify meninggi

“Lo beneran egois ya Fy!!” begitulah Rio, sekali ada yang membentaknya, ia akan membentak lebih

“Gue egois? Gimana lo? Selama ini gue ngalah, gue tau mungkin waktu lo bukan buat gue sekarang, tapi nyatanya apa? Lo bales gue gini?!!! Ini yang namanya egois?! Hei Mario! Seperti yang gue pernah bilang, pelajari dulu kata egois sebelum lo bisa ngucapin kata itu!!!”

Nada keduanya yang meninggi membawa ketiga sahabat mereka menyusul dan memastikan langsung kejadian ditempat..

“Sekarang terserah ya kak Rio, gue udah gak peduli lagi dan…” Ify menari nafasnya perlahan tapi pasti

“Lo… Gue… End!!!!!” Ify meninggalkan Rio yang terpaku sendirian…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar